Nilai Tukar Petani Naik, SPI: Masih Terbebani Tingginya Biaya Produksi dan Modal

Minggu, 6 November 2022 11:58 WIB

Presiden Joko Widodo (keempat kiri) mengamati petani memanam tebu di kebun tebu Temugiring PTPN X Batankrajan, Gedeg, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat 4 November 2022. Kunjungan tersebut dalam rangka meninjau tebu varietas unggul terbaru (tebu NX-04) yang diharapkan dapat mewujudkan swasembada gula dalam lima tahun ke depan. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Petani Indonesia (SPI) menyatakan meski nilai tukar petani (NTP) meningkat hingga 0,42 persen menjadi 107,27, petani masih belum merasa sejahtera. Pasalnya, menurut Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional DPP Serikat Petani Indonesia (SPI), Mujahid Widian, masih ada kenaikan biaya produksi dan biaya modal (BPPBM).

"Hal yang perlu dicatat dari NTP adalah kenaikan indeks biaya produksi biaya modal (BPPBM), misalnya seperti biaya pembelian pupuk, biaya transportasi dan biaya produksi lainnya, sementara terjadi penurunan biaya konsumsi rumah tangga," ucapnya kepada Tempo, Ahad 6 November 2022.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan NTP Oktober 2022 dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,13 persen.

Ia menjelaskan kenaikan NTP Oktober 2022 juga dipengaruhi oleh naiknya lt pada dua subsektor NTP, yakni tanaman pangan sebesar 1,07 persen dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,70 persen. Sementara subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor hortikultura sebesar 4,14 persen, peternakan sebesar 0,81 persen, dan perikanan sebesar 0,04 persen.

Mujahid pun menyoroti kenaikan NTP subsektor tanaman pangan yang terlihat dari kenaikan harga gabah dan beras akhir-akhir ini. Setelah 7 bulan belakangan terpuruk, ucapnya, akhirnya NTP subsektor tanaman pangan berada di atas standar impas. Hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan kelompok padi hampir di setiap wilayah Indonesia.

Advertising
Advertising

Menurutnya, kenaikan harga padi disebabkan oleh berkurangnya jumlah beras di pasar. Kenaikan harga terjadi seiring dengan jumlah beras dan padi yang berkurang selama Oktober, baik akibat gagal panen maupun musim panen sudah mencapai puncaknya, yang panen sedikit.

SPI mencatat di daerah Tuban, Jawa Timur misalnya, harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp5.500 hingga Rp5.700 per kilogram. Selain itu, harga GKP di Indramayu, Jawa Barat juga mengalami kenaikan menjadi Rp6.000 per kilogram.

Namun ia menjelaskan pada subsektor tanaman pangan ini juga terjadi kenaikan biaya pembelian pupuk, biaya transportasi dan biaya produksi lainnya. Ditambah biaya konsumsi rumah tangga pun terus menurun.

Sementara subsektor perkebunan rakyat menurutnya, kini tengah melanjutkan tren positif. NTP subsektor perkebunan rakyat naik 1,70 persen dibandingkan bulan sebelumnya. BPS mencatat kelapa sawit dan kopi adalah komoditas yang menyumbang kenaikan NTP tersebut.

Untuk komoditas kelapa sawit, harga tandan buah segar atau TBS di tingkat petani mengalami kenaikan secara bertahap sejak kebijakan pelarangan ekspor crude palm oil (CPO) pada April 2022 lalu. Saat ini di tingkat petani harga TBS berkisar Rp 1.800 per kilogram sampai Rp 2.300 per kilogram. Sementara untuk di tingkat pabrik, ia menilai perbedaan harga bisa mencapai Rp 400 per kilogram dibandingkan harga di tingkat petani. "Tergantung dengan biaya angkut dan letak kebun," ujarnya.

Kenaikan harga TBS tersebut juga didorong oleh kebijakan pemerintah untuk menggenjot ekspor CPO dengan membebaskan pungutan ekspor (PE). Kebijakan itu sudah dimulai pada Juli 2022 dan sebenarnya berakhir pada 31 Oktober 2022 lalu. Namun kini diperpanjang lagi hingga Desember 2022.

Petani di subsektor perkebunan juga mengalami kendala yang sama yakni kenaikan biaya produksi dan modal. Seperti, kenaikan biaya pembelian pupuk, biaya transportasi dan biaya produksi lainnya.

