Petani Food Estate Kekurangan Modal, Anak Buah Luhut Gencar Tawarkan 4 Skema Bagi Hasil ke Investor
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 31 Januari 2023 14:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengatakan tengah gencar menggaet investor untuk menggarap proyek food estate di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Hal tersebut disampaikan oleh Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Manajer Lapangan Food Estate Humbang Hasundutan, Van Basten Pandjaitan.
"Saya sudah keliling ke tujuh perusahaan yang saat ini menjadi offtaker. Sekarang kami sedang tawarkan empat model usulan kerjasama," anak buah Menteri Luhut Pandjaitan itu saat ditemui di Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada Kamis, 26 Januari 2023.
Baca: Lahan Food Estate Dinilai Belum Subur sehingga Gagal Panen, Kementan: What Do You Expect?
Ia menjelaskan pemerintah akan terus mendorong petani swadaya di food estate untuk bermitra bersama perusahaan agar mendapatkan modal untuk menggarap lahan tersebut. Hal itu karena masih banyak lahan yang terbengkalai menjadi semak belukar karena ditinggalkan petaninya.
Menurutnya, lahan megaproyek lumbung itu terbengkalai lantaran para petani tak sanggup modal untuk biaya produksi. Sementara pemerintah, kata dia, tak mungkin kembali menggelontorkan dana APBN.
Dari ada empat skema kerja sama yang dia usulkan, dua di antaranya sudah berlangsung hingga saat ini. Skema pertama, kerja sama petani dengan perusahaan swasta sebagai offtaker.
Berdasarkan MoU, kata dia, perusahaan sudah sepakat akan menyerap seluruh hasil Budi daya petani dan meminjamkan benihnya. Sementara pupuk dan tenaga kerja berasal dari petani. Alhasil, petani mendapatkan uang hasil penjualan dikurangi biaya modal.
Kemudian skema yang kedua, semuanya biaya ditangung oleh investor. Contohnya, biaya budi daya kentang sebesar Rp 130 juta, maka investor akan memberikan dana tersebut. Kemudian petani hanya bekerja sebagai tenaga kerja harian
"Anggap lah (upahnya) Rp 80.000 sampai Rp 90.000 per hari. Berarti kalau dia kerja aja selama 25 hari, mungkin sudah dapat Rp 2 juta," ucapnya.
Dia bercerita investor pun sempat bertanya-tanya dari mana petani akan menghidupi mereka. Tetapi, Van Basten menjelaskan para petani hanya perlu dibayar Tenaga nya saja sementara investor bisa memberikan modal 100 persen dan menyerap hasil panen sepenuhnya.
Namun setelah empat bulan panen, ia mengatakan akan ada pembagian hasil. Contohnya, apabila hasil panen mencapai Rp 150 juta dari modal Rp 130 juta, maka ada profit 20 juta. Profit tersebut dibagi dua antar petani dan investor.
Selanjutnya: "Karena petani hanya modal ..."
<!--more-->
"Karena petani hanya modal lahan, investor memodali semua. Jadi saya bilang fair dong 50-50, dan investor sudah ok, petani juga ok." kata dia.
Lalu skema kerja sama yang ketiga, pemerintah akan membuat lahan percontohan. Untuk menggarap lahan ini, pemerintah akan menggaet pusat penelitian dari dalam maupun luar negeri. Lahan itu akan digunakan sebagai pusat pelatihan bagi para petani.
Jika proyek di lahan percontohan ini sudah berhasil, ia berujar dananya akan dipakai untuk membiayai tim penyuluh dan membiayai petani yangkurang modal.
Skema yang keempat, pemerintah bakal membuka kesempatan untuk hilirisasi industri. Tujuannya untuk memberikan nilai tambah. Menurut dia, industrinya harus dibangun di dekat kawasan food estate ini. Di antaranya pembangunan gudang pengering, pendingin, dan packing house.
Adapun pemerintah menargetkan pembukaan lahan baru hingga 1.000 hektare untuk proyek food estate Humbang Hasundutan. Di lahan yang berbatasan dengan hutan lindung itu, sebanyak 215 hektare telah dibuka oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Namun hanya 146 hektare yang telah ditanami. Itu pun, separuhnya ditinggalkan petani lantaran tak kuat modal untuk menggarap di musim tanam kedua tanpa bantuan pemerintah.
Hal ini juga disebabkan oleh gagal panen yang terjadi pada tahap pertama. Menurut Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto, lahan food estate belum bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menanam komoditas hortikultura lantaran pengkondisian tanah yang terburu-buru.
Kementan mempercepat pembukaan 215 lahan baru dan pengkondisian tanah menjadi kurang dari enam bulan, yakni dari Agustus hingga Desember 2020. Hal itu demi menyelesaikan realisasi anggaran 2020.
"What do you expect? Susah kan? Ya sudah. Memang budaya itu seperti orang mengembalikan telapak tangan?" kata Prihasto saat ditemui Tempo di Coffee Hotel Dolok Sanggul, Sumatera Utara pada Kamis, 26 Januari 2023.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.