Peyek Zulhas dan Klarifikasi Kenaikan Harga Telur Akibat Bansos Risma
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 25 Agustus 2022 17:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seraya menenteng potongan kecil peyek di tangan kanannya, Zulkfli Hasan keluar dari Istana Negara usai dipanggil Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk melaporkan capaian 70 hari sebagai Menteri Perdagangan. Salah satu yang dilaporkan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut adalah soal kenaikan harga telur di pasaran.
Sebelum memberi penjelasan, ia tak ingin melewatkan sisa peyek di tangannya. "Boleh makan dulu, ya," kata Zulhas, sapaannya, sambil terkekeh di depan wartawan, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2022.
Peyek itu ternyata bukan punya Zulhas, tapi didapatnya dari petugas jaga di Istana. "Ini punya yang jaga, saya lihat kok enak banget. Apa namanya ini, keripik Jawa itu, peyek," kata dia menjelaskan. Setelah peyek di mulut habis, terbitlah klarifikasi soal bantuan sosial milik Menteri Sosial Tri Rismaharini yang jadi salah satu penyebab naiknya harga telur ayam.
Menurut Zulhas, bukan Risma yang membagi-bagikan telur ayam dan membuat harga salah satu barang kebutuhan pokok itu naik. Namun penerima Kartu Sembako yang membeli telur secara mendadak. "Memang bukan ibu Risma, tapi ibu Risma memberikan bantuan ke daerah-daerah itu," kata dia.
Bantuan yang dimaksud yaitu Bantuan Pangan Non-Tunai atau BPNT alias Kartu Sembako. Di daerah, kata Zuhas, uang itu dibelanjakan salah satunya untuk membeli telur.
Masalahnya, bantuan diberikan satu kali sebagai hasil rapel selama tiga bulan dan hanya ada waktu lima hari. "Jadi ada (kenaikan) permintaan lima hari mendadak, pasar kurang supply-nya. Ya biasa, supply kalau kurang dikit, kaget, harga naik," ucap Zulhas.
Informasi itu diterima Zulhas dari penjelasan para pengusaha telur ayam. Para pengusaha pun meminta agar Risma tidak merapel bantuan sosial ini tiga bulan sekaligus seperti yang dilakukan saat ini.
"Karena nelur kan enggak bisa cepat, ga bisa sekali nelur lima. Jadi kalau bisa, tiap bulan (penyaluran bansos Kartu Sembako). Jadi kalau dibelanjakan, enggak ada permintaan yang mendadak banyak," kata eks Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) ini.
Selanjutnya: Risma: "Yang jelas saya gak bantu telur, karena gak mungkin."
<!--more-->
Zulhas sebelumnya menyebutkan bansos sebagai pemicu kenaikan harga telur, Rabu, 24 Agustus 2022. Ia bercerita, saat diangkat Jokowi menjadi Menteri Perdagangan per 15 Juni 2022, harga telur sebenarnya sudah berada di level Rp 32 ribu, lalu harganya turun sampai Rp 25 ribu - 26 ribu per kilogram.
Pola yang sama, kata Zulkifli, juga terjadi pada harga ayam. Harga ayam dari semula Rp 52 ribu turun menjadi Rp 24 ribu per ekor. Akibatnya, peternak dan peternakan ayam skala besar merugi.
Para pengusaha akhirnya melakukan afkir dini alias memotong ayam petelur lebih cepat. Dengan begitu, jumlah pasokan ayam di pasaran berkurang dan harga bisa naik. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan Risma yang merapel bantuan berupa kartu sembako dalam tiga bulan sekaligus.
Telur jadi komoditas yang dibeli di pasaran, sehingga jumlahnya di pasaran pun berkurang. "Jadi satu ada afkir dini, dan Kemensos yang bantuan tiga bulan dirapel, telur banyaknya (isi bansos), jadi (harga) naik," kata Zulhas.
Setelah Zulhas menyinggung bansos, giliran Risma yang bersuara. Ia menegaskan kalau Kementerian Sosial menyalurkan BPNT senilai Rp 200 ribu per bulan per keluarga manfaat dalam bentuk uang tunai, bukan telur.
"Yang jelas saya enggak bantu telur, karena enggak mungkin. Gimana cara baginya orang jutaan jumlahnya. Kita bagi, pecah sampai sana. Kita bantu uang, ya," kata dia dikutip dari Antara.
Risma menyebutkan, keluarga penerima manfaat bisa menggunakan bantuan dana tersebut untuk membeli bahan pangan pokok, termasuk membeli telur. "Enggak ada kita menyiapkan (telur). Bagaimana caranya sekian juta orang kali... Taruh lah satu orang satu kilo saja, 10 juta kilo. Bagaimana dengan 18 juta orang?" kata dia.
Baca: Kajian Cepat Ombudsman: Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi Tidak Tepat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.