Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) - Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar memberikan keterangan usai rapat dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat, 20 Juni 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, memperkirakan mata uang rupiah masih akan terus melemah. Menurut Arianto, proyeksi bahwa rupiah bisa tembus Rp 17.000 menjadi skenario terburuk yang berkaitan dengan suku bunga di AS, tingkat permintaan pasar ekspor Indonesia dan ketidakpastian global.
Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia dan kondisi global juga akan memainkan peran penting dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
Dia menguraikan tiga faktor yang menyebabkan pelemahan mata uang rupiah. Faktor pertama tentu saja penguatan dolar AS yang didorong oleh kebijakan moneter ketat bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk meredam inflasi.
Adapun faktor kedua yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah adalah aliran modal asing yang keluar. Hal ini terjadi karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara lain, terutama di negara maju. Faktor ketiga, mengenai ketidakpastian global. "Ketidakpastian global seperti perang di Ukraina dan potensi resesi di beberapa negara maju juga turut menekan nilai tukar rupiah," tuturnya.
Tindaklanjuti Perintah Presiden Jokowi, Kemenpan RB Temui KPK
2 jam lalu
Tindaklanjuti Perintah Presiden Jokowi, Kemenpan RB Temui KPK
Kemenpan RB bersama KPK melakukan MoU sebagai upaya pencegahan dan pembangunan sistem birokrasi yang lebih transparan, akuntabel dan lebih kredibel, serta berdampak.