Ekonom Khawatir Pelemahan Rupiah Bikin Harga BBM Bersubsidi Naik: Tekan Daya Beli Masyarakat, Bahaya untuk Konsumsi Domestik
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Grace gandhi
Kamis, 27 Juni 2024 19:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS secara berkepanjangan berpotensi menyebabkan anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM membengkak. Ia pun mengkhawatirkan potensi kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Kalau dinaikkan, akan menekan daya beli masyarakat. Itu berbahaya buat konsumsi domestik," kata Nailul ketika ditemui usai acara diskusi di Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juni 2024. Pasalnya, kenaikan harga BBM bersubsidi otomatis bakal memicu inflasi. "Ketika dinaikkan, dampaknya bisa ke kemiskinan dan sebagainya."
Namun di sisi lain, jika harga BBM subsidi tidak dinaikkan, beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) akan semakin berat. Pasalnya, melemahnya rupiah membuat kebutuhan akan dolar AS meningkat untuk kebutuhan impor minyak.
Ia pun menilai kenaikan harga BBM bersubsidi adalah keniscayaan. Hanya saja, ini bergantung pada kemauan pemerintah saat ini atau pemerintah periode berikutnya. "Jadi, tarik-tarikan saja. Mau pemerintahan Prabowo atau Jokowi yang menaikkan? Dulu SBY nggak mau menaikkan (harga BBM bersubsidi), akhirnya Jokowi yang menaikkan," ujar Nailul.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar ASA akhir-akhir ini melemah hingga di atas Rp 16 ribu. Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku belum ada rapat lintas kementerian untuk membahas harga BBM untuk Juli 2024, baik BBM subsidi maupun nonsubsidi. "Kalau belum ada rapat, belum ada (pembahasan) apa-apa,” ujar Arifin ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 24 Juni 2024, dikutip dari Antara.
Meski belum ada titik terang soal ini, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi meminta agar pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi. Alasannya, meskipun harga minyak dunia naik, levelnya masih di bawah Indonesia Crude Price (ICP) yang ditetapkan dalam APBN. Sebagai informasi, ICP dalam APBN ditetapkan sebesar US$ 82 per barel. Sementara, mengutip laporan Reuters Rabu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terpantau di angka US$ 81,29 per barel.
Jika harga BBM bersubsidi dinaikkan, Fahmy menuturkan, akan memicu inflasi yang menyebabkan harga kebutuhan pokok meroket. Seperti yang disampaikan Nailul Huda, situasi ini akan menurunkan daya beli masyarakat.
"Di tengah pelemahan rupiah yang belanjut, melambungnya inflasi akan memperburuk perekonomian Indonesia," kata Fahmy. "Bahkan berpotensi menyulut krisis ekonomi lantaran terjadinya pelemahan rupiah terhadap dolar AS, dibarengi inflasi yang meroket."
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: Pendapatan Negara Merosot, Sri Mulyani: Pajak Melambat, Bea dan Cukai Menurun