OJK: Menaikkan Suku Bunga Bank Bukan Satu-satunya Cara Jaga Likuiditas

Senin, 3 Oktober 2022 21:01 WIB

Logo OJK. (ANTARA/HO-OJK)

TEMPO.CO, Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan perbankan tidak akan serta merta menaikkan suku bunga pinjaman atau simpanannya untuk menjaga likuiditas, meskipun tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral kini terjadi.

"Menaikkan suku bunga bukan satu-satunya opsi. Bank bisa turunkan dengan efisiensi pengelolaan dana," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae saat konverensi pers virtual, Senin, 3 Oktober 2022.

OJK mencatat perbankan sebetulnya masih gencar menyalurkan kredit. Hingga akhir Agustus 2022 saja, penyaluran kredit tumbuh sebesar 10,62 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 6.179,5 triliun. Meski melambat dibanding Juli 2022 yang tumbuh 10,71 persen.

Dian menjelaskan, keberanian perbankan untuk terus menyalurkan kredit saat ini menjadi pertanda bahwa likuditas masih memadai. Tapi, dia mengakui dengan kebijakan bank sentral yang memperketat likuditas untuk menekan ekspektasi inflasi bisa saja terus menekan likuditas perbankan ke depan.

"Yang kita khawatirkan dampaknya ke masyarakat, dalam pengertian kalau pertumbunan kredit ini tidak terus melemah sepeti sekarang kita melihat akan ada slowing down ke ekonomi, mungkin employment dan daya beli masyarakat," ujarnya.

Advertising
Advertising

Jika pengetatan likuditas itu akhirnya terjadi hingga berujung pada semakin jatuhnya perekonomian, maka mau tidak mau pemerintah beserta pemangku kepentingan lainnya kata Dian akan terus menghadirkan kebijakan antisipatif untuk menjaga daya beli masyarakat.

Sebelumnya, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memperkirakan transmisi kenaikan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate yang telah dinaikkan sebesar 50 basis poin tidak akan membuat suku bunga deposito maupun suku bunga kredit akan naik drastis dalam waktu dekat.

Pasalnya, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, likuiditas di perbankan masih sangat longgar. Hal ini tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 26,52 persen hingga Agustus 2022. Dengan begitu, suku bunga kredit akan masih rendah.

"Kenaikan BI Rate tentu saja itu pengaruhnya terhadap kenaikan suku bunga perbankan akan lebih lambat dari kondisi-kondisi sebelum Covid karenan kondisi likuiditas di perbankan sangat longgar," kata Perry saat konferensi pers secara virtual, Kamis, 22 September 2022.

Baca Juga: Analis Perkirakan Dolar Menguat dalam Beberapa Bulan Mendatang, karena...

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

23 jam lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

1 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

2 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

3 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

3 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

3 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

3 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya