Riset Continuum Data: 97 Persen Masyarakat Menolak Tax Amnesty Jilid II

Jumat, 29 Oktober 2021 17:01 WIB

Wajib pajak mengantre sebelum dipanggil menuju bilik tax amnesty di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, 31 Maret 2017. Berdasarkan data terakhir DJP Kemenkeu, total harta yang terkumpul dalam pagelaran tax amnesty mencapai Rp4.749 triliun. Harta tersebut terbagi atas deklarasi dalam negeri sebesar Rp3.571 triliun, deklarasi luar negeri Rp1.032 triliun, dan repatriasi Rp146 triliun, serta uang tebusan Rp111 triliun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta – Continuum Data Indonesia mengeluarkan analisis teranyar perihal respons masyarakat terhadap Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Berdasarkan hasil riset tersebut, sentimen masyarakat terhadap pengungkapan sukarela wajib pajak atau tax amnesty jilid II cenderung negatif.

“Sebanyak 97 persen masyarakat menolak tax amnesty. Undang-undang baru ini dianggap menguntungkan orang kaya menurut masyarakat,” ujar Data Analyst Continuum Data Indonesia Natasha Yulian dalam webiner Indef, Jumat, 29 Oktober 2021.

Berdasarkan opini yang dihimpun, masyarakat menganggap klausul tentang tax amnesty jilid II menghilangkan sanksi bagi pengemplang pajak. Selain itu, masyarakat juga berpendapat bahwa tax amnesty merupakan titipan oligarki lantaran hanya menampung keinginan para cukong.

Adapun riset tersebut diambil dari berbagai opini di media sosial. Riset melibatkan 8.523 pembicaraan di media sosial yang dihimpun pada periode 4-21 Oktober. Opini disampaikan oleh pemilik media sosial dari seluruh provinsi, yang 70 persen di antaranya berasal dari Pulau Jawa.

Continuum Data Indonesia menggunakan metode khusus dalam mengolah pendapat sosial tersebut. Data diolah dengan cara memisahkan opini pribadi dengan pendapat dari media dan pendengung atau buzzer.

Advertising
Advertising

“Harapannya kami bisa menghimpun pendapat dari masyarakat sesungguhnya. Setelah itu kami menganalisis beberapa hal, yaitu analisis sentimen, analisis topik perbincangan, dan analisis lokasi untuk mengetahui persebaran demografi,” ujar Natasha.

Selain melihat opini tentang tax amnesty, Continuum Data Indonesia menghimpun pendapat soal penggunaan nomor induk kependudukan (NIK) untuk NPWP orang pribadi, pengenaan tarif PPh 35 persen bagi pendapatan di atas Rp 5 miliar, peningkatan PPN 11 persen, pengenaan pajak karbon, dan Bea Cukai. Dari seluruh pendapat tersebut, 63 persen masyarakat menyambut positif UU HPP.

“Mayoritas masyarakat pro terhadap perubahan dalam UU HPP,” ucap Natasha.

Berkebalikan dengan topik tax amnesty, klausul tentang PPH berkeadilan paling banyak memperoleh dukungan dari masyarakat. Sebanyak 89 persen masyarakat menyambut positif aturan ini karena dianggap memberikan keberpihakan terhadap masyarakat kecil dan pelaku UMKM.

BACA: Ingkar Janji Jokowi, dari Tax Amnesty sampai Kereta Cepat Tanpa APBN

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Askolani Paparkan Peran Bea Cukai bagi Perekonomian di Tengah Kisruh Barang Impor

5 hari lalu

Askolani Paparkan Peran Bea Cukai bagi Perekonomian di Tengah Kisruh Barang Impor

Askolani memaparkan bagaimana capaian pengawasan dan penindakan dilakukan oleh lembaganya selama ini.

Baca Selengkapnya

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

14 hari lalu

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

Tiktokers @awbimax atau Bima viral mengakui ditawari menjadi buzzer Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

15 hari lalu

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

Bima tidak ingin menjadi pembohong karena harus berbicara testimoninya tentang Bea Cukai menggunakan skrip yang dibuat oleh agensi.

Baca Selengkapnya

Serikat Pekerja PLN Tolak Skema Power Wheeling yang Dinilai Untungkan Oligarki, Ini Alasannya

47 hari lalu

Serikat Pekerja PLN Tolak Skema Power Wheeling yang Dinilai Untungkan Oligarki, Ini Alasannya

Serikat Pekerja PLN menolak masuknya skema power wheeling dalam RUU Energi Baru dan Terbarukan karena dinilai menguntungkan oligarki

Baca Selengkapnya

Diduga Rugikan Negara Rp3,9 Miliar karena Laporan Pajak Fiktif, Direktur PT SDR Jadi Tersangka

57 hari lalu

Diduga Rugikan Negara Rp3,9 Miliar karena Laporan Pajak Fiktif, Direktur PT SDR Jadi Tersangka

Modus perbuatannya dengan menerbitkan atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan dan pemotongan pajak.

Baca Selengkapnya

Dampak Menggunakan Materai Palsu, Bisa Mengurangi Pendapatan Pajak Negara

22 Maret 2024

Dampak Menggunakan Materai Palsu, Bisa Mengurangi Pendapatan Pajak Negara

Penggunaan meterai palsu secara marak bisa mengganggu sistem pajak dan merugikan negara

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Diteror Berulang Kali Usai Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat, Prof Koentjoro: Saya Tidak Pernah Takut

19 Maret 2024

Guru Besar UGM Diteror Berulang Kali Usai Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat, Prof Koentjoro: Saya Tidak Pernah Takut

Prof Koentjoro Guru Besar UGM dapat teror berulang kali usai aksi Petisi Bulaksumur dan Kampus Menggugat. "Saya tidak pernah takut," katanya.

Baca Selengkapnya

Lapor SPT Pajak Sampai Akhir Maret, Apa Sanksi Jika Tak Melapor?

18 Maret 2024

Lapor SPT Pajak Sampai Akhir Maret, Apa Sanksi Jika Tak Melapor?

Hindari denda dan sanksi akibat terlambat lapor SPT pajak. Bagaimana jika tak melapor pajak?

Baca Selengkapnya

UGM dan UI 'Jewer' Lagi Jokowi dengan 3 Poin Kampus Menggugat dan 7 Pokok Seruan Salemba

18 Maret 2024

UGM dan UI 'Jewer' Lagi Jokowi dengan 3 Poin Kampus Menggugat dan 7 Pokok Seruan Salemba

UGM dan UI kembali "menjewer" Jokowi Terbaru adalah Kampus Menggugat dan Seruan Salemba, Berikut poin-poin tuntutan mereka.

Baca Selengkapnya

Tak Kendur Guru Besar UGM dan UI Kritisi Jokowi, Kampus Menggugat dan Seruan Salemba Menguat

16 Maret 2024

Tak Kendur Guru Besar UGM dan UI Kritisi Jokowi, Kampus Menggugat dan Seruan Salemba Menguat

Setelah menggelar aksi yang melibatkan puluhan kampus pada akhir Januari lalu, kini UGM, UI, dan UII kembali kritisi Jokowi. Apa poin mereka?

Baca Selengkapnya