Moeldoko Beberkan Lokasi yang Cocok untuk Penanaman Sorgum: Sulawesi hingga NTT
Reporter
Antara
Editor
Francisca Christy Rosana
Sabtu, 13 Agustus 2022 09:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan pembudidayaan sorgum sebagai makanan alternatif pengganti nasi akan difokuskan di daerah kering dan yang sudah terbiasa menanam komoditas tersebut. Dia mencontohkan beberapa daerah di Indonesia bagian timur.
"Daerah tersebut di antaranya di Nusa Tenggara Timur serta daerah bekas tambang, seperti di Bangka Belitung, Kalimantan, dan Sulawesi," ujarnya seperti dikutip dari Antara, kemarin, 12 Agustus.
Menurut Moeldoko, pembudidayaan sorgum penting dilakukan untuk mengantisipasi krisis pangan menyusul kondisi ketidakpastian global saat ini. Meski demikian, ia menyebut sejatinya masyarakat Jawa sudah lama mengenal sorgum sebagai bahan pangan utama.
Kondisi itu dibuktikan dengan adanya ukiran sorgum pada relief Candi Borobudur. Sayangnya, kata dia, ekosistem sorgum belum terbangun. Industrinya pun belum disiapkan dengan baik sehingga masyarakat tak tertarik menanam massal sorgum.
"Oleh karena itulah, melihat juga perkembangan global seperti saat ini, Presiden menekankan kita harus menanam apa saja dan mengembangkan pangan alternatif. Bahkan, pemerintah juga berkeinginan membuat peta jalan perkembangan sorgum di Tanah Air," ujarnya.
Menurut dia, budi daya tanaman sorgum memiliki banyak keuntungannya. Salah satunya tahan hama. Sorgum juga bisa dipanen hingga beberapa kali. Sedangkan batangnya pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku gula lantaran mengandung etanol dan dapat digunakan untuk pakan ternak.
"Bulirnya bisa untuk nasi dan tepung yang menjadi bahan untuk berbagai makanan," ucapnya.
Dengan demikian, Moeldoko menuturkan banyak fungsi sorgum, baik untuk kebutuhan manusia maupun hewan. Ia mengakui sudah berdiskusi dengan pabrik pakan ternak terbesar di Tanah Air bahwa kebutuhan jagungnya mencapai 10 juta ton. Sedangkan 10 persen dari kebutuhan jagung itu diberikan untuk sorgum.
"Saya sudah minta sehingga punya alokasi 1 juta ton sorgum, kalau disuplai maka bisa gerakkan seluruh pertanian di Indonesia," tuturnya.
<!--more-->
Rencana penanaman sorgum muncul setelah sejumlah negara menutup ekspor gandum. Penutupan ekspor ini mengancam kelangkaan gandum sehingga pemerintah perlu mencari alternatif pengganti.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdulah, menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika pemerintah ingin mengganti gandum dengan sorgum. Salah satunya adalah masalah rasa, karena itu berbicara selera atau lidah orang Indonesia.
“Misalnya mi instan menggunakan sorgum, eh ternyata masyarakat lidahnya belum siap. Itu perlu diperhatikan pemerintah,” ujar dia.
Sorgum adalah tanaman berbentuk biji-bijian sereal yang memiliki manfaat sebagai pakan ternak, bahan dasar energi biodiesel, hingga bahan pangan. Wacana penanaman sorgum dalam jumlah besar muncul setelah sembilan negara mengungumkan menyetop sementara ekspor gandum di tengah gejolak geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan rantai pasok pangan terganggu.
Sembilan negara yang menutup keran ekspor adalah Kazakhstan, Kirgizstan, India, Afghanistan, Aljazair, Serbia, dan Ukraina. Tersebab kondisi inilah Indonesia akhirnya mencari alternatif pengganti gandum bila stok komoditas itu terus menipis.
Meski serupa gandum, Rusli melihat sorgum tak serta-merta bisa menggantikan bahan pokok mi, kue, hingga roti tersebut. Dia meminta agar pemerintah menggandeng pihak perusahaan swasta untuk menjajal membuat bahan makanan seperti mi instan berbahan dasar sorgum.
“Ajak para pengusaha, misalnya buat mi pakai campuran gandum dan sorgum. Apakah diterima? Kalau rasanya bagus, berarti kan bagus. Kalau engak, bagaimana? Karena pengusaha juga mikir kalau jualian mi pakai sorgum lalu enggak laku, ya pengusaha enggak mau,” kata Rusli.
Menurut Rusli, pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan swasta melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memiliki laboratorium untuk membuat olahan sorgum. “Agar bisa mmebuat makanan kombinasi yang enak, sehingga kolaborasi itu tetap ada. Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah harga lebih murah dari gandum,” tutur Rusli.
ANTARA | KHORY ALFARIZI
Baca juga: Gandum Diganti Sorgum untuk Mi Instan, Indef: Masalah Lidah Perlu Diperhatikan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.