Kurs Rupiah Anjlok ke 15.023 per Dolar AS Meski BI Naikkan Suku Bunga, Kenapa?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 22 September 2022 15:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada penutupan perdagangan Kamis, 22 September 2022. Anjloknya rupiah pada sore hari ini seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Data Bloomberg menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah 0,17 persen atau 26 poin ke posisi 15.023 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,83 persen ke 111,56.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh keputusan BI yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen. Selain itu, suku bunga deposit facility naik menjadi 3,5 persen dan suku bunga lending facility menjadi 5 persen.
Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi sentimen pasar adalah kenaikan harga BBM yang berpotensi meningkatkan ruang fiskal.
Pasar menilai peningkatan inflasi jika terkompensasi dengan peningkatan upah akan berpotensi meningkatkan pajak pemerintah. Bila sebaliknya, peningkatan inflasi tak dibarengi dengan peningkatan upah, maka secara riil pendapatan akan turun dan membuat daya beli jeblok.
Peningkatan inflasi yang tidak diiringi dengan kebaikan upah juga bakal membuat kelompok masyarakat di kelas menengah akan tertekan. Hal ini terutama lantaran kenaikan harga BBM dan potensi kebijakan peningkatan suku bunga acuan bank Indonesia.
Selanjutnya: Inflasi jadi batu sandungan jika tak dibarengi kenaikan upah.
<!--more-->
"Kenaikan harga BBM akan mendorong peningkatan inflasi, dan peningkatan inflasi ini akan meningkatkan penerimaan pajak pemerintah. Peningkatan inflasi juga akan meningkatkan belanja pemerintah di antaranya belanja subsidi atau belanja bantuan sosial," kata Ibrahim.
Inflasi akan menjadi batu sandungan terhadap target pembangunan jika tidak dikompensasi dengan peningkatan upah yang sebanding dengan peningkatan inflasi karena pendapatan akan turun, namun di satu sisi masyarakat kelas menengah tidak mendapat bantuan sosial.
Sementara itu, dolar AS kini melejit ke level tertinggi dalam 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang pada hari Kamis. Hal tersebut memperpanjang kenaikan setelah The Fed mengerek suku bunga dan mencapai nada yang lebih hawkish dari yang diharapkan dalam pertemuan terbarunya.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada hari Rabu, sesuai dengan harapan pasar. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa pihaknya akan mempertahankan kenaikan suku bunga pada klip yang tajam, bahkan mempertaruhkan tekanan pada pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja untuk mengendalikan inflasi yang terkendali.
Komentar hawkish tersebut memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga AS akan mengakhiri tahun ini jauh di atas 4 persen, atau level tertingginya dalam lebih dari 14 tahun. Ibrahim juga memprediksi nilai tukar rupiah bakal dibuka berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang 15.000 - 15.060 per dolar AS.
Baca: Luhut Buka Perdagangan Bursa AS: Mantan Prajurit Lulusan Lembah Tidar Dapat Kehormatan Luar Biasa
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.