Seorang pekerja diambil sampel darahnya saat menjalani rapid tes serology di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta, Selasa, 11 Agustus 2020. Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) melakukan rapid test serelogy dan PCR Swab secara berkala kepada para tenaga kesehatan, staf, dan pekerja pendukung lainnya sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan keamanan bagi para awak rumah sakit tersebut. TEMPO/M Taufan Rengganis
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) bekerja sama dengan jejaring laboratorium pemeriksa Covid-19 milik Kementerian Kesehatan untuk mengidentifikasi potensi kasus Covid-19 varian B.1.1.529 atau Omicron.
Sekretaris Jenderal ARSSI Ichsan Hanafi mengatakan langkah itu diambil lantaran rumah sakit swasta terkendala ihwal pengadaan alat tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dipatok di kisaran Rp 275 ribu hingga Rp 300 ribu. Saat ini, kata Ichsan, rumah sakit swasta tengah menekan biaya pokok produksi pelayanan jasa tes usap tersebut.
“Karena penyesuaian harga, kita juga berusaha mencari bahan-bahannya yang bisa menyesuaikan sehingga kita bisa lebih ekonomis lagi. Artinya agak berat sebelumnya dengan tarif HET seperti itu,” kata Ichsan melalui sambungan telepon, Minggu, 5 Desember 2021.
Dengan demikian, dia mengatakan rumah sakit swasta bakal berkoordinasi dengan laboratorium jejaring pemeriksa Covid-19 untuk menjaga kualitas deteksi Covid-19 di tengah merebaknya varian Omnicron di sejumlah negara.
“Untuk Omnicron ini kita harus bekerja sama dengan laboratorium kesehatannya Kemenkes, kelihatannya kita belum bisa ya. Kami di rumah sakit swasta hanya melihat di gejala klinisnya saja,” kata dia.
Ihwal upaya antisipasi sebaran varian Omnicron, dia menambahkan rumah sakit swasta bakal merujuk pasien bergejala ke laboratorium jejaring milik kementerian kesehatan. Seperti diberitakan sebelumnya Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan & Laboratorium (Gakeslab) mengatakan mayoritas alat tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) yang beredar di tengah masyarakat memiliki teknologi yang rendah.
Sekretaris Jenderal Gakeslab Randy Teguh mengatakan hal itu terjadi lantaran rumah sakit dan laboratorium melakukan penyesuaian harga setelah kebijakan harga eceran tertinggi atau HET alat tes usap PCR yang dipatok di kisaran Rp 275 ribu hingga Rp 300 ribu akhir Oktober lalu.
Randy mengkhawatirkan rendahnya kualifikasi tes usap PCR itu bakal berdampak serius pada akurasi pemeriksaan kontak erat Covid-19 menyusul varian B.1.1.529 atau Omicron. Akan tetapi, Randy memastikan, akurasi alat tes usap itu mesti disimpulkan setelah adanya post-marketing surveillance atas produk-produk yang beredar di tengah masyarakat saat ini.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.