Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Khairul anam

Rabu, 24 April 2024 22:43 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut dinamika ekonomi dan keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat. Kondisi ini terjadi karena perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang semakin memburuk.

Menurut dia, tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi akan penurunan Fed Fund Rate jadi lebih lama dari perkiraan. Perkiraan bahwa the Fed bakal agak lama menurunkan suku bunga tersebut sejalan pula dengan pernyataan dari para pejabat Federal Reserve System.

"Perkembangan ini dan pesatnya kebutuhan utang AS mengakibatkan terus meningkatnya yield US treasury dan penguatan dolar AS yang semakin tinggi secara luas dan global," katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada Rabu, 24 April 2024.

Kemudian, dia menyatakan bahwa penguatan dolar AS juga didorong oleh pelemahan sejumlah mata uang dunia. Misalnya seperti Yen di Jepang, Yuan di Cina dan berbagai mata uang lainnya. Perry menuturkan, ketidakpastian pasar uang global menjadi semakin buruk akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

"Akibatnya, investor global memindahkan portofolio ke aset yang lebih aman. Khususnya mata uang dolar AS dan emas, menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara (termasuk dari Indonesia)," ujar Perry.

Advertising
Advertising

Rentetan faktor itu kemudian memicu pelemahan rupiah. Untuk proyeksi ke depan, kata Perry, BI akan terus mencermati risiko terkait arah penurunan Fed Fund Rate atau FFR dan dinamika ketegangan geopolitik global. Pasalnya, hal tersebut dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya tekanan inflasi dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

Kondisi ini, kata dia memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatifnya terhadap perekonomian. Perry sendiri memperkiraan, FFR bisa turun mulai Desember 2024 atau bahkan mundur ke tahun 2025.

Di tengah meningkatnya ketidakpastian global, Perry menilai ekonomi Indonesia tetap berdaya. BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I dan II 2024 akan lebih tinggi dari triwulan IV 2023 yang tercatat 5,04 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 diperkirakan berada dalam kisaran 4,7 sampai dengan 5,5 persen," kata Perry.

Sebelumnya BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,25 persen. Keputusan ini diumumkan dalam konferensi pers hasil rapat dewan Gubernur BI pada Rabu 24 April 2024.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen," kata Perry. "Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global."

Pilihan Editor: Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

1 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

21 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

2 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya