Minta Perbankan Tak Naikkan Suku Bunga Kredit, Bank Indonesia: Likuiditas Lebih dari Cukup

Kamis, 20 Oktober 2022 03:59 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Bank Indonesia (BI) mengakui, tingkat inflasi pada tahun 2022 akan berada di atas batas atas kisaran sasaran BI yang sebesar 4 persen year on year (yoy). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) meminta agar perbankan saat ini tidak perlu menaikan suku bunga kredit sebab likuiditas perbankan masih tergolong aman.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, alat likuid perbankan yakni dana pihak ketiga (DPK) saat ini masih tinggi, yakni 27 persen.

"Kami pastikan likuiditas di perbankan lebih dari cukup. Ini masih tinggi bagi perbankan untuk terus salurkan kredit dan tidak perlu harus sesuaikan kenaikan suku bunga kreditnya," ujarnya dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu 19 Oktober 2022.

Baca: Ancaman Resesi, Gubernur BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Tembus 5,3 Persen

BI juga optimistis kredit perbankan akan naik. Kredit perbankan diperkirakan akan tumbuh mencapai 11 persen pada tahun ini. Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Agustus 2022 mencapai 10,62 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Perry menuturkan, BI melakukan sejumlah upaya dalam mendorong kredit tersebut. Tahun ini, BI mengeluarkan kebijakan berupa pelonggaran giro wajib minimum (GWM) bagi bank yang memberikan pembiayaan kepada sektor prioritas dengan ukuran tertentu.

Berdasarkan aturan BI, perbankan mendapat insentif dengan kisaran 0,2-0,5 persen terhadap kewajiban GWM apabila bank menyalurkan kredit kepada sektor prioritas, pencapaian rasio pembiayaan inklusif makroprudensial dan atau pembiayaan lain yang ditetapkan BI.

Meski begitu, dalam 2 bulan terakhir BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) sehingga menjadi 4,25 persen.

Perry mengatakan, keputusan tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan inflasi kembali pada sasaran 2–4 persen pada kuartal III/2022.

“Kami meyakini bersama pemerintah, kami bisa mencapai itu sehingga inflasi pada kuartal III/2023 akan berkisar 3,5–3,6 persen dan pada kuartal IV/2023 akan kembali sekitar 3 persen,” jelasnya.

Sementara itu, Director of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia Kunardy Lie mengatakan, kenaikan suku bunga itu juga akan berpengaruh ke kinerja perbankan.

"Bank akan menyeimbangkan portofolionya," ungkapnya di sela acara signing ceremony penyaluran pendanaan Rp500 miliar dari Bank DBS Indonesia pada awal bulan ini.

Bank DBS Indonesia pun, katanya, akan berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman ke sejumlah sektor berdasarkan profil risikonya. Menurutnya, ada sejumlah sektor yang mengalami penurun daya beli.

"Misalnya konsumsi barang mewah, pasti akan berkurang. Kemudian, pembelian produk otomotif akan turun karena bunganya naik terus," ujarnya.

Selain itu, kenaikan suku bunga akan membuat perbankan mengelola margin dari aset dan liabilitas secara kompleks.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rudi As Aturridha juga menuturkan bahwa kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia membuat perbankan mesti menyesuaikan suku bunga simpanan dan kredit. Diproyeksikan, bank-bank akan membutuhkan waktu penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit dalam 3 – 6 bulan ke depan.

“Penyesuaian ke dalam bunga kredit juga akan sangat bergantung kepada kualitas kredit di masing-masing bank sehingga adjustment tidak akan menimbulkan potensi kenaikan NPL [non-performing loan] ke depannya,” ujarnya kepada Bisnis, bulan lalu.

Selain itu, kata Rudi, kondisi lain yang menjadi pertimbangan antara lain likuiditas pasar dan struktur biaya dana atau cost of fund untuk suku bunga dana. “Ke depannya, kami akan terus memantau perkembangan suku bunga acuan, posisi likuiditas, dan kompetisi di pasar, agar rate yang kami berikan ke nasabah tetap kompetitif,” pungkasnya.

Rudi menambahkan bahwa dari sisi industri, kondisi perbankan Indonesia saat ini cukup baik dengan permodalan yang kuat dan kondisi likuiditas terjaga baik. Pertumbuhan kredit juga terus berakselerasi sejalan dengan pemulihan ekonomi.

Baca: Neraca Perdagangan Surplus 29 Kali Berturut-turut, BI: Mendukung Pemulihan Ekonomi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

8 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

12 jam lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

18 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

20 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya