BPS Sebut Kebijakan Fiskal dan Moneter Jaga Daya Beli dan Aktivitas Ekonomi 2022
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 6 Februari 2023 21:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bagaimana kebijakan pemerintah melalui konsolidasi fiskal dan moneter sepanjang 2022. Konsolidasi yang kuat antara kebijakan fiskal dan moneter dapat menjaga daya beli masyarakat Indonesia.
“Serta meningkatkan aktivitas ekonomi di seluruh pelaku ekonomi di Indonesia,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual pada Senin, 6 Februari 2023.
Baca: BPS: Pertumbuhan Ekonomi RI pada 2022 Terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera
Dia mencontohkan kebijakan fiskal seperti penyaluran perlindungan sosial tambahan, melalui bantuan langsung tunai bahan bakar minyak (BLT BBM), dan bantuan subsidi upah atau BSU. Selain itu, adanya dukungan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah atau APBD juga menunjukkan bahwa peran pemerintah hadir dalam menjaga daya beli masyarakat.
Dalam merespons penyesuaian harga BBM, Margo mengatakan pemerintah meningkatkan subsidi energi, yakni angkanya naik secara kumulatif sebesar 22,42 persen.
“Kemudian BI Rate juga demikian sebagai respons bank sentral untuk hal terkait dengan penetrasi menyesuaikan dari 4,25 persen pada September 2022 menjadi 5,50 persen pada Desember 2022,” ucap Margo.
Margo juga membeberakan indikator konsolidasi kuat antara kebijakan fiskal dan moneter dapat menjaga daya beli masyarakat. Di antaranya, meski inflasi secara global terus menguat, inflasi di Indonesia ini tinggi tapi dalam kategori moderat dan tetap terkendali dan ini ditutup pada tahun 2022 di angka 5,51 persen.
Selanjutnya: penjualan mobil penumpang itu naik 10,87 persen ...
<!--more-->
Margo menuturkan, indeks penjualan eceran rill tumbuh 1,62 persen secara year on year dan secara kumulatif tumbuhnya 5,94 persen. Demikian juga penjualan mobil penumpang itu naik 10,87 persen secara year on year dan secara kumulatif 18,76 persen sepanjang 2022. Serta penjualan sepeda motor naik 24,15 persen secara year on year dan 3,24 persen secara kumulatif.
“Kemudian indikator stabilitas daya beli masyarakat dilihat dari nilai transaksi uang elektronik kartu debit dan kredit tumbuh 0,66 persen secara year on year dan 5,18 persen secara kumulatif. Dan penerimaan PPh pasal 21 tumbuh 9,43 persen secara year on year dan 18,46 persen secara kumulatif,” kata Margo.
Selain itu, konsolidasi yang kuat antara kebijakan fiskal dan moneter juga membuat aktivitas produksi semakin ekspansif. Hal itu didukung oleh prompt manufacturing index Bank Indonesia yang masih ekspansif, mencapai 50,06 persen meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan empat 2021 sebesar 50,17 persen.
Kemudian impor bahan baku dan barang modal masing-masing tumbuh 23,04 persen dan 26,99 persen secara year on year, sedangkamn barang konsumsi turun 1,47 persen. Selain itu penjualan listrik naik sebesar 2,70 persen year on year, terutama didorong oleh konsumen listrik untuk segmen bisnis.
“Serta kapasitas produksi terpakai pengolahan triwulan empat 2022 sebesar 71,15 persen, lebih tinggi dari triwulan empat tahun 2021 yang sebesar 69,53 persen,” tutur Margo.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini