Polemik Hilirisasi Nikel, Cak Imin Siap Hadapi Luhut hingga Janjikan Evaluasi Kebijakan Mudarat
Reporter
Riri Rahayu
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 30 Januari 2024 07:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut satu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin saat berkampanye di Yogyakarta kemarin mengatakan siap menghadapi opung. Adapun, opung yang dimaksud Cak Imin merujuk pada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebab, belakangan ini, keduanya tengah memperdebatkan soal hilirisasi nikel. Selain berseberangan pikiran dengan Cak Imin, Luhut juga berbeda pendapat dengan Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), Tom Lembong, terutama soal baterai lithium ferro-phosphate alias (LFP).
"Saya dan Pak Tom lagi siap-siap ngadepin opung," kata Cak Imin dalam video pendek saat berkampanye di Jogjakarta, Senin, 29 Januari 2024, dikutip dari unggahan di Instagram resmi @cakiminow.
Sebelumnya, dalam Debat Cawapres 2024 pada Ahad, 21 Januari 2024, Cak Imin memang menyebut hilirisasi pemerintah Jokowi dilakukan secara ugal-ugalan. Akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan, kecelakaan kerja, hingga masalah dominasi tenaga kerja asing.
Cak Imin juga menyoroti kemiskinan di sekitar kawasan hilirisasi. Ia menyebut eekonomi Sulawesi Tengah bisa naik 13 persen, tetapi rakyatnya tetap miskin dan tidak menikmati.
Dalam kampanye di Jogja kemarin, Cak Imin pun menjanjikan evaluasi kebijakan hilirisasi tersebut. "Kalau Amin menang, kami lakukan evaluasi total agar masa depan bangsa dan anak cucu kita terjamin selamanya. Allahuma amin," tuturnya.
Apalagi, menurut Cak Imin, jika nikel terus dikeduk dan diekspor ke luar negeri, suatu saat Indonesia justru harus mengimpor nikel dari negara lain ketika membutuhkan komoditas itu. Artinya, kata dia, kebijakan hilirisasi itu membawa mudarat alias merugikan. "Karena itu perubahan yang harus kita lakukan adalah perubahan yang memberi manfaat keadilan antargenerasi."
Sederet Bantahan dari Luhut
Sebelumnya, Luhut menjawab kritik Cak Imin ihwal hilirisasi melalui video yang ia unggah di Instagram. Ia merespons kritikan tersebut dengan menyampaikan keinginan untuk mengajak Cak Imin melihat hilirisasi di Weda Bay dan Morowali.
"Seeing is believing, daripada anda berbohong kepada publik," kata Luhut dalam postingan di akun resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024.
Luhut juga mengklaim angka kemiskinan di Sulawesi Tengah menurun seiring adanya hilirisasi nikel. Dalam catatanya, pada 2015, angka kemiskinan di sana tercatat 14,7 persen dan menurun pada 2023 ke angka 12,4 persen.
Sementara itu, kemiskinan di Morowali menurun dari 15,8 persen pada 2015 menjadi 12,3 persen pada 2023. "Jadi, terjadi cukup perbaikan-perbaikan di sana," kata Luhut.
Luhut pun membantah klaim Tom Lembong soal penggunaan LFP untuk mobil Tesla yang diproduksi di Cina.
"Tidak benar yang disebutkan kalau pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya," kata Luhut melalui postingannya di akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Mereka masih menggunakan baterai berbahan dasar nikel yang disuplai LG."
Luhut kemudian membandikan baterai jenis LFP dengan baterai kendaraan listrik berbasis nikel. Ia mengatakan bahwa baterai lithium berbasis nikel bisa didaur ulang. "Sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang."
Adapun beberapa waktu sebelumnya, Tom Lembong menilai pemerintahan era Jokowi terobsesi pada nikel, tetapi tidak berorientasi pada pasar.
"Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi, karena semua baterai mobil listrik pakai nikel," kata kata Tom dalam acara Diskusi Publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2019 tentang Kebijakan Industri, Hilirisasi dan Perubahan iklim di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.
Menurut Tom, industri bakal mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil. Ia memberi contoh produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk, yang beralih menggunakan baterai LFP. "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi," ujar Tom.
Pilihan Editor: Debat Cawapres Sudah Lewat, Masalah Hilirisasi Terutama Nikel Masih Jadi Topik Panas