IMF Sebut 2023 Ekonomi Dunia Gelap Gulita, Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi RI Meningkat Pesat
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 2 Februari 2023 15:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merepons pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal peringatan International Monetary Fund (IMF) bahwa dunia akan gelap gulita pada 2023. Namun pada kenyataannya, kata Sri Mulyani, pemulihan ekonomi nasional kini tengah meningkat.
“Indonesia pemulihannya meningkat sangat pesat. Dan itu harus kita jaga dan kita pertahankan,” ujar Sri Mulyani saat menyampaikan kuliah umum di STKIP PGRI Sumenep, Jawa Timur, yang disiarkan langsung YouTube Kemenkeu RI pada Kamis, 2 Februari 2023.
Baca: Sri Mulyani Ungkap Tantangan Global Setelah Pandemi Covid-19 Ditangani, Apa Saja?
Ia lalu memaparkan bahwa sepanjang tahun 2022, ekonomi global melemah secara sangat signifikan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 2,9 persen.
Bagaimana dengan tahun ini?
Sejumlah prediksi menyebutkan perekonomian tahun 2023 bakal tumbuh lebih lemah lagi. Menurut Sri Mulyani, hal itu harus tetap diwaspadai.
Tantangan baru usai pandemi Covid-19
Pasalnya, ada tantangan baru usai pandemi Covid-19 yaitu dunia akan mengalami pelemahan ekonomi yang signifikan, sebagian menyebutnya sebagai resesi. “Kalau resesi itu ekonominya kontraktif. Kalau pelemahan dia menurun sangat tajam,” tutur Sri Mulyani.
Ditambah lagi dengan harga-harga naik dan kondisi geopolitik yang menegang antara blok barat dengan Rusia dan Cina. Sri Mulyani menyebutnya sebagai konstelasi global. Namun begitu, ada anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN yang akan dioptimalkan sebagai instrumen yang melindungi masyarakat dan perekonomian.
“APBN kita sebut melindungi dari dari berbagai guncangan yang datang sering tanpa bisa diprediksi atau tidak bisa direncanakan. Seperti perang yang enggak diprediksi akan terjadi pada bulan Februari 2022 yang lalu di Ukraina,” ucap Sri Mulyani. “Yang dampaknya merambat, kemudian menyebabkan harga pangan dan energi baik.”
Selanjutnya: APBN, kata dia, menjadi penahan gejolak...
<!--more-->
APBN, kata dia, menjadi penahan gejolak, bahkan ketika harga bahan bakar minyak atau BBM yang naik di sejumlah negara. Di Eropa, misalnya, harga BBM naik tiga kali lipat. Tapi, menurut bendahara negara tersebut, kenaikan harga BBM di Tanah Air hanya terjadi pada September 2022.
Sebab, jika mengikuti mekanisme pasar, menurut Sri Mulyani, kenaikan harga BBM minimal hampir atau lebih dari 100 persen atau bahkan 200 persen seperti yang terjadi di negara-negara Eropa. Jika gejolak besar itu tidak ditahan, rakyat dan ekonomi pasti akan jatuh lagi.
“Belum sembuh dari pandemi kena lagi dampak dari kenaikan harga. Maka APBN menahan tersebut kenaikan harga yang besar dampaknya subsidi kepada bahan bakar melonjak sangat tinggi,” kata Sri Mulyani.
APBN didesain lebih fleksibel dan responsif
Lebih jauh Sri Mulyani mengatakan, pemerintah berhasil memulihkan ekonomi dengan mendesain APBN yang fleksibel, responsif, dan targeted. Pada tahun 2021-2022, Indonesia sudah mulai pulih dari hantaman Covid-19. Bahkan tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Pertumbuhan ekonomi itu, kata dia, dikontribusikan oleh semua sektor, mulai dari pertanian. Sektor lainnya yang berkontribusi adalah sektor jasa, konstruksi, pertambangan, jasa keuangan, dan lainnya. Bahkan sektor yang terpuruk paling dalam seperti transportasi, pariwisata, hingga perhotelan sudah kembali pulih dan kuat. “Itu adalah pemulihan ekonomi dari sisi produksi atau supply,” tutur dia.
Sementara, dari sisi permintaan, bendahara negara menambahkan, konsumsi rumah tangga mulai meningkat, termasuk investasi dan ekspor. Sehingga pada saat seluruh mesin pertumbuhan ekonomi mulai jalan, kata Sri Mulyani, APBN sebagai instrumen yang tadinya menahan merosotnya kegiatan ekonomi, sekarang bisa mulai konsolidasi.
Baca juga: Sri Mulyani Beberkan APBN jadi Andalan untuk Jawab Tantangan Ekonomi Global
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.