Ramai Gunting Pita, Staf Khusus Sri Mulyani: Dari APBN, KPBU, BUMN, dan Swasta
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 23 September 2022 08:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo turut mengomentari ramainya pembicaraan ihwal gunting pita antara politikus Partai Demokrat dengan politikus PDI Perjuangan. Gunting pita ini terkait penyelesaian proyek infrastruktur antara masa Presiden Joko Widodo dengan Susilo Bambang Yudhoyono.
Yustinus menjelaskan, penyelesaian proyek strategis nasional atau PSN sebetulnya merupakan strategi masing-masing pemerintahan untuk memilah dan memilih mana yang bisa cepat diselesaikan dan mana yang tidak dapat selesai atau bahkan tidak akan direkomendasikan sebagai PSN.
"Dengan kata lain, proyek yang dipilih tak hanya demi seremoni peletakan batu pertama, namun dapat berujung manis melalui syukuran gunting pita. Mungkin ini kabar baik dari apa yg disebut kesinambungan. Ojo dibanding-bandingke," kata Prastowo dikutip dari akun twitternya @prastow, Jumat, 23 September 2022.
Sejak 2016 sampai dengan 2021, dia mengatakan, sebetulnya sudah sebanyak 128 PSN yang diselesaikan pemerintah dengan total investasi Rp 716,4 triliun. Nilai investasi ini pun merupakan akumulasi dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), skena kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), hingga skema swasta-BUMN, atau swasta sendiri.
"Saya enggak bisa membayangkan betapa pegalnya tangan Pak @jokowi menggunting pita untuk ratusan proyek yang telah selesai," ujar Prastowo.
Adanya kehadiran APBN dalam skema pendanaan PSN ini menurut Prastowo menandakan bahwa pemerintah hadir dalam proses penciptaan lapangan kerja, perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat, penurunan angka kemiskinan, serta penguatan konektivitas yang berujung pada peningkata laju pertumbuhan ekonomi. APBN adalah uang rakyat.
Selanjutnya: Proyek Strategis Nasional bergerak naik dari tahun ke tahun<!--more-->
Mengutip data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Prastowo mengatakan, penyelesaian PSN sebetulnya juga bergerak naik dari tahun ke tahunnya pada periode 2016-2021. Pada 2016 PSN yang selesai hanya 20 proyek, lalu 2017 menjadi 30 proyek, 2018 sebanyak 62 proyek, 2019 ada 92 proyek, 2020 menjadi 104 proyek, dan 2021 mencapai 128 proyek.
Terus tumbuhnya progres penyelesaian PSN ini menurut Prastowo tak lain karena dalam setiap usulan PSN baru, Pemerintah selalu melakukan pemetaan berdasarkan risiko proyek: Tinggi, Sedang, Rendah. Proyek risiko tinggi, yaitu yang kemungkinan besar akan tertunda penyelesaiannya atau tidak dapat selesai, tidak akan direkomendasikan sebagai PSN.
"Karena kembali lagi, Pemerintah tentu ingin memastikan agar setiap PSN dapat selesai sesuai target dan segera memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Direncanakan dengan baik, diselesaikan tepat waktu, didayagunakan secara optimal," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, putra sulung Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, menyinggung pemerintahan Presiden Jokowi saat ini hanya tinggal gunting pita alias meresmikan proyek infrastruktur yang sudah dimulai sejak zaman ayahnya.
Ketua Komisi V DPR Lasarus, yang juga merupakan politikus dari PDI Perjuangan mengaku bingung dengan pernyataan AHY yang menyebut seharusnya Pemerintahan Jokowi berterima kasih dengan Pemerintahan SBY. Sebab, dalam pemerintahan, penerus melanjutkan kerja pendahulunya merupakan hal yang biasa.
"Jembatan Suramadu, itu digagas Pak Soeharto. Yang bangun Ibu Megawati, dan yang meresmikan adalah SBY. PDIP nggak ribut tuh, SBY tinggal gunting pita saja," kata Lasarus.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.