Virus Flu Burung Strain Baru Renggut Korban Pertama, Ini Kronologi dan Usulan Pencegahannya

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Sabtu, 8 Juni 2024 17:53 WIB

Pejabat kesehatan Korea Selatan mengubur ayam di peternakan unggas tempat virus flu burung H5N6 yang sangat patogen menyebar di Haenam, Korea Selatan, 17 November 2016. Yonhap/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 5 Juni 2024, mengumumkan bahwa seorang penduduk Meksiko menjadi orang pertama di dunia yang meninggal karena jenis flu burung baru dan belum pernah terdeteksi pada manusia.

Strain H5N2 sebenarnya telah menyerang unggas di seluruh dunia, tetapi hingga kini belum ada laporan kasus penularan atau kematian pada manusia.

Awal April, pria berusia 59 tahun, penduduk Negara Bagian Meksiko di bagian tengah negara itu, disebut telah jatuh sakit.

Menurut WHO, pria tersebut memiliki sejumlah kondisi medis yang mendasarinya dan harus terbaring di tempat tidur selama tiga pekan sebelum mengalami gejala akut.

Pada 17 April 2024, pria tersebut melaporkan demam, sesak napas, diare, mual, dan rasa tidak enak badan.

Pada 24 April 2024, dia mencari pertolongan medis dan segera dirawat di rumah sakit Institut Nasional Penyakit Pernafasan (INER) dan meninggal pada hari yang sama.

Menyusul kematiannya, otoritas kesehatan INER kemudian mulai melakukan uji sampel yang diambil dari pria tersebut.

Pada 8 Mei 2024, Pusat Laboratorium Biologi Molekuler Penyakit Berkembang untuk Penelitian Penyakit Menular menunjukkan bahwa sampel tersebut positif influenza A (H5N2).

Pada 22 Mei 2024, Institut Diagnosis dan Referensi Epidemiologi mengonfirmasi jenis virus tersebut.

Sejauh ini, otoritas kesehatan belum mengetahui asal penularan, karena pria tersebut tidak memiliki riwayat terpapar unggas atau hewan lain.

Investigasi epidemiologi dilakukan setelah 17 kontak diidentifikasi dan dipantau di rumah sakit tempat pasien meninggal dan 12 kontak tambahan diidentifikasi di dekat tempat tinggal pasien, dengan semua hasil tes negatif SARS-Cov-2 dan influenza.

Meskipun tidak ada lagi kasus flu burung yang dilaporkan, hasil seluruh sampel serologis masih menunggu keputusan.

Berbagai wabah H5N2 telah dilaporkan pada unggas di Meksiko, termasuk wabah yang terdeteksi di halaman belakang peternakan unggas di negara bagian Michoacan, yang berbatasan dengan Negara Bagian Meksiko di mana pria tersebut tinggal.

Selain itu, terdapat dua wabah flu burung dengan patogenisitas rendah dilaporkan terjadi di dua kota di Negara Bagian Meksiko.

Namun, belum dapat dipastikan apakah kasus pada manusia ini ada kaitannya dengan wabah yang melanda unggas yang terjadi baru-baru ini.

Upaya Pencegahan

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan agar konsep Satu Kesehatan (One Health) diterapkan secara nyata untuk merespons kasus kematian pertama pada manusia akibat penyakit Flu Burung (H5N2).

"Sehubungan kewaspadaan yang disampaikan WHO tentang meninggalnya kasus pertama akibat penyakit flu burung, maka perlu kita ketahui bahwa flu burung adalah salah satu penyakit infeksi yang punya potensi menimbulkan wabah, dan bahkan bukan tidak mungkin menyebar antarnegara," kata Tjandra Yoga di Jakarta, Sabtu, 8 Juni 2024.

Ia mendorong agar Indonesia mewujudkan penerapan konsep One Health dalam pelayanan kesehatan yang nyata di lapangan, jangan hanya berupa panduan kebijakan saja.

"One Health adalah kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan," katanya.

Selain itu, kata Tjandra, pendekatan One Health juga perlu diperkuat surveilans lapangan di seluruh pelosok Indonesia untuk mendeteksi kemungkinan adanya varian-varian flu burung.

Dikutip dari United States Geological Survey (USGS), tipe flu burung terbagi menjadi tiga berdasarkan protein pada pemukaan virusnya yakni Hemagglutinin (HA) yang memiliki 16 subtipe (H1 sampai H16), Neuraminidase (NA) memiliki sembilan subtipe (N1 sampai N9), dan Kombinasi HA dan NA seperti H5N1, H5N2, dan H7N2.

Respons terhadap flu burung juga memerlukan partisipasi aktif dalam komunitas kesehatan global untuk memantau dan mengendalikan penyakit tersebut.

