Bos PT SKL: Pembangunan TN Komodo Boleh Tidak Merusak Lingkungan, Asalkan Ada Ikon

Sabtu, 6 Agustus 2022 10:59 WIB

Seekor komodo di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Dok. Kemenparekraf

TEMPO.CO, Jakarta - CEO Plataran Indonesia, induk usaha PT Segara Komodo Lestari (PT SKL), Yozua Makes mengatakan pembangunan di Pulau Rinca harus memiliki ikon agar menarik para wisatawan untuk berkunjung. Selain tidak merusak lingkungan, ikon yang menarik diperlukan bagi usaha pariwisata.

"Saya mau Pulau Komodo itu seperti ada perempuan cantik, tapi ada tahi lalat di mukanya. Saya maunya pulau ini utuh, tapi harus ada ikon yang menarik orang datang ke sana," ucapnya saat di temui Tempo pada Jumat, 5 Agustus 2022.

Yozua mengklaim SKL berbeda dengan perusahaan swasta lain maupun pemerintah yang juga membangun proyek di Taman Nasional Komodo. Ia menjelaskan perbedaan SKL adalah konsep pembuatan ikon.

"Dengan ikon, orang ke sana yang dilihat bukan hanya gede dan mewah tapi harus memiliki kearifan lokal, harus melindungi alamnya. Harus bekerja sama dengan komunitas," ucapnya.

Dalam rencana bisnis SKL di Pulau Rinca, Yozua mengatakan tak ada pembangunan hotel. Ia mengaku tak ingin membuat tempat tinggal di sana melainkan tempat singgah berupa viewing deck di atas bukit paling strategis di Pulau Rinca.

Advertising
Advertising

Viewing deck yang sedang dirancang itu, kata dia, akan dibuat terbuka sehingga dapat diakses publik. Masyarakat bisa melewati lahan milik SKL itu dan hanya perlu membayar jika memesan makanan. Yozua mengaku tak keberatan lantaran lokasi yang ia miliki paling cantik dan strategis karena dekat dengan dermaga.

"Kalo saya egoistik saya pagerin tapi tidak ada pagar, masyarakat bisa lewat," ucapnya. Yozua mengungkapkan dirinya ingin wisatawan internasional, lokal, hingga tamu negara memiliki tempat yang pantas ketika berkunjung di Pulau Rinca.

PT SKL Jamin UMKM Tetap Laris

Ihwal nasib pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) milik masyarakat sekitar, menurut Yozua akan tetap hidup berdampingan dengan bisnisnya. Sebab, ia tak akan menjadikan UMKM di sana kompetitor melainkan sebagai komplementer. Baginya, bisnis dari pihak swasta maupun dari masyarakat memang seharusnya hanya sebagai pelengkap dari fasilitas yang dibuat pemerintah.

"Masyarakat ataupun siapa pun, tidak boleh menjadi kompetitor dari apa yang dibangun pemerintah. Kita ini hanya menjadi sarana pelengkap," ucapnya.

<!--more-->

Yozua menjelaskan konsep komplementer yang diusung SKL berupa kemitraan agar pelaku UMKM di Pulau Rinca tak kehilangan pendapatan. Ia mencontohkan jika ada koperasi di sana yang menjual produk air minum kemasan seharga Rp 10 ribu, ia tak akan menjual dengan harga yang sama atau lebih murah. Melainkan ia akan menjual dengan harga lebih tinggi namun dibarengi fasilitas tambahan yang bisa dinikmati konsumen.

"Untuk orang yang duitnya ngepas beli ke koperasi. Jadi yang mau sambil foto-foto bagus itu ke kita. Jadi itu komplementer," tutur Yozua.

Konsep tersebut, tuturnya, yang selalu dijalankan Plataran Indonesia. Seperti proyek di Gelora Bung Karno (GBK) kata dia, UMKM dibiarkan hidup agar pengunjung seperti supir ojek bisa menikmatinya. "Beda kita yang mahal," katanya.

Sebelumnya, PT SKL ditengarai memegang peran besar dalam pembangunan kawasan strategis pariwisata nasional Taman Nasional Komodo yang digadang-gadang akan dijadikan seperti Jurassic Park. Selain PT SKL, korporasi yang mengantongi konsesi di zona pemanfaatan itu adalah PT Komodo Wildlife Ecotourism (KWE). Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Wayan Darmawa juga telah mengkonfirmasi keterlibatan PT SKL.

SKL telah mengantongi izin konsesi lahan seluas 22,1 hektare di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Meski sudah mendapat Izin Usaha Pengusahaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) sejak 17 Desember 2015, pembangunannya tak kunjung dimulai lantaran terus menerus ditentang oleh masyarakat sekitar hingga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta SKL menghentikan proses pembangunan.

