Sri Mulyani Sebut Perekonomian RI Jauh Lebih Menguntungkan dari Negara Lain, Begini Penjelasannya

Jumat, 11 November 2022 10:52 WIB

Sri Mulyani saat forum G20. Foto : Instagram

TEMPO.CO, Badung - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kondisi perekonomian Indonesia lebih menguntungkan ketimbang sejumlah negara lain.

Pasalnya, di tengah kondisi pemulihan usai pandemi dan geopolitik yang memicu gangguan pasokan global, pertumbuhan ekonomi nasional masih mencapai 5,72 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III pada tahun 2022.

“Itu benar-benar cukup mengesankan, tetapi Anda dapat melihat bahwa siklus pemulihan Indonesia sedikit terlambat dibandingkan negara maju yang menempatkan kita pada posisi yang jauh lebih diuntungkan,” kata Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum, Jumat, 11 November 2022.

Baca: Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Sedikit Melambat, Siklus Akhir Tahun?

Ia menjelaskan, saat perekonomian di sebagian negara menurun akibat suku bunga melonjak di hampir seluruh negara dan inflasi tinggi yang menggerus permintaan di masing-masing negara, Indonesia masih dalam posisi pemulihan yang sangat kuat. Kondisi ini yang kemudian perlu direspons dari sisi fiskal.

Advertising
Advertising

Mantan Direktur Bank Dunia itu mengatakan kondisi fiskal harus dipastikan cukup kuat agar bisa mengantisipasi sejumlah ancaman, yang juga dikenal sebagai perfect storm atau badai yang sempurna.

“Itulah sebabnya kami benar-benar berkomitmen untuk mengkonsolidasikan fiskal kami agar kami dapat kemudian mampu menjawab tantangan baru ini, yang benar-benar terjadi,” kata Sri Mulyani.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga menjelaskan soal tren penurunan belanja pemerintah, terutama pada kuartal II dan III tahun 2022. Hal ini tak lepas dengan perbandingan dengan besarnya nilai belanja yang dikeluarkan pada tahun lalu.

Pada tahun lalu, kata Sri Mulyani, pengeluaran pemerintah untuk jaring pengaman sosial dan pengeluaran pandemi melonjak. Apalagi pada periode tersebut, varian Covid-19 Delta di Indonesia merajalela sehingga pemerintah mau tidak mau kembali memperketat PPKM dan menambah jaring pengaman sosial.

“Jadi ini hanya karena basis yang tinggi terutama untuk tahun lalu," ujar Sri Mulyani.

Menurut bendahara negara ini, pengeluaran rutin pemerintah terutama untuk infrastruktur, belanja modal lainnya, seperti pendidikan tetap tumbuh baik. "Kami masih memiliki kuartal terakhir tahun ini, di mana ada kesempatan bagi semua kementerian untuk mengejar pengeluaran mereka,” kata Sri Mulyani.

BISNIS

Baca juga: Terkini: Putin Dipastikan Tak Hadir di KTT G20 Bali, Bahlil Ingatkan Jangan Terbuai Ekonomi Tumbuh

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

12 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

13 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

1 hari lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya