Pengapalan Minyak dan Gas Seret, Ekspor Indonesia Turun

Reporter

Editor

Rabu, 1 Juli 2009 19:43 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Nilai ekspor Indonesia selama Januari-Mei 2009 turun 29,24 persen menjadi US$ 40,74 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, dibandingkan April 2009, nilai ekspor Mei tahun ini naik 9,52 persen menjadi US$ 9,26 miliar.

Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Ali Rosidi, penurunan nilai ekspor tahun ini didorong anjloknya pengapalan migas ke luar negeri sebesar 65,84 persen dan nonmigas sebesar 15,77 persen. "Penurunan ekspor migas penyebabnya jadi rendahnya ekspor minyak mentah," kata Ali di Gedung BPS Jakarta, Rabu (1/7).

Pada periode Januari-Mei 2008, ekspor migas Indonesia mencapai US$ 13,1 miliar. Ekspor itu terbagi dalam ekspor minyak mentah sebesar US$ 6,1 miliar, hasil minyak US$ 1,5 miliar, dan gas US$ 5,5 miliar. Jumlah itu merosot tajam pada periode yang sama tahun ini yang tercatat US$ 5,7 miliar.

Ekspor minyak mentah pada Januari-Mei 2009 turun paling tajam jadi US$ 2,6 miliar. Hasil minyak anjlok jadi US$ 676,9 juta, dan gas tercatat US$ 2,4 miliar.
Ekspor nonmigas juga mengalami penurunan. Dari US$ 44,5 miliar pada periode Januari-Mei 2008 menjadi US$ 35,1 miliar.

Sektor industri tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai ekspor Indonesia. Bahkan, porsinya meningkat pada periode Januari-Mei 2009 menjadi 66,9 persen dari total ekspor Indonesia. Padahal pada periode yang sama tahun lalu porsinya tercatat 64,8 persen. Sektor tambang, naik menjadi 15,33 persen dari 9,42 persen pada tahun lalu.

Sektor pertanian naik jadi 3,84 persen dari 3,02 persen tahun lalu. "Sumbangan sektor migas pada tahun ini turun menjadi 13,96 persen dari 22,75 persen paa tahun lalu," ujarnya. Penurunan nilai ekspor itu diimbangi impor yang tercatat US$ 33,65 miliar pada periode Januari-Mei 2009, turun 36,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ali mengemukakan, negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Mei 2009 masih ditempati Cina dengan nilai US$ 4,85 miliar dengan pangsa 17,36 persen. Diikuti Jepang US$ 3,5 miliar, dan Singapura US$ 3,15 miliar.

EKO NOPIANSYAH

Berita terkait

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

2 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

3 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

5 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

11 hari lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

12 hari lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

12 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

12 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

13 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

16 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

16 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya