PT Dirgantara Indonesia Seriusi Garap Mobil Terbang, Teken MoU dengan Intercrus Aero

Kamis, 13 Juni 2024 10:43 WIB

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika meninjau miniatur Vela Alpha, drone hasil kerjasama PT Dirgantara Indonesia (persero) dan Vela Aero, di sela Singapore Airshow 2024 di Changi, Singapura, Selasa, 20 Februari 2024 (Dokumentasi Kementerian Perhubungan)

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Gita Amperiawan mengatakan bisnis mobil terbang berpeluang besar di masa depan.

“Ini bisnis masa depan, tapi kita bicara masa depan yang tak lama ya, ini bisnis 2-3 tahun lagi in-to-market,” kata Gita selepas menyaksikan penandatanganan MOU antara PT Intercrus Aero Indonesia dengan PTDI untuk pengembangan hingga pemasaran produk taksi udara yang dinamai Intercrus Sola di Bandung, Rabu, 12 Juni 2024.

Gita tidak menampik ketertarikan PTDI untuk ikut menggarap produk mobil terbang seperti taksi udara. “Setiap industri itu harus punya planning. Future produk itu yang ramah lingkungan, yang hightech, punya nilai tambah yang besar,” kata dia.

“Kalau kita bicara sekarang yang ramah lingkungan kita harus bicara electric vehicle, nah ini saya melihatnya, satu nilai tambahnya besar, kemudian spillover-nya luar biasa. Ini spillover-nya akan bagus untuk industri Tier 2 dan Tier 3, ini yang kami lihat sehingga kami mendorong semua bentuk kerja sama seperti ini,” kata dia.

PTDI sebelumnya juga telah menandatangani kerja sama dengan startup taksi udara lokal lainnya, yakni PT Vela Prima Nusantara yang tengah mengembangkan mobil terbang dengan nama Vela Alpha yang dijadwalkan masuk ke pasar pada akhir 2028.

Advertising
Advertising

Gita mengatakan dua produk yakni Intercrus Sola dan Vela Alpha akan saling melengkapi. “Saya sudah minta agar ini ditata dengan rapi baik dari segi segmen market, kompetensi yang dibangun, maupun nanti bicara masalah fasilitas produksi. Ini semua sudah kita hitung agar semuanya bisa berjalan sinergis dan menghasilkan output yang optimal sehingga tidak ada pihak mana pun yang dirugikan, malah semua di untungkan satu sama lain,” kata dia.

Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PTDI, Moh. Arif Faisal mengatakan masa depan pasar taksi udara atau mobil terbang relatif besar. “Kalau dilihat dari potensinya ini sekitar US$33 miliar sampai tahun 2050. Di Indonesia sendiri sangat terbuka juga, diperkirakan sampai 2050 kebutuhannya sekitar 1.300 unit. Potensinya sangat besar,” kata dia di tempat yang sama.

Arif mengatakan pasar tersebut yang kini tengah diincar dengan membuka kerja sama dengan startup. “Kita mencoba menjawab demand tadi, tantangan tadi untuk coba kita isi,” kata dia.

Ia mengatakan Intercrus Aero besutan PT Intercrus Aero Indonesia dan Vela Alpha yang tengah dikembangkan PT Vela Prima Nusantara masing-masing punya segmen pasar yang berbeda. “Intercrus dan Vela memiliki segmentasi pasar yang berbeda,” kata dia.

Dia memerinci perbedaan tersebut. “Pertama dari sisi kelas, berat, dan jumlah penumpang yang diangkut ini berbeda juga. Vela lebih besar. Kalau Vela itu 1 pilot dengan 4-6 penumpang. Kalau Intercrus ini konsepnya 1 pilot dengan 2 penumpang. Yang kedua dari sisi Intercrus mengincar tadi entry to services ke millitary dulu, sementara Vela ini entry to services ke komersial,” kata dia.

Ia mengatakan konsep yang dikembangkan dua mobil terbang tersebut juga berbeda. “Kalau Vela itu lift and course. Kalau Intercrus itu lebih cenderung ke multicopter, perbedaannya seperti itu. Dari sisi pesawat juga berbeda. Intercrus lebih kecil dibandingkan Vela,” kata dia.

PT Intercrus Aero Indonesia menandatangani naskah kesepahaman (MOU) dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk pengembangan hingga pemasaran produk taksi udara yang dinamai Intercrus Sola.

“Inovasi kita sebatas desain dan kita dengan bekerja sama dengan PT DI kita punya akses ke dalam infrastruktur yang sangat terbukti di industri penerbangan dan ini yang akan membuat inovasi kita menjadi nyata,” kata Founder & CEO PT Intercrus Aero Indonesia, Jeremy Hasian Saragih di tempat yang sama.

Jeremy mengatakan desain Intercrus Sola mengadopsi konfigurasi multicopter. “Desain kita ini mengadopsi konfigurasi multicopter, jadi kalau dengan Vela ini cukup berbeda. Kalau Vela itu lift and cruise dimana dia pada saat hover, climb, dan decent dia mengadopsi rotor craft kemudian untuk cruise mereka transisi menjadi fixed wing aircraft. Tapi kita multicopter sehingga secara desain lebih kompak, jauh lebih kecil dibandingkan Vela,” kata dia.

Menurut dia, operasional Intercrus Sola diproyeksikan untuk daerah terpencil. “Secara operasional untuk daerah-daerah remote atau daerah yang tidak memiliki banyak space yang bisa di-utilize, dan untuk skalabilitinya dalam urban environment pun bisa di scale up lebih banyak lagi untuk operasional air taxi,” kata dia.

Intercrus Sola dirancang memiliki kemampuan Maximum Take-off Weight (MTOW) 1.200 kilogram dengan Payload 360 kilogram. “Cruising speed 100 kilometer per jam dengan range 100 kilometer,” kata Jeremy.

Pilihan Editor: PT Dirgantara Indonesia Garap Modernisasi Pesawat C130 Hercules Milik TNI AU

Berita terkait

Menteri BUMN Rombak Direksi PT Dirgantara Indonesia

2 hari lalu

Menteri BUMN Rombak Direksi PT Dirgantara Indonesia

Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama PT Len Industri (Persero) selaku pemegang saham merombak direksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Baca Selengkapnya

Telkom Bantu Startup untuk Berkontribusi dalam Pengembangan IKN

5 hari lalu

Telkom Bantu Startup untuk Berkontribusi dalam Pengembangan IKN

Telkom secara nyata membuktikan dukungannya kepada startup digital dalam negeri untuk dapat memperluas networking, pengetahuan, dan meningkatkan kompetensi startup agar selalu siap menjaring berbagai peluang.

Baca Selengkapnya

Ingatkan Kembali Proyek Pesawat N219 Amfibi, PTDI Munculkan Gambar Model dan Spesifikasinya

6 hari lalu

Ingatkan Kembali Proyek Pesawat N219 Amfibi, PTDI Munculkan Gambar Model dan Spesifikasinya

PTDI menunjukkan gambar desain atau model pesawat N219 Amfibi, proyek strategis nasional yang pernah ditarget terbang perdana 2023.

Baca Selengkapnya

Wujud Microforest 100, Teknologi Mikroalga dari Peneliti UGM yang Mampu Serap CO2 di Udara

8 hari lalu

Wujud Microforest 100, Teknologi Mikroalga dari Peneliti UGM yang Mampu Serap CO2 di Udara

Peneliti UGM dan startup Algatech Nusantara mengembangkan "pohon elektronik" mikroalga untuk menyerap karbon di ruang terbuka.

Baca Selengkapnya

PHK Massal Tokopedia, Pengamat: Perusahaan Bergantung pada Investor

13 hari lalu

PHK Massal Tokopedia, Pengamat: Perusahaan Bergantung pada Investor

Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada Tadjudin Nur Effendi menganalisa terjadinya PHK di e-commerce Tokopedia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Update Gangguan Server PDN, Dampak Pelemahan Rupiah ke Biaya Pembangunan IKN

14 hari lalu

Terpopuler: Update Gangguan Server PDN, Dampak Pelemahan Rupiah ke Biaya Pembangunan IKN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 21 Juni 2024, dimulai dari dampak gangguan server PDN Kominfo.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Antrean di Layanan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Harga MinyaKita Naik Minggu Depan

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Antrean di Layanan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Harga MinyaKita Naik Minggu Depan

Suasana antrean penumpang di Bandara Soekarno-Hatta saat cek paspor di layanan imigrasi di hari kedua gangguan server PDN Kominfo.

Baca Selengkapnya

10 Startup Indonesia yang PHK Massal Karyawan sampai Juni 2024, Terbaru Tokopedia-TikTok Shop

15 hari lalu

10 Startup Indonesia yang PHK Massal Karyawan sampai Juni 2024, Terbaru Tokopedia-TikTok Shop

Daftar startup di Indonesia yang melakukan PHK massal sejak 2022 hingga 2024.

Baca Selengkapnya

Salah Seorang Pendiri OpenAI Hengkang dan Membangun Startup Baru

16 hari lalu

Salah Seorang Pendiri OpenAI Hengkang dan Membangun Startup Baru

Sutskever keluar dari OpenAI dengan alasan ingin punya siklus produk yang memprioritaskan keselamatan dan tanpa gangguan.

Baca Selengkapnya

2 Macam Taksi Udara yang Ingin Dikembangkan PT Dirgantara Indonesia

23 hari lalu

2 Macam Taksi Udara yang Ingin Dikembangkan PT Dirgantara Indonesia

PTDI membidik potensi pasar taksi udara yang disebutkan senilai sekitar 33 miliar dolar atau setara lebih dari 500 triliun rupiah hingga 2050.

Baca Selengkapnya