Sri Mulyani Ungkap Alasan Defisit APBN Tak Lagi Boleh Lebih dari 3 Persen Meski Krisis Berlanjut

Rabu, 7 September 2022 14:18 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani didampingi jajarannya memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2019. Sri Mulyani melaporkan realisasi APBN hingga akhir Februari 2019, tercatat Rp54,61 triliun atau 0,34 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan alasan pemerintah berusaha konsisten mengembalikan defisit fiskal menjadi di bawah 3 persen pada 2023. Alasan tersebu selain karena adanya amanat Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020.

Menurut Sri Mulyani, kondisi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) harus dinormalkan dari yang pada 2020 menembus 6,09 persen. Dengan begitu, kepercayaan pelaku pasar keuangan global---termasuk investor----tetap terjaga, meskipun dunia dalam kondisi krisis.

Kondisi krisis yang menyebabkan ketidakpastian itu dipicu oleh harga-harga komoditas yang meningkat pesat karena permasalahan pasokan. Beragam krisis yang muncul adalah krisis pangan, krisis energi, hingga krisis utang, yang menyebabkan banyak negara berpotensi bangkrut.

"Ini adalah sesuai dengan task force yang dibuat oleh PBB di mana mereka mengidentifikasi suasana dan situasi tantangan global ini akan berpotensi kepada tiga area krisis," kata Sri Mulyani dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Rabu, 7 September 2022.

Akibat krisis ini, maka harga sejumlah barang dan jasa melonjak di saat ekonomi belum pulih. Hal tersebut ditandai dengan tingginya tingkat inflasi di berbagai negara, naiknya suku bunga acuan bank sentral, hingga keluarnya aliran modal dari negara-negara emerging market.

Advertising
Advertising

"Karena adanya likuiditas yang mengetat, ya memang seharusnya kita mengurangi kemungkinan gejolak itu yang bisa berimbas ke ekonomi dengan mengurangi defisit," ujar Sri Mulyani.

Selanjutnya: "Tidak ada alasan pemerintah terus melonggarkan defisit APBN tahun depan."

<!--more-->

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menyatakan, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk terus melonggarkan defisit APBN mulai tahun depan. Sebab, jika defisit tidak terus diturunkan dan dijaga pada tingkat yang rendah, maka pelaku pasar melihat Indonesia sebagai negara yang kekurangan pembiayaan.

"Sehingga kita kemudian terlihat di market harus melakukan financing apalagi financing-nya sampai desperate, maka kita pasti akan terkena hit dengan cost of fund-nya yang sangat tinggi, pasti akan juga dilihat dari sisi rating dimana nantinya Indonesia dianggap vulnerable," kata dia.

Oleh sebab itu, banyak negara saat ini mulai mengalami potensi gagal bayar utang-utangnya, akibat tingginya bunga yang harus dibayarkan. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun sudah mengatakan sebelumnya ada 107 negara yang masuk dalam kondisi krisis dan sebagiannya bakal bangkrut.

"Mereka itu harus membayar biaya yang luar biasa sangat tinggi. Jadi dalam hal ini sebetulnya sesuatu yang justru kita sedang mengelola sebuah risiko baru sesudah pandemi itu, yaitu dari tadinya risiko kesehatan sekarang menjadi risiko keuangan," ucap Sri Mulyani.

Baca: BI Sebut Stagflasi Akan Terus Mengemuka: Inflasi Tinggi, Ekonomi Tertekan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

2 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

9 jam lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

21 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

22 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

22 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

3 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

3 hari lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

4 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

4 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya