Pertamina Geothermal Energi IPO, Pakar Ekonomi UGM Ungkap Keuntungannya
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 15 Februari 2023 14:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar ekonomi bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Mudrajad Kuncoro menilai positif penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energi (PGE). IPO PGE dilakukan pada Rabu, 1 Februari 2023.
Menurut Mudrajad, kondisi keuangan PGE saat ini bagus dan tercatat membukukan laba. “Untuk melihat korporasi melakukan IPO, memang harus dicek terlebih dahulu laporan keuangannya dalam dua tahun terakhir,” ujarnya lewat keterangan tertulis pada Rabu, 15 Februari 2023.
Dia menjelaskan bagi perusahaan dengan kondisi keuangan baik, IPO dimaksudkan untuk menambah modal dan melakukan ekspansi usaha. Sedangkan pada perusahaan yang merugi atau tidak untung, IPO diduga merupakan upaya untuk menutupi utang.
“Kan beda niatnya. Sedangkan PGE meraih laba. Jadi IPO digunakan untuk ekspansi bisnis,” kata dia.
Mudrajad juga menyitir data laporan keuangan dari anak usaha PT Pertamina (Persero) itu yang meraih laba US$ 111,43 juta atau setara Rp 1,6 6 triliun hingga kuartal III 2022. Angka tersebut, menurut dia, naik dari sebelumnya, yakni US$ 66,4 juta atau Rp 9946 miliar.
Sementara pendapatan usaha perseroan tercatat US$ 287,39 juta atau setara Rp 4,3 triliun sampai September 2022. Perusahaan juga membukukan aset US$ 2,44 miliar atau setara Rp 36,6 triliun, liabilitas Rp 16,9 triliun, dan ekuitasnya Rp 19,6 triliun.
Selanjutnya: Masuknya PGE ke lantai bursa juga...
<!--more-->
Mudrajad menilai, masuknya PGE ke lantai bursa juga sangat positif dan menguntungkan. “Itu bagus karena memang dibutuhkan, apalagi geothermal dan juga gas sangat dibutuhkan karena lebih bersih daripada batu bara dan lain-lain,” kata dia.
Keuntungan lain dari IPO, Muradrajat berujar, pemerintah tidak harus menambah penyertaan modal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu, IPO juga mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja karena diawasi publik.
Kondisi tersebut, kata dia, akan meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik atau good governance. “Jadi, memang banyak manfaat IPO. Karena menjadikan perusahaan harus terbuka, good governance-nya juga transparan. Jadi semakin dipercaya masyarakat dan pemegang saham maupun investor manapun,” tutur Mudrajad.
Ditambah lagi, menurut Mudrajad, IPO PGE bukan merupakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Sebab, porsi saham yang ditawarkan kepada publik hanya 25 persen, masih jauh di bawah angka 50 persen.
“Kalau masih di bawah minor 50 persen itu enggak masalah. Yang penting nanti target keuntungannya pasca-IPO itu berapa, lalu setor ke negara itu berapa,” kata dia.
Berbeda jika pelepasan saham di atas 50 persen yang menurut Mudrajad bisa mengakibatkan saham pemerintah bukan mayoritas. “Kalau 60 persen dan itu nanti yang beli asing, nah itu baru bermasalah. Seperti misalnya Indosat, itu kan dibeli Temasek. Kalau 25 persen seperti PGE, saya kira tidak masalah."
Pilihan Editor: Serikat Pekerja Pertamina Tolak Privatisasi PT PGE Melalui IPO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.