Adapun NTP di subsektor hortikultura mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh turunnya dua kelompok penyusun NTP Hortikultura, yakni sayur-sayuran. Khususnya, harga cabai merah dan cabai rawit yang turun 5,47 persen dan buah-buahan, khususnya mangga dan semangka yang turun 0,74 persen.

“Penurunan harga cabai terasa sangat signifikan, hal ini juga terjadi di beberapa wilayah anggota SPI seperti di Kampar, Bantul, sampai dengan Kediri," kata dia.

Ia menjelaskan ada beberapa faktor penyebab penurunan harga dua komoditas itu, antara lain tingginya harga cabai tinggi beberapa waktu lalu membuat banyak petani beralih ke tanaman cabai, sehingga produksi berlimpah. Selain itu faktor cuaca juga berpengaruh, karena bisa membuat kualitas cabai menjadi berkurang dan harganya menjadi lebih rendah.

Sama halnya dengan subsektor tanaman pangan dan perkebunan, menurutnya perlu dicatat bahwa di subsektor hortikultura, terjadi juga kenaikan indeks biaya produksi biaya modal. "Meski kenaikannya tidak sebesar di petani tanaman pangan dan perkebunan," tuturnya.

Berkaca dari situasi masing-masing subsektor NTP di atas, Mujahid menyebutkan pembenahan terhadap sektor pertanian Indonesia kini sudah mendesak untuk dilakukan. Hal ini mengingat tantangan yang dihadapi oleh masing-masing subsektor semakin kompleks.

“Untuk tanaman pangan misalnya, pemerintah menyebut bahwa luas panen dan produksi di tahun 2022 mengalami kenaikan. Namun kondisi yang terjadi di tingkat petani justru menunjukkan situasi yang bertolak belakang," kata dia.

ia menyoroti harga gabah dan beras yang kini terus naik akibat rendahnya produksi di musim panen sebelumnya. Menurutnya, harus ada sinkronisasi antara kondisi riil di lapangan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Jika hal itu tidak diantisipasi, tuturnya, bukan tidak mungkin pemerintah akan salah perhitungan terkait stok maupun cadangan pangan nasional kita.

"Lalu impor akan kembali dilakukan untuk menstabilisasi keadaan. Pada akhirnya kembali lagi petani yang terkena dampaknya, kesejahteraannya," ucap Mujahid.

RIANI SANUSI PUTRI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

2 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

3 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

3 hari lalu

Harga Jagung Anjlok karena Panen Raya, Jokowi: Kurang Baik untuk Petani

Jokowi mengatakan panen raya jagung terjadi mulai dari Sumbawa Barat, Dompu, hingga Gorontalo.

Baca Selengkapnya

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

4 hari lalu

PLN Nyalakan Listrik Sektor Agrikultur Kabupaten Sragen, Sasar 499 Petani

PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyalakan listrik di sektor agrikultur wilayah Kabupaten Sragen.

Baca Selengkapnya

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

10 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

14 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

27 hari lalu

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

Komisoner Komnas HAM Anis Hidayah turun untuk meninjau lokasi dan situasi konflik lahan di Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi.

Baca Selengkapnya

Kasus 9 Petani Penolak Bandara IKN Digunduli Polisi, Komnas HAM Minta Diselesaikan Secara Restorative Justice

28 hari lalu

Kasus 9 Petani Penolak Bandara IKN Digunduli Polisi, Komnas HAM Minta Diselesaikan Secara Restorative Justice

Komnas HAM menemui Polda Kaltim untuk membahas kasus 9 petani yang ditangkap dan digunduli karena menolak pembangunan bandara di IKN.

Baca Selengkapnya

Husni Tanggapi Masalah Pendistribusian Pupuk

32 hari lalu

Husni Tanggapi Masalah Pendistribusian Pupuk

Anggota Komisi VI DPR RI, M. Husni, merasa miris akan permasalahan pupuk subsidi, terutama persoalan pendistribusian yang berulang setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Penyesuaian HPP Gabah Bisa Rampung Sebelum Akhir Pekan

32 hari lalu

Jokowi Sebut Penyesuaian HPP Gabah Bisa Rampung Sebelum Akhir Pekan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan saat ini kenaikan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah petani baru dalam perencanaan dan penghitungan.

Baca Selengkapnya