Masih Jadi Orang Terkaya Nomor Satu Versi Forbes 2022, Ini Profil Hartono Bersaudara
Reporter
magang_merdeka
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 10 Desember 2022 11:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Majalah Forbes 2022, Hartono bersaudara, pemilik Grup Djarum, tercatat masih menempati posisi teratas. Nilai akumulasi kekayaan keduanya, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu.
Total kekayaan Robert dan Michael Hartono pada 2022 tercatat tembus US$ 47,7 miliar atau setara dengan Rp 745,7 triliun (kurs Rp 15.625 per dolar AS) per Desember 2022, naik US$ 5,1 miliar ketimbang tahun 2021. Meski begitu, pada tahun sebelumnya, Hartono bersaudara juga menduduki posisi pertama orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan total kekayaannya mencapai US$ 42,6 miliar.
Adapun Robert dan Michael Hartono merupakan anak dari Oei Wei Gwan seorang Tionghoa-Indonesia pendiri pertama dari PT Djarum. Robert Budi Hartono memiliki nama Tionghoa, yaitu Oei Hwi Tjong. Sementara nama Tionghoa Michael Bambang Hartono adalah Oei Gwie Siong.
Kekayaan Robert dan Michael Hartono tak lepas dari bisnis yang mereka miliki, mulai dari industri rokok, perbankan, industri startup, hingga media.
Selanjutnya: Berawal cuan dari Industri Rokok
<!--more-->
Kisah mereka berawal dari Almarhum ayah mereka, Oei Wie Gwan, yang mengakuisisi perusahaan rokok bangkrut pada 1950, bernama Jarum Gramofon. Oei Wie Gwan kemudian mengubah namanya menjadi Djarum hingga dikenal sampai sekarang. Namun, pada 1963, pabrik rokok Djarum terbakar dan hanya menyisakan pabrik di kawasan Kliwon, Kudus, Jawa Tengah. Oei Wie Gwan pun meninggal tak lama setelah pabriknya terbakar.
Selanjutnya, Budi dan Michael Hartono mengambil alih bisnis rokok Djarum. Mereka kemudian mulai mengekspor rokok pada tahun 1972. Dengan berbagai usahanya, kakak beradik ini memasarkan Djarum Filter, yakni rokok kretek pertama yang dibuat menggunakan mesin pada 1976.
Kemudian, disusul dengan diperkenalkannya Djarum Super pada tahun 1981, yang saat ini menjadi salah satu merek paling populer di Indonesia. Upaya itu memberikan hasil yang baik, di mana pada 1965 hingga 1968, produksi rokok yang terjual berhasil tembus 3 miliar batang.
Menyusul tahun 1973, mereka mulai melebarkan pasar Djarum hingga ke mancanegara, seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang dan lain sebagainya. Hingga 2022, perusahaan tersebut telah menghidupi lebih dari 75.000 karyawan.
Selanjutnya: Gurita Bisnis Hartono
<!--more-->
Tak hanya Djarum, Hartono bersaudara juga melebarkan investasi ke bidang perbankan. Djarum diketahui bermitra dengan Farallon Capital, hedge fund yang berbasis di San Francisco, untuk membeli 51 persen saham publik Bank Central Asia (BCA), dengan harga sekitar US$ 860 juta pada 2002.
Lebih lanjut, perusahaan Djarum lewat PT Global Digital Prima Venture (GDP Venture), juga berekspansi dalam modal ventura yang banyak berinvestasi pada sejumlah perusahaan startup besar.
Beberapa perusahaan yang disuntik modal oleh GDP Venture, antara lain transportasi online Gojek, situs belanja Blibli.com, Tiket.com, hingga startup kesehatan Halodoc. Perusahaan ventura ini juga terus menggelontorkan dana besar untuk berbagai situs berita berbasis online antara lain Kumparan, Historia, Kincir, Narasi, KasKus, Lokadata, Opini, Cermati, Mindtalk, IDN Media, LintasME, Crazymarket, dan DailySocial.net.
Salah satu sumbangan besar tahun ini berasa dari initial public offering (IPO) PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) alias Blibli yang sukses meraup dana segar sekitar Rp 8 triliun atau US$ 510 juta.
Selain itu, Hartono bersaudara juga terjun ke bisnis properti dan perhotelan dengan mengelola sejumlah kawasan perkantoran dan hotel di beberapa tempat, antara lain, Grand Indonesia, Hotel Kempinski, Menara BCA dan lainnya. Keduanya juga diketahui memiliki merek elektronik populer Polytron, real estate utama di Jakarta, dan saham di startup gaming Razer.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini