Eks Menkeu Chatib Basri Ungkap Amerika Butuh Resesi, Apa Alasannya?

Selasa, 18 Oktober 2022 18:53 WIB

Petugas tengah merapikan uang dolar Amerika pecahan 100 dolar dan uang Rupiah pecahan 100 ribu di tempat penukaran Valuta Asing di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin, 17 Oktober 2022. Indeks dolar AS terkoreksi 0,34 persen ke level 112,928. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Indonesia periode 2013-2014, Muhammad Chatib Basri, menjelaskan prediksi kondisi ekonomi Amerika Serikat tahun depan. Beberapa hari lalu, kata dia, angka core inflation Amerika Serikat diumumkan lebih tinggi daripada yang diperkirakan, bahkan core inflation di bulan September itu lebih tinggi daripada bulan Agustus.

“Implikasinya adalah saya bisa memperkirakan bahwa mungkin dalam Federal Open Markets Committee (FOMC) meeting nanti The Fed akan secara agresif menaikkan bunga. Sehingga kemungkinan bahwa kenaikan fed fund rate 75 basis poin itu cukup besar, lalu akan naik lagi nanti mungkin 50 basis poin pada Desember,” kata dia.

Chatib menilai dengan kondisi seperti ini maka implikasinya adalah bukan tidak mungkin bahwa ekonomi Amerika akan memasuki resesi. Dan ini sebetulnya adalah sesuatu yang secara natural memang harus dilakukan karena pasar tenaga kerja di Amerika itu sangat ketat sekarang.

Tingkat penganggurannya, dia berujar, 3,7 persen, padahal tingkat pengangguran normal di Amerika secara natural itu 5 persen. Bekas Menteri Keuangan Amerika Serikat dan sekarang Profesor Harvard Kennedy School Larry Summers, kata Chatib, juga mengatakan bahwa untuk mengatasi inflasi Amerika itu dibutuhkan resesi.

Larry H. Summers mengatakan Amerika butuh resesi, Chatib berujar, dalam arti kata pengangguran 10 persen selama setahun atau pengangguran 7,5 persen selama 2 tahun atau pengangguran di atas 5 persen atau 6 persen selama 5 tahun. “Jadi sebetulnya resesi Amerika itu adalah by design untuk content inflation,” ucap dia.

Advertising
Advertising

Dengan kondisi seperti itu, Chatib memperkirakan kalau kondisi Amerika mengalami resesi, itu probabilitasnya ada. Karena ada satu hal yang sering dilupakan oleh policy maker bahwa monetary policy itu punya lag.

Jadi, dia menuturkan, jika menaikkan bunga sekarang, bukan berarti bahwa inflasinya akan turun seketika. Namun, masalahnya adalah kenaikan bunga dari The Fed itu belum mencerminkan hasil, sehingga The Fed terus agresif, tapi bukan tidak mungkin di dalam beberapa bulan ke depan itu dampak moneternya baru akan kelihatan.

“Kalau ini yang terjadi maka kontraksinarinya bisa terjadi lebih dalam daripada perkiraan awal,” tutur Chatib Basri.

Baca Juga: Dunia Melihat Indonesia sebagai Negara Super Power Mini, Apa Maksud Luhut

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

2 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

2 hari lalu

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut kopi asal Sumedang mendunia gegara ini. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

2 hari lalu

Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

Sejumlah nama besar masuk dalam bursa calon menteri keuangan untuk kabinet Prabowo-Gibran. Dua sosok dinilai cukup kuat

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

3 hari lalu

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

Mahkamah Pidana Internasional pernah mengerbitkan surat penangkapan sejumlah pimpinan negara. Belum ada dari Israel

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

3 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

4 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Pj Bupati Banyuasin Berikan Bibit Cabai dan Jagung Bagi Masyarakat Kabupaten Banyuasin

4 hari lalu

Pj Bupati Banyuasin Berikan Bibit Cabai dan Jagung Bagi Masyarakat Kabupaten Banyuasin

Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin, Hani S Rustam, mendukung gerakan menanam untuk pengendalian inflasi di Kabupaten Banyuasin, dengan memberikan bantuan bibit cabai dan jagung.

Baca Selengkapnya