Harga Minyak Dunia Turun ke USD 85, Politikus PKS: Selayaknya Harga BBM Bersubsidi Turun Sekarang
Reporter
Ade Ridwan Yandwiputra
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 22 Mei 2023 15:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota komisi VII DPR dari Fraksi PKS Mulyanto mempertanyakan sikap pemerintah dalam mengatur harga BBM bersubsidi yakni Solar maupun Pertalite seiring penurunan harga minyak dunia belakangan ini.
Alasannya, dalam sidang paripurna DPR pada akhir pekan lalu, Pemerintah menyampaikan asumsi makro RAPBN 2024 di mana nilai tukar rupiah terhadap dolar diusulkan sebesar Rp 14.700-15.300 dan harga minyak mentah (crude) menjadi sebesar US$ 75-85 per barel.
"Angka-angka asumsi tersebut sudah jauh di bawah kondisi saat harga BBM subsidi dinaikkan, yakni nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.500 per dolar AS sedang harga minyak mentah dunia lebih dari US$ 110 per barel," kata Mulyanto melalui keterangan persnya, Senin 22, Mei 2023.
Mulyanto menilai, dengan penurunan nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah tersebut artinya beban anggaran untuk subsidi BBM di tahun 2024 ini akan berkurang.
Oleh sebab itu, Mulyanto meminta Pemerintah tetap mengalokasikan selisih anggaran tersebut untuk subsidi BBM sehingga harga BBM bersubsidi dapat diturunkan baik untuk Solar maupun Pertalite.
“Sudah selayaknya harga BBM bersubsidi turun sekarang," kata Mulyanto.
Selain itu, pemerintah diminta segera menerapkan pembatasan distribusi BBM bersubsidi agar tepat sasaran. Mobil mewah sudah sepantasnya tidak menggunakan BBM bersubsidi.
Selanjutnya: "Jangan selisih anggaran dari penurunan ..."
<!--more-->
"Jangan selisih anggaran dari penurunan harga minyak dunia di atas digunakan untuk mensubsidi mobil listrik, kami menolak subsidi untuk membeli barang mewah untuk orang kaya, apalagi untuk kendaraan perorangan milik pribadi, bukan transportasi publik”, katanya.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu juga menegaskan hakikat subsidi adalah diberikan untuk mereka yang kurang mampu dalam rangka meningkatkan daya beli mereka. Bukan kepada orang kaya yang sudah tinggi daya belinya.
"Saat ini masyarakat membutuhkan bantuan untuk dapat bangkit memperbaiki kondisi ekonominya. Terutama bagi masyarakat yang sehari-harinya bekerja di sektor informal yang membutuhkan bantuan subsidi dari Pemerintah," ucapnya.
Adapun harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Jumat pekan lalu atau Sabtu pagi WIB. Penurunan harga ini di antaranya karena investor khawatir politikus Amerika akan gagal menyepakati plafon utang baru dan memicu gagal bayar yang akan merugikan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar menyusul jeda negosiasi masalah tersebut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun US$ 0,31 atau 0,43 persen, menjadi US$ 71,55 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli melemah US$ 0,28 atau 0,37 persen, menjadi US$ 75,58 per barel di London ICE Futures Exchange.
Meski begitu, harga minyak mentah Brent dan WTI naik pada mingguan pertama dalam sebulan, dengan kedua harga acuan tersebut naik sekitar 2 persen.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | ANTARA
Pilihan Editor: Update Harga BBM per 1 Mei 2023, BP Diesel Lebih Murah dari Pertamina Dex
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini