LPS Proyeksi Suku Bunga Simpanan Meningkat Bertahap

Minggu, 9 Oktober 2022 17:39 WIB

Ilustrasi Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan suku bunga simpanan bakal meningkat secara bertahap, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen.

Dalam laporan likuiditas bulanan yang dirilis LPS, proyeksi kenaikan suku bunga simpanan akan berdampak pada perubahan strategi pengelolaan likuiditas bank guna mengantisipasi kenaikan kredit dan kebijakan perubahan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh bank sentral.

Meski demikian, kondisi likuiditas bank yang saat ini masih relatif longgar diproyeksikan bakal mengurangi potensi pergerakan suku bunga secara berlebihan. Pada simpanan valas, kenaikan suku bunga yang masih berlangsung dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga offshore.

“Penyesuaian suku bunga ke depan diperkirakan akan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas dan spread antara biaya bunga simpanan dan kredit dalam rangka menjaga net interest margin [NIM],” tulis laporan LPS dikutip pada Minggu 9 Oktober 2022.

LPS mencatat sampai dengan akhir Agustus 2022, pergerakan suku bunga simpanan rupiah masih stabil dengan rata-rata suku bunga pasar atau SBP cenderung naik. Rerata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank pada akhir Agustus naik 1 basis poin (bps) ke level 3,09 persen.

Baca: Bos LPS Beberkan Status Saldo Uang di Dompet Digital, Dijamin atau Tidak?

Sementara itu, pada periode yang sama suku bunga maksimum dan minimum tetap stabil di level 3,63 persen dan 2,54 persen. Suku bunga simpanan valas juga menunjukkan kenaikan seiring dengan meningkatnya suku bunga offshore.

Tercatat suku bunga maksimum naik 11 bps menuju level 0,84 persen, sedangkan suku bunga minimum serta rata-rata seluruh bank valuta asing masing-masing meningkat 2 bps dan 6 bps ke level 0,46 persen dan 0,65 persen.

Selanjutnya: Likuiditas Perbankan Meningkat Jelang Akhir Tahun

Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi menuturkan likuiditas rupiah perbankan masih terjaga walaupun sudah berkurang sebagai akibat dari kenaikan tingkat GWM. Namun, dia menilai likuiditas akan kembali meningkat jelang akhir tahun.

<!--more-->

“Menjelang akhir tahun, likuiditas perbankan kami perkirakan akan meningkat kembali seiring dengan meningkatnya siklus belanja pemerintah di mana tambahan dana akan masuk ke dalam sistem perbankan,” ujar Batara kepada Bisnis, Ahad 9 Oktober 2022.

Terjaganya level likuiditas perbankan setidaknya tecermin dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menyebut likuiditas perbankan masih dalam level memadai meski di tengah tren penurunan likuiditas akibat kenaikan GWM serta suku bunga acuan.

Likuiditas bank yang tinggi terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 26,52 pada Agustus 2022. Permodalan juga dalam posisi tangguh, tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Juli 2022 sebesar 24,86 persen.

Batara menambahkan bahwa hingga semester I/2022, Citi Indonesia mampu menjaga kualitas dana pihak ketiga secara berkelanjutan dengan tumbuh sebesar 11,1 persen year-on-year (yoy). Ini membuat Citi mencatatkan loan to deposit ratio (LDR) secara sehat sebesar 64 persen.

Adapun, portofolio kredit Citi pada paruh pertama 2022 meningkat 9,8 persen yoy menjadi Rp43,7 triliun. Kontribusi utama pertumbuhan kredit berasal dari lini bisnis institutional banking, terutama pada sektor industri manufaktur serta perantara keuangan.

“Kami berharap kenaikan suku bunga tidak akan mempengaruhi terhadap target DPK dan kredit kami di Citi Indonesia. Kami terus mendorong pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga ke berbagai segmen nasabah dan sektor,” kata Batara.

Baca: Hingga Mei 2022, LPS Sebut Simpanan di Bank Digital Naik 8 Ribu Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

1 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

4 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

6 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya