OPEC Prediksi Permintaan Minyak Dunia Naik dan Lampaui Pasokan pada 2023, Dampaknya ke Harga?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 14 Juli 2022 10:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak atau OPEC memperkirakan permintaan akan minyak dunia bakal terus meningkat dan melampaui jumlah pasokan pada tahun 2023.
Laporan OPEC yang dikutip Bloomberg pada Rabu, 13 Juli 2022, di antaranya memprediksi keterbatasan pasokan minyak akan berlanjut pada tahun depan. Permintaan minyak mentah bakal tumbuh dan melebihi produksi hingga 1 juta barel per hari. Sementara permintaan global naik menjadi 2,7 juta barel per hari pada tahun 2023.
Kenaikan permintaan tersebut ditopang oleh pertumbuhan negara-negara berkembang. Sedangkan pasokan dari negara di luar OPEC akan bertambah hingga 1,7 juta barel per hari. “Permintaan bahan bakar dan diesel akan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi,” tulis laporan itu.
Laporan OPEC untuk tahun depan tersebut seiring dengan penilaian beberapa pandangan di industri minyak. International Energy Agency (IEA) sebelumnya memprediksi jumlah pasokan minyak akan mengalami keterbatasan.
Untuk menjembatani kekurangan tersebut, OPEC harus menyediakan sekitar 30,1 juta barel per hari pada tahun 2023. Jumlah tersebut lebih tinggi 1,38 juta barel per hari dibandingkan dengan total produksi negara anggota OPEC pada Juni 2022.
Adapun, OPEC telah berusaha untuk memulihkan produksi yang sempat tersendat akibat pandemi virus corona, dengan pasokan terakhir dijadwalkan pada bulan depan. Meski demikian, jumlah produksi OPEC masih berada dibawah target akibat beberapa negara seperti Angola dan Nigeria yang menghadapi kesulitan seperti minimnya penanaman modal dan masalah operasional.
Sementara itu, total produksi Libya anjlok seiring dengan konflik politik di negara tersebut. Akibat anjloknya pasokan, jumlah cadangan bahan bakar di negara-negara industri menurun dengan cepat. Tercatat, jumlah cadangan anjlok 312 juta barel di bawah rerata 5 tahunan pada Mei lalu.
Harga minyak mentah berjangka Brent pada Kamis, 14 Juli 2022, untuk pengiriman September naik 8 sen atau hampir 0,1 persen menjadi US$ 99,57 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus naik 46 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 96,3 per barel.
<!--more-->
Harga minyak jenis Brent itu turun tajam sejak mencapai US$ 139 per Maret 2022 lalu yang mendekati level tertinggi sepanjang masa pada 2008. Penurunan harga komoditas itu karena investor telah menjual minyak akhir-akhir ini di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Dari sisi pasokan, persediaan minyak AS naik lebih dari yang diharapkan dalam jeda ringan dari ketatnya pasar. Data pemerintah menunjukkan stok minyak mentah komersial AS naik 3,3 juta barel ketimbang ekspektasi untuk penarikan moderat dalam stok.
Sebelumnya diberitakan laju inflasi AS per Juni 2022 meroket ke level 9,1 persen di antaranya kenaikan harga bensin dan masih tingginya harga makanan. Hal tersebut diduga bakal makin mendorong bank sentral atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin akhir bulan ini.
Akibatnya, muncul ekspektasi untuk pertumbuhan yang lebih rendah yang kemudian memicu pelarian ke dolar AS untuk alasan keamanan. Indeks dolar pun mencapai level tertinggi 20 tahun pada Rabu kemarin, 13 Juli 2022, yang pada gilirannya membuat pembelian minyak lebih mahal untuk pembeli non-AS.
Sementara itu, faktor eksternal seperti pembatasan Covid-19 yang diperbarui di Cina juga membebani pasar minyak dunia. Sebab, impor minyak mentah dari negara tirai bambu itu merosot ke level terendah dalam empat tahun pada Juni.
Analis Pasar Energi CHS Hedging, Tony Headrick, menyatakan saat ini ada masalah di sisi permintaan minyak dunia, tapi fluktuasi dolar AS membuat tekanan harga pada semua komoditas menjadi menurun. "Ada perubahan mentalitas selama beberapa minggu terakhir," katanya.
BISNIS | ANTARA
Baca: Harga TBS Jeblok, Pengusaha Sawit: Sudah Banyak yang Konsultasi ke Rumah Sakit Jiwa
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.