Dolar AS Menguat, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah di Rp 14.324 per USD

Selasa, 18 Januari 2022 16:43 WIB

Ilustrasi rupiah. Pexels/Ahsanjaya

TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar rupiah ditutup melemah 12 poin menjadi 14.324 per dolar AS pada Selasa, 18 Januari 2022. Sebelumnya sempat menguat 25 poin pada angka 14.336 pada perdagangan Senin lalu.

Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.320 - Rp 14.380,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam siaran persnya.

Ibrahim menjelaskan, dari sisi eksternal investor saat ini menunggu keputusan kebijakan Federal Reserve AS yang akan diturunkan pada 26 Januari. Bank sentral sudah mengindikasi bahwa mereka bisa menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk menahan laju inflasi yang tinggi.

Lalu menurutnya di Asia Pasifik, Bank of Japan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada -0,10% karena mengeluarkan keputusan kebijakannya pada hari sebelumnya. Dari pantauan Ibrahim ke Kawasan lain, People's Bank of China (PBOC) memicu ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut setelah menurunkan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 2,85% pada hari Senin.

“Itu juga memangkas suku bunga pada perjanjian pembelian kembali terbalik tujuh hari menjadi 2,1 persen dari 2,2 persen,” kata Ibrahim.

Advertising
Advertising

Tidak hanya itu, Ibrahim mengamati Pergerakan PBOC sangat kontras dengan serangkaian kenaikan suku bunga yang diharapkan secara luas dari The Fed dalam 2022.

“Bank sentral di Indonesia, Malaysia, Norwegia, Turki, dan Ukraina juga akan menjatuhkan keputusan kebijakan masing-masing pada Kamis,” lanjutnya menganalisa.

Menurut Ibrahim, laporan Organisasi Buruh Internasional melihat pasar kerja global akan butuh waktu lebih lama untuk pulih dari perkiraan sebelumnya. Pengangguran diatur tetap di atas level sebelum pandemi Covid-19 sampai setidaknya tahun 2023 karena belum ada kepastian terkait perjalanan dan waktu pandemi.

Dilihat dari aktivitas perdagangan dalam negeri, Ibrahim melihat Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada 2021 mengalami surplus sebesar 35,34 miliar dolar AS. “Ini artinya sepanjang 2021, tak sekalipun neraca perdagangan Indonesia defisit. Kalau dibanding tahun 2020, 2019, bahkan 2016, neraca perdagangan tahun 2021 adalah yang paling tinggi dalam 5 tahun terakhir,” ujarnya.<!--more-->

Kemudian dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Desember 2021 sebesar 22,38 miliar dolar AS atau tumbuh 35,30% (year on year/yoy). Ibrahim juga melihat dibandingkan bulan sebelumnya memang ada penurunan 2,04%.

Nilai impor Desember tahun lalu juga terpantau USD 21,36 miliar naik 47,93% yoyo dan 10,52% mtm. “Maka artinya surplus mencapai US$ 1,02 miliar. Surplus yang terjadi di Desember 2021 merupakan surplus selama 20 bulan beruntun,” jelas Ibrahim.

Tidak hanya itu, sebelumnya, berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun oleh para analis memperkirakan ekspor tumbuh 40,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Ibrahim menilai impor diperkirakan tumbuh 39,7% yoy. Ini membuat neraca perdagangan bakal mengalami surplus USD 3,05 miliar.

Ibrahim membandingkan bulan sebelumnya yang terdeteksi melambat. November 2021 menunjukkan ekspor melonjak 49,7% yoy dan impor melesat 52,62% yoy.

“Surplus neraca perdagangan pun agak mengendur, karena pada November 2021 tercatat USD 3,51 miliar,” lanjut Ibrahim menerangkan.

Dari pengamatannya selama 2021, nilai ekspor mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan periode 2020. Kemudian kata Ibrahim, nilai ekspor mencapai USD 231,54 miliar, naik 41,88 persen dibandingkan 2020 yang sebesar USD 163,19 miliar.

Total impor pun mencapai USD 196,20 miliar, meningkat 38,59 persen dibandingkan 2020 yang sebesar USD 141,57 miliar. Walau begitu, Ibrahim memuji kinerja perdagangan internasional Indonesia (NPI) pada 2021.

“Selama 2021, tidak pernah sebulan pun neraca perdagangan mengalami defisit. Kali terakhir neraca perdagangan berada di teritori negatif adalah pada April 2020,” jelasnya.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah 14.323 per Dolar AS Jelang Pertemuan The Fed

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

6 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

8 jam lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

14 jam lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

1 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

1 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

2 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

2 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya