Bos Pertamina Cerita Dilema Naikkan Harga Pertamax: Ada Kemungkinan Shifting ke Pertalite

Kamis, 7 Juli 2022 08:12 WIB

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kanan) berbincang dengan operator SPBU saat melakukan sidak di SPBU By pass Soekarno Hatta Palembang, Sumatera Selatan, Minggu, 3 April 2022. SPBU Mobile tersebut memiliki kapasitas mulai dari 5.000 Kiloliter (Kl) hingga 16.000 Kl. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan adanya dilema dalam menjual Pertamax saat ini. Harga BBM komersial itu tetap ditahan pemerintah di Rp 12.500 walau harga pasarnya sudah mencapai Rp 17.950 per liter. Artinya, BBM tersebut tetap disubsidi Rp 5.450 per liter.

“Kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini (sesuai harga pasar Rp 17.950), maka kemudian akan terjadi shifting ke Pertalite, ini tentu menambah beban negara," ujar Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2022. "Kita pantau terus kondisi harga pasar, kita selalu berkoordinasi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan."

Ia menyebutkan langkah Pertamina tak menaikkan harga Pertamax selama ini tak diiringi oleh penggantian oleh pemerintah karena bahan bakar tersebut bukan termasuk yang disubsidi. “Jadi kalau pertanyaannya, adakah yang sekarang kita masih jual di bawah harga keekonomiannya dan tidak diganti oleh pemerintah ada, yaitu Pertamax,” ucapnya.

Oleh sebab itu, kata Nicke, yang dilakukan perseroan adalah membayar selisih harga itu lewat keuntungan yang didapat Pertamina dari kegiatan bisnis hulu saat menikmati profit di tengah harga minyak mentah dunia yang tinggi pada tahun ini. “Iya betul lewat windfall (pembayarannya),” tuturnya.

Namun begitu, pemerintah menyatakan bakal menyasar alokasi subsidi pada jenis BBM Pertamax kemudian hari seiring upaya pengurangan emisi karbon. Sebab, Pertamax memiliki Research Octan Number (RON) yang lebih tinggi ketimbang Pertalite. “Road map pemerintah menyubsidi bahan bakar yang ramah lingkungan, maka roadmap berikutnya adalah pertamax jadi ada roadmapnya tidak serta merta pindah."

Advertising
Advertising

Lebih jauh, Nicke memaparkan selisih harga jual produk bahan bakar minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram dari harga pasar hingga Juli 2022 masih cukup besar. “Harga keekonomian dengan peningkatan harga minyak dan gas juga meningkat tajam kalau kita bandingkan harga yang ditahan ditetapkan pemerintah dengan harga keekonomiannya,” ujarnya.

Data Pertamina menunjukkan per Juli 2022, harga pasar untuk Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar sudah mencapai Rp 18.150 per liter, sedangkan harga jual yang ditetapkan pemerintah berada di angka Rp 5.150 per liter. Artinya, pemerintah menanggung subsidi mencapai Rp 13.000 untuk setiap pembelian satu liter JBT Solar.

Selanjutnya: selisih dengan harga pasar makin lebar, subsidi BBM melonjak..

<!--more-->

Sedangkan harga keekonomian Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite sebesar Rp 17.200 per liter. Adapun harga jual yang dipatok pemerintah sebesar Rp 7.650 per liter. “Sehingga untuk setiap liter Pertalite yang dibeli masyarakat pemerintah beri subsidi Rp 9.550 per liter,” tuturnya.

Sementara itu, harga pasar elpiji sudah mencapai Rp 15.698 per kilogram. Namun harga LPG domestik tak pernah disesuaikan sejak 2007 dan tetap berada di level Rp 4.250 per kilogram. Akibatnya pemerintah harus mengalokasikan subsidi sebesar Rp 11.448 untuk setiap kilogram pembelian LPG.

Sebelumnya Kementerian Keuangan mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 kilogram naik rata-rata 26,58 persen setiap tahunnya selama kurun waktu 2017 hingga 2021. Lonjakan nilai subsidi itu dipicu fluktuasi harga minyak mentah Indonesia atau ICP dan nilai tukar rupiah.

Tahun lalu, realisasi subsidi BBM mencapai Rp 16,17 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp 7,15 triliun. Selain itu masih terdapat kewajiban pembayaran kompensasi BBM Rp 93,95 triliun untuk periode 2017 hingga 2021. Sedangkan realisasi subsidi LPG 3 kilogram pada tahun lalu mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.

Pemerintah telah memprediksi subsidi BBM dan LPG 3 kilogram pada tahun ini mencapai Rp 149,37 triliun atau 192,61 persen dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.

Sebanyak lebih dari 90 persen kenaikan nilai subsidi itu, menurut Kemenkeu, berasal dari alokasi LPG 3 kilogram yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar akibat lonjakan harga minyak mentah dunia.

BISNIS

Baca: Dapat PMN Rp 4,1 Triliun, PT KAI Kebut Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

9 jam lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

11 jam lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

13 jam lalu

Turunnya Penerimaan Pajak Berdampak pada Defisit APBN

Jika penerimaan pajak terus anjlok di tengah melesatnya belanja negara, defisit APBN bisa membengkak.

Baca Selengkapnya

Pemkot Batam Wajibkan Penggunaan Fuel Card 5.0 untuk Pembelian Pertalite, Apa Itu?

1 hari lalu

Pemkot Batam Wajibkan Penggunaan Fuel Card 5.0 untuk Pembelian Pertalite, Apa Itu?

Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, memperkenalkan sistem pengendali pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tersebut dengan Fuel Card 5.0

Baca Selengkapnya

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

2 hari lalu

Pertamina Bantah Hapus Pertalite, Tapi Beberapa SPBU Sudah Tak Dapat BBM Subsidi

Pertamina Patra Niaga menampik adanya penghapusan Pertalite menjadi Pertamax Green 95 di seluruh SPBU.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

2 hari lalu

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

PT Pertamina Patra Niaga memastikan operasionalnya masih berjalan aman pascagempa di Garut, Jawa Barat pada Sabtu, 27 April 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

4 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

4 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

6 Tips Merawat Motor Injeksi agar Tetap Prima dan Awet

5 hari lalu

6 Tips Merawat Motor Injeksi agar Tetap Prima dan Awet

Motor injeksi merupakan kendaraan yang dibekali dengan teknologi mumpuni di bagian mesin pembakarannya.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

5 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya