Stafsus Sri Mulyani Sebut Kenaikan Tarif Listrik Bentuk Subsidi Silang

Rabu, 15 Juni 2022 10:34 WIB

Petugas PLN melakukan pencatatan meteran listrik secara langsung di rumah warga di kawasan Cipulir, Jakarta, Selasa, 30 Juni 2020. Pencatatan ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan tagihan listrik di rekening bulan Juli 2020. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Pangkalpiang - Keputusan pemerintah menaikkan tarif listrik untuk pelanggan dengan daya di atas 3.500 VA dinilai sebagai bentuk subsidi silang. Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo, mengatakan pelanggan listrik 3.500 VA ke atas adalah golongan mampu yang bisa ikut gotong royong membantu pemerintah melindungi kelompok kurang mampu.

“Harapannya, asumsi makro membaik, pertumbuhan ekonomi baik,ekonomi bangkit lalu daya beli membaik. Jadi ada subsidi silang gitu lah ya. Ada gotong royong dari masyarakat yang mampu untuk membantu mengamankan masyarakat golongan bawah," tutur Yustinus saat dihubungi dari Pangkalpinang, Rabu, 15 Juni 2022.

Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik untuk lima golongan pelanggan non-subsidi mulai 1 Juli 2022. Kenaikan itu berlaku bagi pelanggan mampu dengan daya 3.500-5.550 VA, 6.66 VA, serta golongan pemerintahan.

Ia menjelaskan kenaikan tarif listrik ini tak bisa lepas dari dampak ekonomi politik global di dunia. Terjadinya krisis moneter di Amerika Serikta, kenaikan harga komoditas batu bara dan kelapa sawit, menjadi faktor pemicu kenaikan biaya produksi listrik.

Di satu sisi, kondisi tersebut menjadi berkah bagi Indonesia karena ekspor komoditas terkerek. Namun di sisi lain, biaya-biaya produksi untuk sektor energy, seperti BBM dan listrik, juga naik sehingga subsidi ikut membengkak.

Advertising
Advertising

“Mau tidak mau memang pemerintah harus melakukan realokasi APBN, harus ada subsidi yang dikurangi.”

Meski begitu, Yustinus mengatakan pemerintah berkomitmen untuk terus melindungi masyarakat golongan bawah dengan subsidi. Pemerintah menjaga agar tarif BBM jenis Pertalite tidak naik.

“Bertahap, pemerintah berusaha mengatur pembelian Pertalite agar tepat sasaran dengan harga tetap disubsidi,” ucap Yustinus, menambahkan.

Soal kemungkinan menaikkan harga BBM, menurut Yustinus, pemerintah selalu mempertimbangkan dinamika masyarakat dan ekonomi dunia. Dengan asumsi harga Indonesian crude price (ICP) masih sekitar US$ 100 per barel, tariff BBM dan anggaran subsidi pun dipastikan masih aman.

“Tapi kalau harga ICP sudah di atas US$ 100 per barel dalam jangka waktu yang cukup lama, mau tidak mau harus ada adjustment,” katanya.

Ihwal kenaikan tarif listrik lanjutan untuk pelanggan non-subsidi pada 2023, Yustinus menyebut hal itu masih asumsi. Pernyataan itu sama dengan yang disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu dalam rapat Badan Anggaran DPR.

“Itu baru skenario jika indikator makro ekonomi memang mendukung. Kalau pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3-5,9 persen, daya beli membaik, ekonomi pulih,” kata Yustinus.

<!--more-->

Keputusan pemerintah mengerek tarif listrik untuk pelanggan nonsubsidi diakui membuat pengusaha logistik dengan pendingin, Paxel, agak berat. Direktur Utama Paxel.co Zaldy Masita merincikan konsumsi listrik selama ini berkontribusi sekitar 5 persen terhadap biaya operasional.

“Paxel ini kan banyak menggunakan freezer, chiller, cold storage yang listriknya besar ya, otomatis cost naik,” katanya.

Walau begitu, sebenarnya, Zaldy menyebut biaya listrik masih kalah dibandingkan dengan biaya solar yang mencapai 20 persen. “Jadi selain berat di listrik, sekarang ini kami juga deg-degan menunggu keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM atau tidak. Kalau naik juga, ya, otomatis kami harus menaikkan tarif nih,” ujar dia.

Menurut Zaldy, asumsi makro pemerintah tahun ini dan 2023 masih terlalu optimistis. “Kami di lapangan enggak demikian melihatnya. Pulih sih pulih, tapi daya beli masih belum stabil. Daya beli tinggi hanya saat Lebaran. Setelah Lebaran, permintaan drop lagi, bahkan sangat dalam. Penurunannya sekitar 70-80 persen.”

Karena itu, Zaldy berharap pemerintah bisa mengkaji kembali keputusan kenaikan tarif listrik maupun harga BBM. Para pengusaha khawatir, aneka kenaikan tarif ini akan kontraproduktif dengan upaya pemulihan ekonomi.

RACHMA TRI WIDURI

Baca: Prediksi Penerimaan Perpajakan 2022 Naik 15,3 Persen, Ini Alasan Kemenkeu

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 jam lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

2 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

2 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

3 hari lalu

Respons Sri Mulyani Soal Sorotan Publik ke Bea Cukai, Berikut Tips Hindari Denda Barang Impor

Kerap kali barang impor bisa terkena harga denda dari Bea Cukai yang sangat tinggi. Bagaimana respons Menteri Keuangan Sri Mulyani?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

3 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Prastowo Sebut Bea Cukai Bukan Keranjang Sampah

4 hari lalu

Prastowo Sebut Bea Cukai Bukan Keranjang Sampah

Staf Khusus Kementerian Keuangan sebut bea cukai bukan keranjang sampah, imbas banyak postingan media sosial yang mengeluhkan pajak barang Impor dari luar negeri yang terlalu mahal.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya