Bursa AS Jeblok Usai Proyeksi Inflasi AS Melonjak Tahun Depan

Sabtu, 15 Oktober 2022 06:30 WIB

Ekspresi salah satu pialang saham saat bekerja di Bursa Efek New York, 24 Agustus 2015. Bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunnya pasar saham di Eropa dan Asia. REUTERS/Brendan McDermid

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat atau Bursa AS ambrol pada akhir perdagangan Jumat, 14 Oktober 2022, waktu setempat. Jebloknya bursa saham terjadi setelah pasar merespons laporan proyeksi inflasi AS tahun depan naik untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir.

Data Blooomberg pada Sabtu, 15 Oktober 2022, menunjukkan indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1,34 persen atau 403,89 poin ke 29.634,83, S&P 500 jatuh 2,37 persen atau 86,84, dan Nasdaq ambles 3,08 persen atau 327,76 poin ke 10.321,39. Adapun imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, dengan tenor dua tahun naik kembali ke 4,5 persen.

Kondisi pasar saham yang berbalik melemah ini terjadi usai survei University of Michigan yang digelar pada awal Oktober ini menunjukkan ekspektasi inflasi AS tahun depan naik, begitu pun prospek jangka panjang turut merambat naik. Kenaikan ekspektasi inflasi tersebut berpotensi mengkhawatirkan karena The Federal Reserve atau The Fed diperkirakan bakal terus mempertahankan kebijakan moneter ketat dan menaikkan suku bunganya.

Baca: Bursa AS Kompak Menguat Meski Inflasi Meroket ke Level Tertinggi Sejak 1982, Sampai Kapan?

Pada sehari sebelumnya juga sudah ada data yang menunjukkan ukuran utama harga konsumen yang dipercepat pada September 2022 ke level tertinggi 40 tahun. "Kemarin Anda mengalami reli intraday yang luar biasa dan kuat yang sepenuhnya salah. Lalu Anda melihat rilis University of Michigan pagi ini yang konsisten dengan apa yang kita lihat dalam ekonomi, dan pasar saham sekarang turun,” kata kepala strategi pasar ekuitas di Federated Hermes, Phil Orlando.

Advertising
Advertising

Namun begitu, sejumlah perusahaan Amerika menawarkan beberapa titik cerah dengan saham bank-bank besar termasuk JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co naik setelah melaporkan laba, sementara Morgan Stanley turun karena pendapatan perdagangan ekuitas mengecewakan. Adapun saham UnitedHealth Group Inc. naik setelah raksasa perawatan kesehatan itu mengalahkan perkiraan laba pada kuartal ketiga dan meningkatkan prospeknya untuk tahun ini.

Seperti diketahui, laporan keuangan emiten pada pekan depan akan memberikan petunjuk tentang kekuatan sejumlah perusahaan, termasuk Bank of America Corp., Goldman Sachs Group Inc., Johnson & Johnson, Netflix Inc., Tesla Inc. dan United Airlines Holdings Inc. Sementara sebelumnya para pejabat the Fed disebut-sebut bersiap menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang direncanakan sebelumnya.

Mary Daly dari The Fed San Francisco mengaku sangat mendukung kenaikan suku bunga ke kisaran 4,5 persen dan 5 persen. Prakiraan yang dirilis bulan lalu menunjukkan tingkat suku bunga mencapai 4,4 persen pada akhir 2022 dan 4,6 persen tahun depan, atau naik dari kisaran target saat ini 3 persen menjadi 3,25.

Sementara itu, investor di pasar swap memprediksi kenaikan suku bunga selama seminggu terakhir setelah gaji yang kuat dan pembacaan inflasi yang panas. Adapun pasar diproyeksikan condong ke arah kenaikan jumbo berturut-turut pada dua pertemuan berikutnya dan tertinggi di atas 4,9 persen tahun depan.

Kepala Investasi dan Presiden First American Trust Jerry Braakman menyatakan banyak investor melihat inflasi untuk mendapatkan panduan tentang apa yang akan dilakukan The Fed. "Untuk menemukan posisi terbawah di pasar begitu Fed berputar,” ucapnya.

Sedangkan di Inggris, obligasi dan poundsterling jatuh pada akhir pekan ini. Bank of England mengakhiri pembelian obligasi daruratnya pada Jumat. Setelah itu, imbal hasil obligasi tenor 30-tahun naik 23 basis poin pada 4,78 persen, setelah berayun dari penurunan lebih dari 30 basis poin sebelumnya.

Sentimen lain yang turut mempengaruhi bursa AS adalah harga minyak yang membukukan kerugian mingguan karena langkah-langkah memerangi inflasi dan permintaan Cina yang diredam memperburuk prospek pasar. Hal tersebut kontradiktif dengan pembatasan pasokan pasokan minyak oleh OPEC dalam beberapa waktu ke depan.

BISNIS

Baca juga: Terkini Bisnis: OJK Yakin Indonesia Selamat dari Resesi, Sri Mulyani Ingin G20 Kompak Bersinergi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

2 jam lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

2 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya