IHSG Diprediksi Masih Perkasa Meski The Fed Kerek Suku Bunga Tinggi

Senin, 20 Juni 2022 14:13 WIB

Himawan, pialang saham memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di rumahnya kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Senin, 3 Januari 2022. Himawan meninggalkan semua pekerjaannya dan fokus di dunia saham dari rumahnya sejak 2012. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pasar modal Indonesia dianggap masih cukup kuat menahan sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed. Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75 persen.

Founder Traderindo.com, Wahyu Tri Laksono, melihat indeks masih mendekati level 7.000 kendati koreksi tetap terjadi. "IHSG masih cukup lumayan walau terkoreksi. Tapi, masih di sekitar level area high-nya dekat 7.000," kata Wahyu kepada Tempo, Ahad, 19 Juni 2022.

Pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG ditutup melemah 48,12 poin ke level 6.888,84 setelah dibuka positif. Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, IHSG turun 2,11 persen menjadi 6.936,97 dari angka pekan sebelumnya yang sebesar 7.086,65.

Jika dibandingkan dengan awal tahun, IHSG naik 4,08 persen atau 271,66 poin. Angka itu juga relatif menguat setelah indeks terperosok paling dalam ke posisi 6.597 pada 13 Mei lalu.

Wahyu melihat kuatnya pasar modal salah satunya didukung oleh fundamental domestik Indonesia yang cukup baik. Misalnya, rilis data neraca perdagangan yang tinggi. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus US$ 19,79 miliar selama Januari-Mei 2022.

Advertising
Advertising

Angka ini jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat surplus US$ 10,51 miliar. Surplus perdagangan Januari-Mei 2022 ditopang surplus sektor nonmigas US$ 29,35 miliar dan defisit sektor migas US$ 9,56 miliar.

Secara umum, Indonesia masih diuntungkan dengan tingginya harga komoditas. Kondisi itu berkebalikan dengan data perekonomian di Amerika Serikat yang cenderung lebih buruk, khususnya inflasi. Karena itu, The Fed melakukan normalisasi guna mengendalikan inflasi dan memperbaiki perekonomian Amerika.

"Ancaman terhadap rupiah dan IHSG memang masih wajar akibat sentimen global. Namun harapannya saat sentimen Amerika dan Eropa memburuk, filosofi dasarnya kapital tidak bisa selamanya dipendam. Kapital harus di investasikan, harus mengalir, dan semoga aliran tersebut masuk ke IHSG sehingga walaupun IHSG terkoreksi, tidak ambyar," ujar dia.

Wahyu mengatakan dalam keadaan inflasi melonjak di berbagai negara, pergerakan modal akan kembali ke relativitas. Menurut wahyu, modal pada akhirnya akan bergerak ke tempat yang lebih baik. Misalnya, yang memberikan imbal hasil dan valuasi yang baik.

"Hukumnya apa yang naik akan turun. Kapan kita akan turun? kalau valuasi sudah cukup. Tapi antara inflasi, fundamental, dan valuasi (pasar modal) kita lebih baik," ujar Wahyu.

Ke depannya, Wahyu memandang rupiah memang masih mungkin melemah ke Rp 15.000-16.000. IHSG pun bisa turun ke level 6.600-6.500. Meski begitu, situasi tersebut bukan berarti trennya bakal bearish.

"IHSG masih konsolidasi sedikit korektif sementara ini, wajar apalagi setelah cetak rekor. Kecuali break di bawah 6.500, akan cancel bullish outlook menjadi terbuka potensial bearish lanjut ke 6.000," ucap dia.

Baca juga: Samuel Sekuritas Prediksi IHSG Menguat dalam Jangka Pendek ke 7.050

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

10 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

18 jam lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

22 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

4 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

5 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya