Wall Street Anjlok Usai Pengumuman Inflasi AS Capai Rekor Tertinggi Sejak 1981

Sabtu, 11 Juni 2022 08:40 WIB

Ekspresi salah satu pialang saham saat bekerja di Bursa Efek New York, 24 Agustus 2015. Bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunnya pasar saham di Eropa dan Asia. REUTERS/Brendan McDermid

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga indeks utama Wall Street kompak anjlok pada perdagangan akhir pekan ini usai pengumuman data inflasi Amerika Serikat yang meroket ke level tertinggi sejak 1981.

Lonjakan laju inflasi ini semakin menguatkan sinyal kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve yang lebih cepat. Hal tersebut yang kemudian menekan pasar saham.

Dow Jones, misalnya turun 2,73 persen menjadi 31.392,79. Begitu juga Nasdaq yang anjlok hingga 3,52 persen ke 11.340,02, dan S&P 500 melemah 2,91 persen menuju 3.900,86.

Mengutip Yahoo Finance, bursa saham AS atau Wall Street kompak jeblok pada hari Jumat waktu setempat karena investor mencerna dua catatan suram pada ekonomi AS.

Data inflasi Mei menunjukkan kenaikan harga secara tak terduga dipercepat bulan lalu. Hal ini terlihat dari indeks harga konsumen naik 8,6 persen year on year di bulan Mei, atau tertinggi sejak tahun 1981.

Advertising
Advertising

Data sentimen konsumen yang dirilis Jumat pagi juga mencapai rekor terendah. Hal tersebut karena inflasi membebani rumah tangga di Amerika Serikat.

Sementara itu, imbal hasil treasury melonjak terutama di ujung pendek kurva, dan imbal hasil 2 tahun melonjak ke atas 3 persen. Benchmark hasil Treasury 10-tahun naik menjadi lebih dari 3,1 persen.

Adapun harga minyak mentah AS turun ke sekitar US$ 120 per barel. Padahal pada awal pekan ini harga komoditas itu sempat naik hingga di atas US$ 122 per barel.

Bagi pelaku pasar, rilis Biro Statistik Tenaga Kerja berupa Indeks Harga Konsumen (CPI) atau inflasi adalah angka penting. Pasalnya, data itu memperlihatkan pandangan baru tentang sejauh mana kenaikan harga telah bertahan di seluruh ekonomi AS.

<!--more-->

Indeks secara tak terduga dipercepat untuk mencatat kenaikan tahunan 8,6 persen di bulan Mei, menyusul kenaikan April 8,3 persen. Hal tersebut menandai lompatan inflasi terbesar sejak akhir 1981, dan melampaui level tertinggi 41 tahun sebelumnya dalam CPI Maret, yang naik 8,5 persen.

Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, melejit hingga 6 persen secara tahunan setelah kenaikan 6,2 persen di bulan April. Adapun inflasi tetap menjadi isu dominan bagi investor, pembuat kebijakan dan publik Amerika tahun ini.

Sebab, harga yang lebih tinggi telah mengancam untuk membebani belanja konsumen – pendorong utama kegiatan ekonomi AS. Inflasi juga berarti barang dan jasa menjadi semakin tidak terjangkau.

Laju inflasi juga telah menunjukkan tanda-tanda memicu rotasi dari pengeluaran untuk beberapa barang pilihan ke area pembelian lainnya. Per hari Jumat, indeks sentimen konsumen yang diawasi ketat merosot ke rekor terendah karena kekhawatiran inflasi membebani orang Amerika.

Sedangkan bagi investor, inflasi menjadi penentu utama dalam perjalanan kebijakan moneter The Federal Reserve atau The Fed. Karena The Fed akan mengambil sejumlah langka untuk membantu menurunkan harga yang naik dengan cepat.

Bank sentral diprediksi bakal menaikkan suku bunga setengah poin lagi pada pertemuan penetapan kebijakan minggu depan. Hal ini yang kemudian diperkirakan bakal mendorong kenaikan biaya pinjaman dan melakukan bisnis untuk perusahaan.

Di tengah kekhawatiran atas dampak inflasi terhadap ekonomi dan langkah Fed selanjutnya, saham terus diperdagangkan dengan tidak stabil. "Pada akhirnya, pasar hanya dihadapkan dengan banyak ketidakpastian saat ini. Dan ini bukan hanya kisah inflasi," ujar ahli strategi pasar global di JPMorgan Asset Management, Jack Manley.

Manley juga menyebutkan masih ada sejumlah ketidakpastian yang bakal menghantui Wall Street. "Beberapa ketidakjelasan seputar apa yang akan dilakukan The Fed. Perang di Eropa terus berkecamuk. Dan kami tahu ada perkembangan baru yang terjadi di bidang itu setiap beberapa hari," ujarnya.

BISNIS

Baca: 10 Nama Calon Anggota BPK Periode 2022-2027 Diumumkan, Ada Anggito Abimanyu

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

DBS Proyeksikan Perekonomian Indonesia Tumbuh 5 Persen di Tahun Ini

5 jam lalu

DBS Proyeksikan Perekonomian Indonesia Tumbuh 5 Persen di Tahun Ini

PT Bank DBS Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada di kisaran 5 persen secara tahunan atau year on year.

Baca Selengkapnya

Terkini: Luhut Tawarkan Dua Investasi Potensial ke Elon Musk, Pakar Minta Pemerintah Audit Kekayaan Pejabat Bea Cukai

7 jam lalu

Terkini: Luhut Tawarkan Dua Investasi Potensial ke Elon Musk, Pakar Minta Pemerintah Audit Kekayaan Pejabat Bea Cukai

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan ada dua investasi potensial yang ditawarkan kepada Elon Musk di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jawa Barat Sediakan Rp 3,1 Miliar untuk Operasi Pasar Menjelang Hari Raya Idul Adha

8 jam lalu

Jawa Barat Sediakan Rp 3,1 Miliar untuk Operasi Pasar Menjelang Hari Raya Idul Adha

Operasi pasar menjelang Hari Raya Idul Adha hanya menyasar 13 kabupaten/kota saja.

Baca Selengkapnya

Nyaris Kembali ke Pusaran Rp 16.000, Kurs Rupiah Melemah Jadi Rp 15.999 per Dolar AS

10 jam lalu

Nyaris Kembali ke Pusaran Rp 16.000, Kurs Rupiah Melemah Jadi Rp 15.999 per Dolar AS

Kemarin, kurs rupiah ditutup melemah 23 poin ke level Rp 15.978 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Berpotensi Naik Usai Presiden Iran Tewas, Apa Saran buat Investor?

11 jam lalu

Harga Emas Berpotensi Naik Usai Presiden Iran Tewas, Apa Saran buat Investor?

Analis DCFX, Andrew Fischer, menyebut harga emas berpotensi naik cukup besar usai insiden yang menewaskan Presiden Iran kemarin.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Turun 0,53 Persen, Saham Grup Prajogo Pangestu Paling Aktif Diperdagangkan

12 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Turun 0,53 Persen, Saham Grup Prajogo Pangestu Paling Aktif Diperdagangkan

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebut IHSG sesi I hari ini tercatat melemah 38,77 poin ke level 7,227,9 atau turun 0,53 persen.

Baca Selengkapnya

Tiga Isu Penentu Hasil Pilpres AS 2024: Inflasi, Aborsi dan Perang Israel di Gaza

18 jam lalu

Tiga Isu Penentu Hasil Pilpres AS 2024: Inflasi, Aborsi dan Perang Israel di Gaza

Mantan Dubes AS untuk Indonesia menilai ada tiga isu yang menjadi faktor penentu hasil persaingan Biden dan Trump dalam pilpres AS 2024.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Rupiah Melemah ke Level Rp 15.978 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Rupiah Melemah ke Level Rp 15.978 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah hari ini ditutup melemah 23 poin ke level Rp 15.978 per dolar AS

Baca Selengkapnya

Airlangga Bertemu Bos LG di Korea Selatan, Bahas Investasi Teknologi

1 hari lalu

Airlangga Bertemu Bos LG di Korea Selatan, Bahas Investasi Teknologi

Menteri Koordinator Bidang Teknologi, Airlangga Hartarto bertemu pimpinan PT LG CNS, Shingyoon Hyun di Seoul, Korea Selatan. Ia berharap kerja sama di bidang investasi teknologi antara LG dan Sinar Mas Group dapat selesai sesuai target.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah pada Sesi Pertama Perdagangan Hari Ini, Indeks Sektor Keuangan Turun Paling Dalam

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah pada Sesi Pertama Perdagangan Hari Ini, Indeks Sektor Keuangan Turun Paling Dalam

Samuel Sekuritas Indonesia menyebut IHSG masih kembali melemah pada sesi pertama hari ini. Sempat naik cukup tinggi di awal sesi, tapi ditutup melemah

Baca Selengkapnya