Proyeksi Ekonomi Dunia 2024 Tumbuh 2,8 Persen, Bank Indonesia Singgung Peran ASEAN-5

Senin, 5 Juni 2023 16:20 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa, 31 Januari 2023. International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023 yang semula 2,7 persen menjadi 2,9 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global mampu mencapai 2,8 persen pada tahun 2024.

“Kami perkirakan untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global bisa mencapai 2,7 persen, dan naik menjadi 2,8 persen tahun 2024, terutama pertumbuhan ekonomi global ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang diperkirakan akan lebih baik,” kata Perry di Jakarta, Senin 5 Juni 2023.

Perry menjelaskan di tengah gejolak perekonomian global, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan masih akan tetap bertumbuh dengan disokong pertumbuhan perekonomian negara-negara berkembang seperti India dan ASEAN-5.

India mengalami pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,8 persen pada 2023, dan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan PDB hingga 6,2 persen pada 2024. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh faktor meningkatnya permintaan domestik yang cukup kuat di India.

Begitu juga dengan negara-negara ASEAN-5 yang mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. PDB negara ASEAN-5 tumbuh 5,1 persen pada 2023, dan diprediksi terus mengalami pertumbuhan 5,5 persen pada 2024.

Advertising
Advertising

Pertumbuhan yang sama juga terjadi pada raksasa ekonomi China sebesar 5,5 persen pada 2023, meskipun diprediksi mengalami penurunan 4,8 persen pada 2024.

Perlambatan pertumbuhan PDB Amerika Serikat

<!--more-->

“Ekonomi China juga tumbuh lebih tinggi sejalan dengan pembukaan kembali ekonomi pascapandemi COVID-19 yang makin luas, dan dengannya, mendorong permintaan domestik di samping juga kenaikan ekspor mereka,” ujarnya.

Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi negara maju justru diprediksi mengalami perlambatan dikarenakan ketatnya pasar tenaga kerja serta kondisi ketidakpastian pasar keuangan global dan penyelesaian debt ceilling AS yang tak kunjung usai.

Hal itu mengacu pada perlambatan pertumbuhan PDB Amerika Serikat (AS) yang hanya tumbuh 0,9 persen. Angka tersebut lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan pada 2022 yang tercatat 2,1 persen.

Sama halnya dengan negara kawasan Eropa yang tercatat hanya mengalami pertumbuhan PDB 0,6 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada 2022 sebesar 3,6 persen.

Namun Perry menambahkan, PDB kedua negara maju tersebut akan terus membaik dengan perkiraan PDB AS tumbuh di level 0,9 persen dan kawasan Eropa tumbuh 1,2 persen pada 2024. Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi XI DPR RI dengan Menteri Keuangan RI di Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, Perry menjelaskan, optimisnya pertumbuhan perekonomian global tak bisa dilepaskan dari adanya faktor menurunnya inflasi secara keseluruhan, terutama pada negara-negara berkembang yang cenderung lebih cepat menurunkan tingkat inflasi.

Sementara untuk negara maju, penurunan inflasi cenderung lebih lambat dikarenakan faktor ketatnya tenaga kerja.

"Juga kalau kita lihat inflasi secara global, memang menurun terutama penurunan inflasi di negara berkembang yang lebih cepat, sementara penurunan inflasi di negara maju turunnya lebih lambat karena tentu faktor dari supply termasuk keketatan dari pasar tenaga kerja. Dan itu kenapa di negara termasuk AS itu ada kecenderungan bahwa suku bunga kebijakan moneternya akan tinggi dalam waktu yang lama atau yang sering kita sebut higher for longer," pungkasnya.

Pilihan Editor: Siklus Kenaikan Suku Bunga BI Berakhir, Analis: Pasar Obligasi Membaik

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

5 jam lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

5 jam lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

11 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

13 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya