Harga Batu Bara Melambung, Adaro Raup Laba Inti Rp 17,98 Triliun pada 2021
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 3 Maret 2022 11:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya harga batu bara sepanjang tahun lalu turut mendorong kinerja keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. makin kinclong.
Harga batu bara pada tahun 2021 tercatat beberapa kali menembus rekor tertinggi. Padahal di awal tahun, harga komoditas itu masih berada di level US$ 85 per ton, namun trennya terus menanjak.
Puncaknya, pada November harga emas hitam itu meroket mencapai rekor US$ 215,6 per ton. Tren kenaikan belum berhenti, bahkan kemarin harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam sejarah mencapai US$ 400 per metrik ton seiring konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.
Sepanjang tahun lalu, laporan keuangan Adaro mencatatkan kenaikan EBITDA operasional sebesar 138 persen menjadi US$ 2,1 miliar. Angka itu melampaui panduan EBITDA operasional yang telah direvisi menjadi US$ 1,75 miliar sampai US$ 1,9 miliar.
Adapun EBITDA operasional ini tidak memperhitungkan komponen no-operasional. Dengan begitu, angka tersebut mencerminkan kinerja sesunggunnya dari perusahaan berkode saham ADRO itu.
ADRO juga meraup laba inti US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 17,98 triliun (asumsi kurs Rp 14.380 per dolar AS) yang menunjukkan bahwa bisnis inti berkinerja baik. Perseroan tercatat juga menghasilkan US$ 1,27 miliar arus kas bebas pada 2021, atau naik 102 persen year on year atau yoy.
Kontribusi Adaro kepada Pemerintah melalui royalti dan beban pajak penghasilan tercatat mencapai US$ 893 juta.
Adapun pada tahun 2021, ADRO membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 3,99 miliar, Angka itu melonjak 58 persen dari 2020, karena kenaikan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 70 persen karena tingginya harga batu bara.
<!--more-->
Pada 2021, perusahaan memproduksi sekitar 52,70 juta ton batu bara, atau turun 3 persen year on year. Sementara penjualan batu bara mencapai 51,58 juta ton tahun lalu atau turun 5 persen yoy.
ADRO juga mencatat pengupasan lapisan penutup sebesar 218,90 Mbcm pada 2021, atau naik 4 persen yoy, sehingga nisbah kupas tahun ini tercatat 4,15x. “Cuaca buruk di sepanjang tahun memperlambat kegiatan pengupasan lapisan penutup,” tulis manajemen ADRO dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, 3 Maret 2022.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro, Garibaldi Thohir, menyebutkan, kondisi pasar yang kondusif telah menopang kinerja perusahaan sepanjang tahun 2021. “Kami membukukan profitabilitas yang solid dan berkat hal ini,” tuturnya.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa dengan Boy Thohir itu yakin perusahaan dapat meningkatkan kontribusi terhadap negara melalui royalti dan pajak. "Batu bara memang harus mengikuti siklusnya. Jadi walaupun kami menyambut baik dengan kondisi yang kondusif ini, kami tak akan goyah dalam fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional."
Lebih jauh, kata Boy Thohir, Adaro memastikan bahwa bisnis ini akan dapat bertahan di tengah berbagai siklus melalui aktivitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Ia memperkirakan pemulihan ekonomi global akan berdampak positif terhadap industri batu bara, namun ADRO akan tetap waspada terhadap pandemi yang belum juga usai.
BISNIS
Baca: Harga Elpiji 12 Kg di Bogor Tembus Rp 206.000, Pedagang: Cuma Sultan yang Beli
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.