ESDM Prediksi Cadangan Timah Indonesia Hanya Bertahan Hingga 2046
Reporter
Servio Maranda (Kontributor)
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 13 Desember 2021 12:58 WIB
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin memperkirakan cadangan timah nasional hanya bertahan hingga tahun 2046.
"Cadangan yang tersisa hingga 2046 itu tidak boleh hanya dinikmati di masa kini saja. Generasi mendatang juga punya hak untuk ikut menikmatinya," ujar Ridwan dalam seminar nasional "Sustainabilitas Timah Nasional, Refleksi Harapan dan Fakta yang diselenggarakan oleh Babel Resource Institute (BRINST) di Pangkalpinang, Senin, 13 Desember 2021.
Dengan cadangan yang tersisa itu, kata Ridwan, maka penting menerapkan prinsip keberlanjutan atau sustainabilitas dalam industri timah. Penerapan prinsip itu antara lain lewat pengendalian industri timah nasional.
Ia menjelaskan, salah satu cara pengendaliannya adalah dengan mewajibkan tiap eksportir menyusun Rencana Kerja Anggaran dan Belanja atau RKAB. "RKAB wajib disahkan pemerintahan. Tidak bisa lagi mengekspor tanpa mengacu RKAB," kata Ridwan.
Pemerintah, kata dia, akan mengizinkan RKAB direvisi sesuai kondisi faktual. Hal itu untuk mengakomodir dinamika industri sehingga harus ada acuan.
"Pemerintah mewajibkan ekspor timah mengacu pada RKAB ini sebagai salah satu cara menerapkan keberlanjutan industri timah nasional. Karena penting bagi perekonomian negara, maka harus membawa dampak optimal bagi negara dan masyarakat. Jangan hanya menguntungkan segelintir orang," ucap Ridwan.
<!--more-->
Sebelumnya, Koordinator Pokja Rencana Induk Komoditas Minerba GSKM Dedi Supriyanto menyatakan cadangan timah dalam negeri mencapai 2,23 juta ton dengan produksi tahunan 85.000 ton per tahun.
Dengan umur cadangan 26 tahun, diperkirakan timah di dalam negeri hanya tersedia hingga 2046. “Diperlukan pengembangan teknologi penambangan laut ke dalam lebih 60 meter, sebagai upaya meningkatkan keberlanjutan umur tambang,” kata Dedi saat webinar sosialisasi, pembahasan dan diskusi terkait Grand Strategi Komoditas Minerba, awal November 2021 lalu.
Dedi mengungkapkan terdapat potensi cadangan dari bijih timah primer dan mineral ikutan timah. Namun, diperlukan pengembangan teknologi pengolahan dan pemurnian bijih primer dan mineral ikutan timah tersebut.
Pada laporan tahunan terintegrasi PT Timah Tbk. disebutkan pada tahun 2020 sebagian cadangan timah primer perseroan dikendalikan dan dan dicatat sebagai sumber daya. Hal itu disebabkan adanya beberapa penyesuaian parameter pengolahan cadangan timah primer.
Perubahan tersebut membuat cadangan timah mengalami penurunan menjadi 282.312 ton dari tahun sebelumnya 327.520 ton. Di sisi lain, PT Timah sebagai industri hulu komoditas tersebut telah bekerja sama dengan sejumlah pihak di antaranya dengan BLU Tekmira dan Kementerian ESDM dalam pengolahan bijih timah primer dengan proses klorinasi basah.
Teknologi tersebut telah ditingkatkan oleh Litbang PT Timah, sehingga menjadi skala pabrik dengan kapasitas 400 ton bijih timah primer. Lewat teknologi tersebut, potensi pengolahan timah primer yang dimiliki oleh PT Timah dapat lebih dari 500.000 ton. “Apabila dalam satu tahun mampu mengolah timah primer sebanyak 40.000 ton, maka umur PT Timah akan bertambah 12 tahun,” kata Dedy.
SERVIO MARANDA | BISNIS
Baca: Kelas Rawat Inap BPJS Dihapus, Rumah Sakit Minta Tarif Kelas Standar Dinaikkan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.