Cina Perlonggar Lockdown, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 12 Desember 2022 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo menilai pelonggaran pembatasan sosial atau lockdown di Cina akan berdampak positif pada Indonesia. Pasalnya, suplai dan demand komoditas akan kembali stabil sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Karena kita punya relasi dagang yang baik dengan Cina," ujar Prastowo saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta Selatan pada Senin, 12 Desember 2022.
Baca: Lo Kheng Hong Beberkan 3 Alasan Yakin RI Tak Alami Resesi pada 2023
Cina perlonggar lockdown
Adapun Cina telah mengumumkan pelonggaran lockdown pada Rabu pekan lalu, 7 Desember 2022 lalu. Pemerintah Cina akhirnya memutuskan langkah tersebut usai munculnya protes besar-besaran terhadap kebijakan nol-Covid di seluruh wilayah Cina.
Pelonggaran yang diputuskan oleh pemerintah Cina di antaranya berupa karantina di rumah bagi kasus Covid-19 tanpa gejala dan ringan. Sementara sebelumnya, seluruh warga Cina yang positif Covid-19 harus diisolasi di fasilitas terpusat milik pemerintah.
Pelonggaran lainnya, warga Cina tidak lagi diwajibkan melakukan tes PCR sebelum masuk ke tempat umum dan menunjukkan kode kesehatan hijau di ponsel mereka untuk memasuki gedung dan ruang publik. Kecuali untuk panti jompo, institusi medis, taman kanak-kanak, sekolah menengah dan sekolah menengah atas.
Akibat pelonggaran lockdown di Cina, ditambah dengan penutupan jalur pipa minyak utama di Amerika Utara, harga minyak mentah global memantul atau rebound per hari ini. Data Bloomberg menunjukkan harga West Texas Intermediate naik 0,72 persen ke US$ 71,53 per barel, setelah jeblok 11 persen sepanjang pekan lalu. Sementara minyak Brent naik 0,46 persen ke US$ 76,45 per barel.
Selanjutnya: TC Energy Corp. melanjutkan upaya pemulihan ...
<!--more-->
TC Energy Corp. melanjutkan upaya pemulihan di jalur pipa Keystone yang ditutup. Jalur pipa ini menghubungkan ladang minyak di Kanada dengan kilang di Pantai Teluk AS. Perusahaan tersebut juga belum menetapkan tanggal untuk memulai kembali operasional pipa Keystone.
Dengan pelonggaran lockdown, ada prospek kebangkitan konsumsi energi di importir minyak mentah terbesar di dunia. Langkah itu juga membantu mengimbangi kekhawatiran bahwa AS mungkin menuju resesi setelah The Federal Reserve menaikkan suku bunga secara agresif untuk meredam inflasi.
Tren harga minyak menurun
Sementara itu, kalangan pasar menilai harga minyak mentah masih berada di jalur untuk penurunan kuartalan berturut-turut pertama sejak pertengahan 2019 karena prospek permintaan memburuk dan likuiditas yang tipis memperburuk perubahan harga hingga akhir tahun ini.
Investor juga menimbang dampak dari batas harga US$ 60 per barel yang dikenakan oleh Kelompok Tujuh (G7) dan Uni Eropa pada minyak mentah Rusia untuk menghukum Moskow atas invasi Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat pekan lalu menyebutkan bahwa negara tersebut dapat memangkas produksi sebagai tanggapan atas sanski kepada negaranya. Keputusan itu akan dikeluarkan mengenai masalah tersebut dalam beberapa hari mendatang.
RIANI SANUSI PUTRI | BISNIS
Baca juga: CIPS: India Berpeluang Salip Cina Jadi Mitra Dagang Utama Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.