Alasan LPEM UI Usul Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Jadi 5,25 Persen

Kamis, 17 November 2022 04:51 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, potensi inflasi yang melebihi perkiraan ini didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas global yang kemudian mempengaruhi pergerakan harga di dalam negeri. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menyatakan Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang menaikkan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kenaikan suku bunga ini untuk merespons era meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global dan apresiasi dollar Amerika Serikat (AS).

“Mempertimbangkan tingkat inflasi saat ini yang telah berada di atas kisaran target bank sentral selama lima bulan, BI perlu meningkatkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen bulan ini untuk menjaga stabilitas rupiah,” ujar Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky sebagaimana keterangan LPEM FEB UI di Jakarta, Rabu 16 November 2022.

Baca: Utang Luar Negeri Turun jadi USD 394, 6 MIliar, BI: Aman dan Terkendali

Dia mengatakan peningkatan suku bunga acuan BI akan membantu membatasi jumlah arus modal keluar, mencegah depresiasi rupiah lebih lanjut, dan membatasi tekanan inflasi dari barang-barang impor.

Selain itu, untuk menjaga spread yang menarik dengan suku bunga acuan The Fed, yang mana pada awal November dinaikkan lagi sebesar 75 bps, membuat targetnya saat ini berada di kisaran 3,75 persen hingga 4,00 persen.

Dia menjelaskan ruang menaikkan suku bunga acuan BI masih tersedia karena ekonomi nasional yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan, yakni sebesar 5,72 persen year on year (yoy) pada triwulan-III 2022, naik dari sebelumnya sebesar 5,44 persen yoy pada triwulan-II 2022.

“Ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dari perkiraan pada triwulan ketiga, yang memungkinkan Bank Indonesia memiliki fleksibilitas untuk melanjutkan kebijakan pengetatan lebih jauh,” kata Riefky.

Dia menjelaskan pertumbuhan pada triwulan-III 2022 terjadi berkat konsumsi rumah tangga dan ekspor yang tumbuh solid masing-masing sebesar 5,39 persen yoy dan 21,64 persen yoy, karena Indonesia masih menikmati tingginya harga komoditas global.

“(Selain itu) Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga kelas menengah ke atas, yang menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi terus berlanjut dan menguat meskipun menghadapi tantangan global,” kata Riefky.

Sebagai informasi, BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16 dan 17 November ini untuk menentukan kebijakan moneter yang paling tepat di tengah situasi perekonomian nasional dan global saat ini.

Baca: Bank Sentral di 5 Negara ASEAN Luncurkan Sistem Pembayaran Digital Menjelang KTT G20

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Yakin Suku Bunga Acuan Turun di Akhir Tahun

4 hari lalu

Bank Mandiri Yakin Suku Bunga Acuan Turun di Akhir Tahun

Bank Mandiri menilai suku bunga acuan berpotensi turun pada kuartal IV 2024.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya