OPEC Prediksi Permintaan Minyak Dunia Naik dan Lampaui Pasokan pada 2023, Dampaknya ke Harga?

Kamis, 14 Juli 2022 10:28 WIB

Seorang lelaki berdiri dekat dengan kilang Cardon, milik perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA di Punto Fijo, Venezuela 22 Juli 2016. [REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak atau OPEC memperkirakan permintaan akan minyak dunia bakal terus meningkat dan melampaui jumlah pasokan pada tahun 2023.

Laporan OPEC yang dikutip Bloomberg pada Rabu, 13 Juli 2022, di antaranya memprediksi keterbatasan pasokan minyak akan berlanjut pada tahun depan. Permintaan minyak mentah bakal tumbuh dan melebihi produksi hingga 1 juta barel per hari. Sementara permintaan global naik menjadi 2,7 juta barel per hari pada tahun 2023.

Kenaikan permintaan tersebut ditopang oleh pertumbuhan negara-negara berkembang. Sedangkan pasokan dari negara di luar OPEC akan bertambah hingga 1,7 juta barel per hari. “Permintaan bahan bakar dan diesel akan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi,” tulis laporan itu.

Laporan OPEC untuk tahun depan tersebut seiring dengan penilaian beberapa pandangan di industri minyak. International Energy Agency (IEA) sebelumnya memprediksi jumlah pasokan minyak akan mengalami keterbatasan.

Untuk menjembatani kekurangan tersebut, OPEC harus menyediakan sekitar 30,1 juta barel per hari pada tahun 2023. Jumlah tersebut lebih tinggi 1,38 juta barel per hari dibandingkan dengan total produksi negara anggota OPEC pada Juni 2022.

Advertising
Advertising

Adapun, OPEC telah berusaha untuk memulihkan produksi yang sempat tersendat akibat pandemi virus corona, dengan pasokan terakhir dijadwalkan pada bulan depan. Meski demikian, jumlah produksi OPEC masih berada dibawah target akibat beberapa negara seperti Angola dan Nigeria yang menghadapi kesulitan seperti minimnya penanaman modal dan masalah operasional.

Sementara itu, total produksi Libya anjlok seiring dengan konflik politik di negara tersebut. Akibat anjloknya pasokan, jumlah cadangan bahan bakar di negara-negara industri menurun dengan cepat. Tercatat, jumlah cadangan anjlok 312 juta barel di bawah rerata 5 tahunan pada Mei lalu.

Harga minyak mentah berjangka Brent pada Kamis, 14 Juli 2022, untuk pengiriman September naik 8 sen atau hampir 0,1 persen menjadi US$ 99,57 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus naik 46 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 96,3 per barel.

<!--more-->

Harga minyak jenis Brent itu turun tajam sejak mencapai US$ 139 per Maret 2022 lalu yang mendekati level tertinggi sepanjang masa pada 2008. Penurunan harga komoditas itu karena investor telah menjual minyak akhir-akhir ini di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.

Dari sisi pasokan, persediaan minyak AS naik lebih dari yang diharapkan dalam jeda ringan dari ketatnya pasar. Data pemerintah menunjukkan stok minyak mentah komersial AS naik 3,3 juta barel ketimbang ekspektasi untuk penarikan moderat dalam stok.

Sebelumnya diberitakan laju inflasi AS per Juni 2022 meroket ke level 9,1 persen di antaranya kenaikan harga bensin dan masih tingginya harga makanan. Hal tersebut diduga bakal makin mendorong bank sentral atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.

Akibatnya, muncul ekspektasi untuk pertumbuhan yang lebih rendah yang kemudian memicu pelarian ke dolar AS untuk alasan keamanan. Indeks dolar pun mencapai level tertinggi 20 tahun pada Rabu kemarin, 13 Juli 2022, yang pada gilirannya membuat pembelian minyak lebih mahal untuk pembeli non-AS.

Sementara itu, faktor eksternal seperti pembatasan Covid-19 yang diperbarui di Cina juga membebani pasar minyak dunia. Sebab, impor minyak mentah dari negara tirai bambu itu merosot ke level terendah dalam empat tahun pada Juni.

Analis Pasar Energi CHS Hedging, Tony Headrick, menyatakan saat ini ada masalah di sisi permintaan minyak dunia, tapi fluktuasi dolar AS membuat tekanan harga pada semua komoditas menjadi menurun. "Ada perubahan mentalitas selama beberapa minggu terakhir," katanya.

BISNIS | ANTARA

Baca: Harga TBS Jeblok, Pengusaha Sawit: Sudah Banyak yang Konsultasi ke Rumah Sakit Jiwa

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

8 hari lalu

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

8 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

9 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

9 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

9 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

10 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya