Cerita KB Bukopin Soal Sistem Baru dari Korea sampai Oversubscribe PUT VI
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 14 Desember 2021 16:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) menyampaikan perkembangan terbaru yang terjadi di perusahaan menjelang akhir tahun 2021. Salah satu yang menjadi rencana terbesar perseroan adalah implementasi teknologi The Next Generation Banking System atau NGBS.
"Ini dari Korea langsung dibawa sistemnya," kata Corporate Secretary Department Head KB Bukopin Tias Hardi dalam acara jumpa media di Jakarta, Selasa, 14 Desember 2021.
NGBS adalah yang semacam pusat teknologi yang bakal membantu KB Bukopin berekspansi lebih luas dalam layanan perbankan digital. Sistem yang mulai diimplementasikan tahun ini pun juga akan berisi sejumlah penggunaan teknologi anyar, seperti pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Menurut Tias, teknologi NGBS sudah lebih dulu berjalan di KB Kookmin Bank yang kini menggenggam 67 persen saham KB Bukopin. Sehingga sekarang, kata dia, waktunya bagi KB Bukopin untuk bisa menerapkan sistem tersebut. "Jadi tidak hanya budaya, tapi transformasi dari proses bisnis juga," kata dia.
Tias mengatakan ini hanyalah satu upaya transformasi yang kini sedang dilakukan perseoran. Contohnya untuk melakukan perbaikan aset, Bukopin telah membentuk Special Asset Management. Lalu, perseroan membentuk Kredit Review Center untuk urusan kredit.
Selain penerapan teknologi, Tias menyampaikan kabar terbaru dari Penawaran Umum Terbatas Keenam atau PUT VI dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) kepada pemegang saham. Aksi korporasi ini sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK pada 8 November 2021, di mana KB Kookmin Bank menjadi standby buyer alias pembeli siaga.
<!--more-->
Lewat PUT VI ini, perseroan akan menerbitkan saham baru kelas B sebanyak 35 miliar lembar saham kepada para pemegang saham. "Prosesnya masih berjalan, alhamdulillah kemarin oversubcribed sebenarnya kalau bisa dibilang, karena seluruh pemegang saham yang terdaftar mengambil semua, sold out," kata Tias.
Berikutnya yaitu mengenai arah bisnis KB Bukopin ke depan. Hingga kuartal III 2021, KB Bukopin mencatat kredit yang diberikan menyusut 5 persen menjadi Rp 53,93 triliun per 30 September 2021, dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp56,87 triliun.
Ke depan, fokus kredit KB Bukopin belum akan berubah dan masih akan bertahap di area yang sudah dikuasai selama ini. "Fokusnya tetap ritel dan SME (Usaha Kecil Menengah)," kata Tias.
Ini baru beberapa informasi awal yang disampaikan Tias terkait bisnis KB Bukopin. Nantinya, kata dia, penjelasan lebih langkap akan segera disampaikan dalam Public Expose yang bakal digelar Jumat depan, 17 Desember.
Baca juga: Aset Tommy Soeharto yang Disita Satgas BLBI Dilelang Januari, Limit Rp 2,4 T