TEMPO.CO, Jakarta -Analis dari PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kondisi pasar dalam negeri saat ini berjalan positif, namun terdapat permasalahan eksternal yang masih menghantui Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dan kurs rupiah. Bahkan, ia memprediksi kurs rupiah bisa tembus Rp 16.000 per dolar AS pada November ini.
“Setelah melihat situasi dan kondisi saat ini, kalau saya katakan, di bulan November ini rupiah Rp 16.000 sangat mungkin terjadi,” kata Ibrahim ketika dihubungi oleh Tempo pada Kamis, 17 November 2022. Apabila rupiah melemah ke level Rp 16.000, menurut Ibrahim, kemungkinan besar IHSG akan melaju di bawah 7.000.
Ibrahim menjelaskan jika dilihat melalui data internal, kondisi pasar cukup bagus. Mulai dari neraca perdagangan terjadi surplus selama 30 bulan berturut-turut, PDB di kuartal ketiga yang di luar dugaan mencapai 5,72 persen, hingga kegiatan presidensi G20 di Bali yang menggeliatkan perekonomian Indonesia. “Ini kemungkinan bisa membawa PDB kuartal keempat masih cukup solid. Bisa 5,7 persen atau bisa di atas 5,7 persen,” sebutnya.
Meskipun demikian, terdapat permasalahan eksternal yang masih mengganggu, terutama di Asia. “Cina misalnya, kita tahu Desenber banyak kegiatan yang seharusnya diadakan di Cina tapi dipindah ke negara lain,” kata Ibrahim. Ia mengatakan Covid-19 yang masih tersebar hingga sekarang masih berpengaruh pada manufakthr data-data ekonomi di Cina.
Lalu perekonomian Jepang yang diketahui begitu kuat. Namun kenyataannya saat rilis PDB kuartal ketiga terjadi kontraksi. “Ini terlihat ekonomi Jepang terjadi suatu permasalahan. Seandainya kuartal keempat terjadi kontraksi lagi, kemungkinan Jepang akan masuk resesi,” jelas Ibrahim.
Adapun di Eropa, terdapat inflasi Inggris yang relatif besar yakni di atas 10 persen. Sebanyak 21 anggota negara Eropa juga turut mengalami permasalahan, seperti kekurangan energi, sehingga membawa krisis perekonomian ekonomi yang berpengaruh terhadap pelemahan mata uang rupiah. “Kenapa rupiah melemah? karena indeks dolar terus mengalami penguatan yang cukup signifikan,” ujarnya. Hal ini tentu saja berpengaruh pula pada IHSG.
Lebih lanjut, Ibrahim memaparkan beberapa saham yang masih prospektif untuk dikoleksi saat ini, yakni saham perbankan dan saham komoditas.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca Juga: Rupiah Melemah ke 15.537 per USD, Pasar Soroti Pernyataan Joe Biden soal Rudal di Polandia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.