Dolar AS Melemah karena Sentimen Inflasi AS, Rupiah Berada di Level Rp14.340
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 21 Januari 2022 17:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ditutup menguat 4 poin ke level Rp14.340 pada perdagangan akhir pekan. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah sempat menguat 15 poin ke level Rp14.336 per dollar Amerika Serikat.
Ibrahim memprediksi pada Senin depan, rupiah dibuka fluktuatif. “Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp.14.310 - Rp.14.370,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Jumat, 21 Januari 2022.
Ia melihat pelemahan dolar AS hari ini dari sisi eksternal karena kekhawatiran inflasi akan tetap tinggi dan Federal Reserve AS akan memperketat kebijakan moneternya memperburuk sentimen investor. Kemudian itu mendorong kenaikan safe-haveni Yen Jepang vis-à-vis dolar Australia yang lebih berisiko.
Selain itu katanya, pelemahan dolar karena reli dalam imbal hasil treasury AS mendingin. Biar begitu, masih berjalan menuju terbaik dalam dua bulan.
Kemudian Saham AS mengalami aksi jual tajam semalam di jam-jam terakhir perdagangan, sementara rekan-rekan Asia turun pada hari Jumat.
“Imbal hasil Treasury AS mundur dari tertinggi multi-tahun. Namun, imbal hasil AS naik, didorong oleh ekspektasi pasar bahwa Fed akan mengetatkan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diantisipasi,” lanjutnya.
<!--more-->
Menurut Ibrahim, Dana The Fed berjangka telah sepenuhnya memperhitungkan suku bunga pada Maret 2022 dan total empat kenaikan dalam setahun. Lalu The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan dua hari untuk menjatuhkan keputusan mulai Selasa.
Bagi Ibrahim, investor akan mencari petunjuk tentang jadwal The Fed untuk kenaikan suku bunga dan pengurangan aset. Walau volatilitas baru-baru ini, dolar bisa naik lebih lanjut karena The Fed memperketat kebijakan moneternya menurut beberapa investor.
Menurutnya, Westpac dalam catatan klien mengatakan, mata uang "Harus terus menguat ke pertemuan The Fed minggu depan”. Dalam catatan tersebut Ibrahim menganalisis klien “tidak akan terkejut” jika indeks dollar mencapai tertinggi 2021 pada angka 96,938.
Westpac pada catatan itu menuliskan "Memang, harus terus menguat ke pertemuan Fed minggu depan," dan selanjutnya ada yang tertulis "tetapi perbandingan langsung dari indeks dolar versus spread hasil menunjukkan bahwa dolar belum sepenuhnya dihargai dalam cerita ini."
Menelisik ke dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis ekonomi Indonesia tumbuh antara 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2022 sejalan akselerasi konsumsi swasta dan investasi.
“Perkiraan ini di tengah belanja fiskal pemerintah dan ekspor yang tetap terjaga, meski risiko kenaikan kasus COVID-19 perlu terus diwaspadai,” ujar Ibrahim.
Ia menilai proyeksi tersebut didukung juga oleh mobilitas yang terus meningkat, sejalan dengan akselerasi vaksinasi, pembukaan ekonomi yang makin luas dan stimulus kebijakan yang berlanjut.
<!--more-->
Kinerja lapangan usaha utama terlihat meningkat seperti di sektor industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertaninan. Kemudian Ibrahim menuturkan, perbaikan ekonomi diperkirakan terjadi di seluruh wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara.
“Sementara untuk 2021, orang nomor satu di bank sentral RI ini memprediksikan ekonomi akan tumbuh di antara 3,2 persen sampai empat persen,” jelas Ibrahim.
Menurutnya hal itu seiringan dengan perkembangan indikator ekonomi pada Desember 2021 terindikasi akselerasi proses pemulihan, antara lain mobilitas masyarakat, penjualan eceran, dan keyakinan konsumen.
Ibrahim memperhatikan, sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati optimis perekonomian nasional pada 2022 mampu tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Menkeu sudah melihat Indonesia mampu mengatasi persoalan pandemi selama dua tahun terakhir, termasuk saat varian Delta merebak.
Pantauan Ibrahim mendapati APBN juga mampu menjalankan fungsinya sebagai instrument countercyclical selama pandemi Covid-19. “Sehingga, mampu sebagai penopang perekonomian nasional di situasi sulit akibat pandemi Covid-19,” jelasnya.
Kemudian Ibrahim mengatakan, kinerja penerimaan negara dari sektor perpajakan mengalami perbaikan signifikan di tahun 2021 lalu yang melebihi target. Seiringan juga pada penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang berhasil melewati target yang ditetapkan.
M. Faiz Zaki
BACA: Rupiah Menguat di Level Rp 14.364 per Dolar AS, Besok Diprediksi Fluktuatif