Rupiah Perkasa, Pekan Depan Diprediksi Masih Menguat ke Level Rp 15.460

Jumat, 11 November 2022 20:00 WIB

Karyawan bank mengitung uang 100 dolar amerika di Bank Mandiri Pusat, Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa, semakin tertekan dampak wabah COVID-19. Rupiah ditutup melemah 240 poin atau 1,61 persen menjadi Rp15.173 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.933 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah menguat tajam hingga 198 poin menjadi di level Rp 15.459 per dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat, 11 November. Dalam perdagangan hari sebelumnya, mata uang garuda ditutup di posisi Rp 15.693 di pasar spot.

“Pekan depan, rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi kembali menguat di level Rp 15.460 hingga Rp 15.540 per dolar AS,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melalui keterangan tertulis, Jumat, 11 November 2022.

Ibrahim mengatakan penguatan rupiah hari ini terjadi seiring dengan capaian inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari diperkiraan. Data Kamis menunjukan inflasi AS tumbuh 7,7 persen alias masih di bawah 8 persen.

“Hal tersebut menunjukkan, serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam oleh The Fed mulai memiliki efek menekan inflasi. Ini juga mendorong ekspektasi bahwa The Fed sekarang akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Ibrahim.

Baca: Usai Rupiah Jeblok Terdalam di Asia hingga 15.738 per USD, Bagaimana Prediksi Pekan Depan?

Advertising
Advertising

Dari faktor internal, rupiah terdorong oleh pernyataan Menteri Keuangan yang memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan keempat akan sedikit mengalami moderasi. Terutama, bila mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun serta high base-effect di periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, rupiah terpengaruh oleh intervensi kebijakan pemerintah untuk menjaga permintaan dengan insentif fiskal dan dukungan pembiayaan. Pemerintah, kata dia, bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan untuk mengendalikan inflasi.

"Di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, meningkatnya risiko ketidakpastian, serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik, (kondisi ekonomi) perlu terus diantisipasi. PMI manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam dua bulan terakhir," kata Ibrahim.

Selain itu, tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif, yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan terutama di negara berkembang. Aliran modal ke luar pun meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Lagi, Rupiah Bakal Makin Tertekan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

2 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya