Harga BBM Naik, BCA Pede Tak Revisi Target Pertumbuhan Kredit 10 Persen
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 5 September 2022 23:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rencana bisnis PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tidak merevisi target bisnis sesuai pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya BBM bersubsidi seperti pertalite dan solar.
Direktur BCA Haryanto Tiara Budiman menjelaskan optimisme ini didasari dari rasio dana murah atau current account saving account (CASA) BCA yang sangat tinggi. Per Juni 2022 angkanya mencapai 81 persen, dengan deposito hanya 19 persen. Hal ini membuat biaya dana atau cost of fund BCA rendah.
"Enggak ada dampaknya, ini so far so good, kita optimis kok karena di kita, bca, kan CASA nya, dana murahnya, juga tinggi, jadi CASA rasio kita 81 persen ya, jadi ketergantungan kita pada suku bunga depostio juga enggak terlalu tinggi," kata dia saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin, 5 September 2022.
Dia mengatakan, manajemen BCA cukup optimistis pertumbuhan penyaluran kredit pada tahun ini masih akan sesuai target. Pada pertengahan tahun ini, BCA menaikkan target penyaluran kredit menjadi 8 - 10 persen dari target awal tahun ini 6 - 8 persen.
"Kita sih terus terang masih confidence dengan penyaluran kredit dan juga suku bunga, kita ingin terus dukung pemulihan ekonomi ke depan. 8 - 10 persen kan sama, enggak ada perubahan," kata Haryanto.
Adapun untuk target penyaluran kredit tahun depan, Haryanto mengaku belum bisa menyebutkan, karena manajemen BCA masih melakukan perhitungan rencana bisnis bank untuk 2023. Menurut dia, proses budgeting tersebut masih dilakukan hingga saat ini.
BCA Dukung Kenaikan Harga BBM
Bagi BCA, Haryanto mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi ini memang kebijakan yang sudah diambil pemerintah untuk menyehatkan APBN. Oleh sebab itu, BCA dipastikannya akan terus mendukung kebijakan pemerintah ini.
<!--more-->
"Enggak ada pandangan lain, karena ini tujuannya untuk menyehatkan anggaran, dan sudah dipertimbangkan masak-masak oleh pemerintah," ucap dia.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif sebelumnya merincikan harga baru BBM. Harga Pertalite, misalnya, naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter. Kemudian harga Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax non-subsidi nai dari Rp 12.500 menjadi Rp14.500 per liter.
"Ini berlaku satu jam sejak saat diumumkannya penyesuaian harga ini, jadi akan berlaku pada pukul 14.30 WIB," ujar Arifin, Sabtu lalu.
Perusahaan multifinance bagian Grup Astra, PT Federal International Finance (FIF Group) mulai ambil ancang-ancang atas dampak kenaikan harga BBM itu terhadap peningkatan rasio pembiayaan bermasalah.
Presiden Direktur FIF Margono Tanuwijaya mengakui lonjakan rasio non-performing financing (NPF) merupakan keniscayaan di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang kurang stabil akibat kenaikan harga BBM.
"Dampak kenaikan BBM membuat lonjakan kredit macet itu pasti ada, tapi kami yakin tidak pada semua konsumen. Konsumen yang berpotensi macet itu terutama yang punya beberapa cicilan, di mana selama fase kebutuhan hidup meningkat, pasti ada cicilan yang lebih diprioritaskan," ujarnya kepada Bisnis, Senin 5 September 2022.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini