Minarak Group Kaji Temuan Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 23 Januari 2022 10:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Minarak Group ikut merespons temuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait potensi logam tanah jarang atau Rare Earth Element di lokasi lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan menerima dengan positif dan terbuka atas temuan dari ESDM ini.
"Sejauh ini pihak kami masih melakukan kajian di internal dimana kami melibatkan beberapa ahlinya," kata Sekretaris Perusahaan Minarak Group, Ananda Arthaneli, saat dihubungi, Sabtu, 22 Januari 2022.
Namun, Ananda belum merinci tindak lanjut yang akan dilakukan perusahaan bila nanti benar ditemukan material ini di lokasi tersebut. "Jika sudah ada hasil yang pasti akan kami beritahukan," kata dia.
Sebelumnya, temuan terkait potensi ini diungkap oleh Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono. Eko mengatakan pihaknya telah melakukan kajian yang lebih rinci dan sistematis mengenai potensi logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo.
Kajian itu melanjutkan temuan pada survei umum pada tahun 2020. "Hasilnya masih dalam proses karena ini baru selesai akhir 2021. Jadi kalau sudah selesai menyeluruh akan kami sampaikan," ujar Eko dalam konferensi pers, Jumat, 21 Januari 2022.
Eko mengatakan kajian kali ini dilakukan dengan menggandeng institusi lain, sehingga perlu waktu untuk mengintegrasikan hasil temuannya. Dari sana, akan diketahui berapa besar potensi logam tanah jarang di Sidoarjo.
Logam tanah jarang merupakan salah satu mineral yang menjadi perhatian lantaran dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik.
Eko mengatakan pada 2020, Badan Geologi melakukan penyelidikan di sana. Secara umum, ada indikasi keberadaan logam tanah jarang di lokasi tersebut.
Selain logam tanah jarang, ia menyebut ada potensi dari logam lain, termasuk logam vritical raw materials. "Jumlahnya lebih besar dari logam tanah jarang di Lapindo,
Karena itu, tahun lalu Badan Geologi melakukan kajian bekerja sama dengan Ditjen Minerba serta Pusat Teknologi Mineral di Balitbang ESDM terkait potensi logam tanah jarang tersebut.
Sebelumnya, berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, telah diidentifikasi sebanyak 28 lokasi yang memiliki potensi logam tanah jarang, termasuk lumpur Lapindo Sidoarjo.
Secara rinci, potensi tersebut tersebar di 16 lokasi di Sumatera, tujuh lokasi di Kalimantan, tiga lokasi di Sulawesi dan dua lokasi di Jawa.
<!--more-->
Adapun insiden semburan lumpur Lapindo terjadi pada 2006. Tapi sejak 2018, pemerintah diketahui secara resmi telah memperpanjang pengelolaan Wilayah Kerja Brantas selama 20 tahun mulai 23 April 2020 kepada Lapindo Brantas Inc., PT Prakarsa Brantas dan PT Minarak Brantas Gas, di mana Lapindo Brantas Inc. sebagai operator.
Pemerintah mengklaim belajar dari pengalaman terjadinya semburan lumpur tahun 2006 lalu, sebelum memberikan persetujuan. Sehingga, pemerintah memeriksa secara mendalam proposal yang diajukan Kontraktor Kontak Kerja Sama atau KKKS tersebut.
"Berdasarkan pengalaman Lapindo itu, kami dari Ditjen Migas dan SKK Migas, setiap proposal-nya Lapindo yang disampaikan, kita periksa betul. Kita koordinasi juga dengan pemerintah daerah agar kejadian ini tidak terulang dan alhamdulillah sudah melakukan kegiatan (migas)," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi saat itu, Djoko Siswanto.
Pengelolaan WK Brantas oleh PT Lapindo Brantas, dinilai pemerintah telah berjalan dengan baik. Meski demikian, pemerintah meminta sebagai agar Lapindo serta KKKS lainnya harus tetap melakukan kegiatannya secara aman.
Perpanjangan pengelolaan WK Brantas oleh Lapindo juga disebut mendapat dukungan dari pemerintah daerah serta masyarakat sekitar. "Nggak (ditolak masyarakat). Kalau nggak (diterima), kita nggak approve-lah. Kan kita minta approve pemerintah daerah sana juga," kata Djoko.
Alasan lain pemerintah menyerahkan kembali pengelolaan WK Brantas ke Lapindo karena tidak ada perusahaan lain yang mengajukan permintaan untuk mengelolanya karena pernah terjadi semburan lumpur. "Kami kasih ke Lapindo, (karena) yang lain nggak mengajukan (permohonan pengelolaan). Takut blow out lagi," kata Djoko.
Selain itu, Djoko juga menyebut pengembangan WK Brantas juga bermanfaat bagi penerimaan negara serta proyek jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (jargas).
Presdir Lapindo Brantas Faruq Adi Nugroho mengucapkan terima kasih kepada pemerintah serta dukungan masyarakat Jawa Timur atas persetujuan perpanjangan WK Brantas. Diharapkan ke depan, produksi WK Brantas dapat memberikan kontribusi lebih besar kepada masyarakat, pemerintah daerah serta industri migas nasional.
Saat itu, perusahaan mencatat produksi WK tersebut rata-rata mencapai 20-25 MMSCFD dan diharapkan pada akhir tahun mencapai 30-35 MMSCFD. Rencananya pada tahun 2022-2023, produksi mencapai 100 MMSCFD dan 150 MMSCFD ditargetkan dapat tercapai pada 2025.
Untuk perpanjangan kontrak ini, Lapindo Brantas menyerahkan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar US$ 1 juta atau setara Rp 13,4 miliar. Sedangkan perkiraan total nilai investasi dari pelaksanaan komitmen kerja pasti lima tahun pertama adalah sebesar US$ 115,5 juta. Komitmen ini terdiri dari seismic 3D sepanjang 600 km2, seismic 2D sepanjang 200 km dan pengeboran 4 sumur.
Baca: Harga Bitcoin Rp 509 Jutaan, Merosot Lebih dari 49 Persen dari Rekor Tertinggi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.