TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina Patra Niaga belum mengumumkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi untuk periode Juli. Manager Corporate Communication Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan masih melakukan evaluasi kenaikan harga BBM.
"Kami juga masih memonitor pergerakan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah," kata Heppy melalui aplikasi perpesanan kepada Tempo, Minggu, 30 Juni 2024.
Namun, Heppy tidak menjawab ketika ditanya apakah Pertamina akan mengumumkan harga BBM nonsubsidi pada Senin esok. "Masih kami review," ujarnya.
Sementara untuk harga BBM subsidi, Heppy menuturkan, menjadi kewenangan pemerintah sepenuhnya. Namun sejauh ini, belum ada informasi kenaikan harga tersebut. "Belum ada informasi harga biosolar maupun Pertalite naik," kata dia.
Biasanya, Pertamina bakal menyesuaikan harga BBM nonsubsidi setiap awal bulan karena mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia. Namun sepanjang 2024, kenaikan harga BBM nonsubsidi hanya terjadi pada Januari. Pasalnya, pemerintah memutuskan menahan harga BBM hingga Juni 2024.
Adapun menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Senin, 24 Februari 2024, kebijakan menahan harga BBM nonsubsidi itu disepakati dalam sidang kabinet paripurna.
Meski belum ada kepastian untuk harga BBM nonsubsidi periode Juli, pemerintah seolah memberi kode akan terjadinya perubahan harga. Sebab, pemerintah hanya menegaskan bahwa harga yang tidak mengalami penyesuaian hanyalah BBM bersubsidi.
"Pertalite yang JBKP (Jenis BBM Khusus Penugasan) belum disesuaikan, seperti Solar. Kalau Pertamax Cs, mungkin," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Ahad, 30 Juni 2024, seperti dikutip dari Antara.
Agus mengatakan harga BBM nonsubsidi, yakni Pertamax series dan Dex series, ditetapkan badan usaha. Namun, mengacu pada kisaran harga formulasinya.
Adapun menurut Agus, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) hingga kini cenderung stagnan. Namun begitu, pemerintah melihat adanya beban berat yang akan ditanggung anggaran akibat jebloknya kurs rupiah terhadap dolar AS belakangan ini.
"Kalau harga minyak ICP masih stagnan, namun yang berat kursnya," tutur Agus.
Nilai tukar dolar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) sampai 27 Juni 2024 berada di level Rp16.324. Sementara, untuk ICP sampai 27 Juni 2024 berada di level 79,12 dolar AS per barel.
Pilihan Editor: Terkini: 4 Negara Ini Kendalikan Bandar Judi Online di Indonesia, Rumah Pensiun Jokowi di Colomadu Bikin Harga Tanah Melonjak