Akhirnya, SKL yang sebelumnya merencanakan 24 proyek kemudian memangkasnya menjadi sembilan, tanpa hotel. Pembangunan dilakukan bertahap untuk menghindari kembali munculnya penolakan dari masyarakat Pulau Rinca.

SKL akan membangun seluas 300 meter persegi dalam tahap pertama pembangunan pada 2021 hingga 2023. Pada tahapan kedua, pembangunan diperluas sekitar 1400 meter persegi. Jadi, kata dia, dari 22,1 hektar kemungkinan SKL hanya membangun sekitar 2.000 meter.

RIANI SANUSI PUTRI

Baca: Presiden Joko Widodo Resmikan Perluasan Bandara Internasional Komodo

Berita terkait

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

19 hari lalu

Rekomendasi 5 Destinasi Wisata Unggul di Labuan Bajo dan Pulau Komodo NTT

Mengenal destinasi wisata di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, NTT. Berikut 5 rekomendasinya, antara lain Pink Beach dan Pulau Padar.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Kapal Wisata Tenggelam di Kitaran Labuan Bajo, Terbaru Kapal Wisata White Pearl Karam

21 hari lalu

Peristiwa Kapal Wisata Tenggelam di Kitaran Labuan Bajo, Terbaru Kapal Wisata White Pearl Karam

Deretan peristiwa kapal wisata tenggelam di kitaran Labuan Bajo. Terbaru kapal wisata White Pearl, pada Jumat, 5 April 2024.

Baca Selengkapnya

Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

30 hari lalu

Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

Rumah artis Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar dimasuki biawak belum lama ini. Hewan apakah ini? Ada sekitar 80 jenis biawak di seluruh dunia,

Baca Selengkapnya

Larangan Kapal Berlayar ke Pulau Komodo Diperpanjang hingga 20 Maret

40 hari lalu

Larangan Kapal Berlayar ke Pulau Komodo Diperpanjang hingga 20 Maret

KSOP Kelas III Labuan Bajo memperpanjang larangan kapal wisata untuk berlayar ke Pulau Komodo Taman Nasional Komodo (TNK) hingga 20 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kapal Wisata Dilarang Berlayar ke Pulau Komodo Hingga Rabu

41 hari lalu

Kapal Wisata Dilarang Berlayar ke Pulau Komodo Hingga Rabu

BMKG telah menyampaikan peringatan waspada potensi gelombang tinggi dan angin kencang di wilayah Pulau Komodo.

Baca Selengkapnya

WNA Cina Tewas di Pink Beach Labuan Bajo, Abaikan Larangan Snorkeling

11 Februari 2024

WNA Cina Tewas di Pink Beach Labuan Bajo, Abaikan Larangan Snorkeling

Seorang wisatawan asal Cina meninggal karena kelelahan. Diduga abaikan larangan snorkeling dari pemandu wisata

Baca Selengkapnya

Pink Beach di Taman Nasional Komodo Masuk Daftar 20 Pantai Terbaik di Dunia, Ini Rute ke Sana

6 Februari 2024

Pink Beach di Taman Nasional Komodo Masuk Daftar 20 Pantai Terbaik di Dunia, Ini Rute ke Sana

Pink Beach di Pulau Padar, kawasan Taman Nasional Komodo, NTT menjadi satu dari 20 pantai terbaik di dunia versi Lonely Planet. Berikut rutenya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Parapuar, Paket Lengkap Destinasi Wisata Baru di Labuan Bajo

25 Januari 2024

Mengenal Parapuar, Paket Lengkap Destinasi Wisata Baru di Labuan Bajo

Parapuar merupakan bagian integral dari Destinasi Pariwisata Superprioritas (DPSP) Labuan Bajo.

Baca Selengkapnya

5 Hotel Mewah akan Buka 2024, dari Labuan Bajo hingga Osaka Jepang

22 Januari 2024

5 Hotel Mewah akan Buka 2024, dari Labuan Bajo hingga Osaka Jepang

Hotel-hotel mewah ini hadir di tempat wisata yang populer di dunia, termasuk Labuan Bajo Nusan Tenggara Timur.

Baca Selengkapnya

32 Tahun Lalu UNESCO Tetapkan 4 Situs Warisan Dunia dari Indonesia, Termasuk Candi Borobudur

13 Desember 2023

32 Tahun Lalu UNESCO Tetapkan 4 Situs Warisan Dunia dari Indonesia, Termasuk Candi Borobudur

UNESCO tetapkan 4 Situs Warisan Dunia pada Sidang Konferensi Warisan Dunia yang ke-15 di Carthage, Tunisia. Termasuk Candi Borobudur.

Baca Selengkapnya