Ia mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan dunia perlu selalu waspada pada flu burung dengan beragam jenisnya.

"Pertama, karena mulanya terjadi pada unggas dan unggas itu di satu sisi dekat dengan manusia, bahkan ada di sekitar rumah. Di sisi lain, mungkin saja dapat terjadi migrasi burung antarnegara dengan sekaligus membawa penularan dan penyebaran penyakit," katanya.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara menyebut flu burung dapat menular ke manusia seperti sudah beberapa kali terjadi di dunia dan di Indonesia.

"Kalau sudah tertular pada manusia, maka kasusnya dapat menjadi berat dan bahkan kematian, gradasinya tergantung jenis flu burung yang menulari," katanya.

ANTARA | ANADOLU

Pilihan Editor Iuran Tapera Baru Mulai 2027, Anggota Dewan: Hanya Meninabobokan Rakyat

Advertising
Advertising

Berita terkait

Israel Izinkan 19 Anak Palestina Sakit Tinggalkan Gaza, Pertama dalam 2 Bulan

10 jam lalu

Israel Izinkan 19 Anak Palestina Sakit Tinggalkan Gaza, Pertama dalam 2 Bulan

68 warga Palestina - terdiri atas19 anak-anak yang sakit atau terluka bersama pendamping mereka - telah diizinkan keluar dari Jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Finlandia akan Memulai Vaksinasi Flu Burung untuk Manusia, Pertama di Dunia

1 hari lalu

Finlandia akan Memulai Vaksinasi Flu Burung untuk Manusia, Pertama di Dunia

Finlandia berencana menawarkan vaksinasi flu burung sebagai tindakan pencegahan minggu depan kepada beberapa pekerja yang berisiko tinggi.

Baca Selengkapnya

Tak Mudah Menjadi Bidan, Berikut Syarat yang Harus Dipenuhi

3 hari lalu

Tak Mudah Menjadi Bidan, Berikut Syarat yang Harus Dipenuhi

Hari Bidan Nasional dirayakan setiap 24 Juni. Syarat menjadi bidan selain keterampilan dan pengetahuan adalah sertifikasi.

Baca Selengkapnya

IQAir Catat Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat, Belum Berubah Empat Hari Terakhir

5 hari lalu

IQAir Catat Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat, Belum Berubah Empat Hari Terakhir

Data IQAir menunjukkan polusi udara di Jakarta sedang tinggi. Konsentrasi polutan PM 2,5 mencapai 80 mikrogram per meter kubik.

Baca Selengkapnya

Tetap Waspada Risiko Penularan Flu Burung Pada Manusia

6 hari lalu

Tetap Waspada Risiko Penularan Flu Burung Pada Manusia

Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan flu burung (Avian Influenza) pada manusia.

Baca Selengkapnya

Moskow Dilanda Wabah Botulisme 121 Orang Dirawat, Apa Penyebab dan Gejala Penyakit Ini?

7 hari lalu

Moskow Dilanda Wabah Botulisme 121 Orang Dirawat, Apa Penyebab dan Gejala Penyakit Ini?

Ibu Kota Rusia Moskow dilanda wabah Botulisme, menyebabkan 121 orang perlu perawatan medis. Apa penyebab dan pencegahan Botulisme?

Baca Selengkapnya

Waspada Bahaya Mengonsumsi Daging Merah Berlebihan, Ini Penyakit yang Datang Tak Diundang

10 hari lalu

Waspada Bahaya Mengonsumsi Daging Merah Berlebihan, Ini Penyakit yang Datang Tak Diundang

Mengonsumsi daging merah seperti daging sapi dan daging kambing secara berlebihan mengundang bahaya. Penyakit apa saja yang datang?

Baca Selengkapnya

3 Faktor Demam Berdarah Jadi Penyakit Endemik di Wilayah ASEAN

11 hari lalu

3 Faktor Demam Berdarah Jadi Penyakit Endemik di Wilayah ASEAN

WHO dan ASEAN konsolidasi untuk menangani penyakit demam berdarah yang selalu marak di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah ASEAN, Bagaimana Awalnya?

12 hari lalu

Hari Demam Berdarah ASEAN, Bagaimana Awalnya?

ASEAN Dengue Day diperingati setiap 15 Juni, upaya untuk mengurangi kasus demam berdarah utamanya di wilayah Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Imunisasi Tambahan untuk Cegah dan Kurangi Risiko KLB

18 hari lalu

Pakar Sebut Imunisasi Tambahan untuk Cegah dan Kurangi Risiko KLB

Imunisasi tambahan penting karena merupakan salah satu upaya mencegah dan mengurangi risiko wabah atau KLB.

Baca Selengkapnya