Wamen BUMN Sebut Kualanamu Akan Jadi Pesaing Changi Airport hingga KLA
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 2 Desember 2021 18:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan Bandara Internasional Kualanamu berpeluang menyaingi Bandara Changi Airport di Singapura dan Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia.
Ia menyebut bandara yang berlokasi di Sumatera Utara itu berpeluang mengambil pasar penumpang transit dari Asia Selatan yang akan menuju Asia Utara dan Australia.
“GMR (GMR Airports Consortium) akan menggunakan Kualanamu sebagai base untuk mengurangi dominasi KL dan Changi Airport,” ujar Kartika alias Tiko dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis, 2 Desember 2021.
Tiko berujar, GMR telah menanamkan modal Rp 56 triliun untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas bandara. Dengan modal yang ada, pergerakan penumpang bandara akan ditingkatkan dari total 10 juta per tahun menjadi 54 juta per tahun.
Pengelolaan Bandara Kualanamu oleh GMR sebelumnya menimbulkan kegaduhan. Kerja sama GMR dengan PT Angkasa Pura II (Persero) disebut-sebut membuat bandara jatuh ke tangan asing.
Gaduh soal pengelolaan bandara bermula dari ketika Angkasa Pura II meneken kerja sama build operate trasfer antara Angkasa Pura II dan GMR Airports Consortium. Adapun GMR Airports Consortium beranggotakan GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis.
Melalui kerja sama ini, Angkasa Pura II dan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo), yaitu PT Angkasa Pura Aviasi. AP II sebagai pemegang saham mayoritas akan menguasai 51 persen saham di Angkasa Pura Aviasi. Sedangkan GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.<!--more-->
Tiko memastikan bahwa Bandara Kualanamu tetap akan dimiliki oleh Angkasa Pura II meski bekerja sama dengan perusahaan asing. Ia memastikan kerja sama itu telah melalui proses tender yang sesuai dengan ketentuan serta melibatkan BKP.“Setelah 25 tahun nanti akan kembali menjadi milik Angkasa Pura II,” kata Tiko.
Adapun Menteri BUMN Erick Thohir berujar pengusaha swasta sebenarnya memiliki peluang mengelola bandara melalui kerja sama dengan perusahaan pelat merah. Ia mencontohkan kerja sama pengelolaan Bandara Komodo di Labuan Bajo.
“Private sector boleh punya airport, seperti Labuan Bajo itu punya pengusaha nasional yang join dengan Changi. Pengusaha nasionalnya Cardig. Pemikiran kami mereka membawa trafik ke dalam negeri. Tidak mungkin kita menarik partner dari luar, tapi tidak menambah trafik,” ujar Erick.
Erick menuturkan kerja sama pengelolaan bandara dengan perusahaan asing akan mendorong peningkatan pergerakan dari sisi penumpang. Dengan kerja sama ini, bandara berpeluang menjadi hub dan akan disinggahi pesawat yang mengangkut penumpang asing.
Menurut Erick, ada beberapa bandara di Indonesia yang memiliki potensi menjadi hub. Bandara-bandara itu di antaranya Bandara Kualanamu, Bandara Sam Ratulangi, hingga Bandara Ngurah Rai yang akan bersaing dengan hub di negara lain seperti Singapura dan Malaysia.
“Kita akan petakan, kita sudah bicara dengan Menteri Perhubungan untuk me-review open sky policy,” ujar Erick.
Baca Juga: Batik Air Mendarat Darurat di Kualanamu, Lion Klaim Pesawat Layak Terbang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.