Chatib Basri: Pesimisme Bisa Membuat Resesi Benar-benar Terjadi

Minggu, 23 Oktober 2022 15:58 WIB

Menteri Keuangan Chatib Basri. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta -Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri menilai pesimisme dapat membuat resesi benar-benar terjadi. Ia merujuk pada buku karya ekonom asal Inggris, John Maynard Keynes, 'The General Theory of Employment, Interest, and Money'.

"Ekonom terbesar abad 21, John Maynard Keynes, memperkenalkan sebuah konsep yang disebut sebagai animal spirits," ujarnya seperti dikutip dari akun Instagramnya @chatibbasri, Minggu, 23 Oktober 2022.

Dalam buku tersebut Keynes menyebutkan bahwa keputusan ekonomi ditentukan oleh keputusan rasional dan juga soal psikologis. Salah satu yang ditentukan adalah ekspektasi. Alhasil, jika seorang investor memiliki ekspektasi atau anggapan resesi akan terjadi ke depan, dia akan memutuskan untuk tidak melakukan investasi.

Hal itu akan mengakibatkan kegiatan agregat mengalami penurunan. Ketika mengalami penurunan, ucap Chatib, maka orang tidak akan tertarik berinvestasi sehingga yang terjadi pertumbuhan ekonomi semakin melambat.

"Terjadilah backwash effect yang akhirnya bisa membawa akibat kepada resesi," ujarmya.

Advertising
Advertising

Tidak hanya berlaku pada investor, konsep tersebut juga berkaitan dengan keputusan atau perilaku konsumen. Menurut Chatib, konsumen akan meningkatkan tabungannya jika memiliki anggapan bahwa resesi akan terjadi. Dampaknya, tingkat belanja akan menurun. Lebih jauh, situasi tersebut akan berimbas pada penurunan permintaan agregat.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat dan akhirnya akan terjadi resesi. "Itu lah yang disebut paradox of thrift," tutur Chatib.

Di dalam konteks ini, kata Chatib, Keynes menyarankam agar pemerintah meningkatkan belanjanya. Langkah tersebut akan meningkatkan daya beli. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah menyalurkan bantuan sosial untuk masyarakat kelompok bawah.

Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengklaim pemulihan ekonomi Indonesia kini terus berjalan sehingga tidak diperlukan lagi insentif untuk masyarakat secara terus menerus. "Karena kapasitas fiskal pun kini terbatas," ujarnya saat dihubungi Tempo, Minggu, 16 Oktober 2022.

Ia menyebutkan ada tiga strategi yang akan dilakukan pemerintah dalam menghadapi ancaman resesi 2023. Pertama, memperdayakan ekonomi domestik yang sangat besar. Pemerintah akan berfokus pada ekonomi domestik untuk memanfaatkan potensi penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 275 juta jiwa.

Oleh karena itu, program penguatan produk lokal atau program Bangga Buatan Indonesia (BBI) akan terus didorong. Pemerintah pun akan melanjutkan hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Kemudian strategi yang kedua adalah mengendalikan inflasi, khususnya pangan. Inflasi pangan telah menjadi sumber inflasi utama di Indonesia. Sehingga, pemerintah akan terus menggalakkan gerakan tanam pekarangan, food estate, serta peningkatan produktivitas dan percepatan musim tanam.

"Ditambah memperlancar distribusi barang dengan bekerjasama antar daerah dan subsidi ongkos angkut," ucapnya.

Terakhir, pemerintah menyatakan akan memperbaiki iklim investasi dengan penerapan online single submission secara penuh di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Hadapi Ancaman Resesi Global 2023, SCI: Industri Logistik Harus Diperkuat

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

6 jam lalu

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura.

Singapura telah menerima lebih dari 664 ribu pengunjung Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33,8 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

2 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

3 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

4 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

7 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

7 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

8 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

8 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

9 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya