Rupiah Tetap Jeblok Meski BI Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 6 Tahun, Kenapa?

Jumat, 18 November 2022 14:26 WIB

Logo atau ilustrasi Bank Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS hingga perdagangan siang hari ini, Jumat, 18 November 2022. Padahal Bank Indonesia sebelumnya sudah menaikkan suku bunga acuannya pada sehari sebelumnya.

Hingga berita ini diunggah pada siang hari ini, rupiah berada di level 15.676 per dolar AS. Rupiah turun dibandingkan pada posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.663 per dolar AS. Sementara kurs rupiah melemah pada pagi hari tadi sebesar 15 poin atau 0,1 persen ke 15.678 per dolar AS.

Rupiah dipengaruhi The Fed

Analis Indonesia Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya menyatakan salah satu pemicu pelemahan rupiah tadi pagi adalah pernyataan hawkish dari Presiden The Fed St Louis James Bullard. "Dolar AS outlook-nya menguat dipicu oleh pernyataan yang hawkish dari pejabat The Federal Reserve," kata Faisyal dalam kajiannya, hari ini, Jumat, 18 November 2022.

Baca: Analis Prediksi Kurs Rupiah Tembus Rp 16.000 per Dolar AS November Ini

Advertising
Advertising

Bullard, menurut Faisyal, menunjukkan grafik yang menunjukkan bahwa bahkan asumsi dovish akan membutuhkan kebijakan suku bunga bank sentral untuk naik setidaknya 5 persen.

Sementara itu, asumsi yang lebih ketat menyarankan suku bunga Fed atau Fed Fund Rate (FFR) akan naik di atas 7 persen. Sementara itu, suku bunga acuan saat ini berada di kisaran 3,75-4 persen setelah serangkaian kenaikan suku bunga agresif.

Sehari sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada November 2022 memutuskan mengerek suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) dari 4,75 persen menjadi 5,25 persen. Tak hanya itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen dan 6 persen.

"Keputusan ini sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Kamis, 17 November 2022.

Dengan keputusan itu, maka suku bunga acuan BI7DRR tersebut naik tertinggi dalam 6 tahun terakhir atau sejak Oktober 2016. Saat itu, suku bunga acuan oleh BI ditetapkan sebesar 4,75 persen.

Selanjutnya: Kenaikan suku bunga acuan itu juga untuk...

<!--more-->

Kenaikan suku bunga acuan itu, kata Perry, juga untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 2-4 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama tahun 2023. Selain itu, suku bunga dinaikkan agar bisa memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Dengan begitu, Perry berharap, rupiah bisa sejalan dengan nilai fundamentalnya meski mata uang dolar AS menguat dan ada ketidakpastian pasar keuangan global. "Di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," ucap Perry.

BI akan tetap di pasar

Untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, Bi akan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas. Selain itu, BI juga melanjutkan penjualan atau pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.

Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) sebelumnya memperkirakan pelemahan rupiah dan mata uang lainnya di Asia kemarin karena adanya outlook kenaikan suku bunga bank sentral AS. Empat pejabat The Federal Reserve yang menjadi anggota Federal Open Market Committee (FOMC), pada acara terpisah kemarin, menyebutkan dukungan kenaikan suku bunga sebesar 0,50 persen untuk Desember mendatang.

Meski hal itu sebelumnya sudah diprediksi secara umum, dan sempat menopang naik dolar AS, tapi tak berlangsung lama. "The Fed nampaknya akan menaikkan suku bunga dengan tidak seagresif empat pertemuan sebelumnya, tetapi menargetkan tingkat suku bunga serendahnya 5,0 – 5,25 persen pada pertengahan 2023,” tulis Tim Riset MIFX, Jumat, 18 November 2022.

Sementara itu, analis dari PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kondisi pasar dalam negeri saat ini berjalan positif, namun terdapat permasalahan eksternal yang masih menghantui Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dan kurs rupiah. Ia bahkan memprediksi kurs rupiah bisa menembus Rp 16.000 per dolar AS pada November ini.

“Setelah melihat situasi dan kondisi saat ini, kalau saya katakan, di bulan November ini rupiah Rp 16.000 sangat mungkin terjadi,” kata Ibrahim, Kamis, 17 November 2022. Apabila rupiah melemah ke level Rp 16.000, kemungkinan besar IHSG akan melaju di bawah 7.000.

ANTARA | BISNIS

Baca juga: Rupiah Melemah ke 15.537 per USD, Pasar Soroti Pernyataan Joe Biden soal Rudal di Polandia

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

34 menit lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

12 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

14 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

15 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

16 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

20 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

21 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya