Lisminto menjabarkan, dengan asumsi harga minyak mentah internasional US$ 70 per barel dan harga minyak di pasar Singapura Rp 5.300 per liter, maka harga keekonomian bioetanol mencapai Rp 6.500 hingga Rp 7.500 per liter. Sementara harga premium dalam negeri masih disubsidi di level Rp 4.500 per liter.
Sehingga Aprobi mengusulkan subsidi untuk bietanol sebesar Rp 1.450 per liter atau Rp 311 miliar untuk volume 214.541 kiloliter per tahun. "Volume bioetanol pada 2010 ditargetkan mencapai satu persen dari total volume premium bersubsidi yakni 214.541 kiloliter per tahun," kata Lisminto.
Dengan asumsi yang sama, harga keekonomian biodiesel mencapai Rp 6.880-7.040 per liter. Sementara harga solar bersubsidi saat ini sebesar Rp 4.500 per liter. Maka nilai subsidi untuk biodiesel diusulkan sebesar Rp 1.660 per liter. Dengan volume satu persen dari premium atau 562.543 kilo liter, tambahan anggaran untuk subsidi bioetanol sebesar Rp 934 miliar.
Lisminto menambahkan kemampuan kapasitas terpasang biodiesel sudah mampu memenuhi kebutuhan minimum mandatori yaitu lima persen. Sementara jika semua kapasitas bioetanol diberdayakan, maka hanya memenuhi separuh dari mandatori premium.
Dia menjelaskan hanya 35 persen produsen ethanol yang mampu memproduksi bioetanol. Dari 35 persen itu, hanya sepersepuluh yang memiliki kapasitas produksi 100 ribu kiloliter.
DESY PAKPAHAN